China dukung rencana pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat

id Berita hari ini, berita riau terbaru,berita riau antara,Nuklir

China dukung rencana pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyatakan dukungannya terhadap rencana pembicaraan soal nuklir Iran yang akan dilakukan oleh Amerika Serikat.

"China selama ini percaya bahwa satu-satunya pilihan yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini adalah melalui cara politik dan diplomatik sehingga semakin penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam masalah nuklir Iran untuk memperkuat dialog dan menghindari eskalasi apa pun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (8/4).

Iran dan Amerika Serikat akan mengadakan pembicaraan di Oman pada Sabtu (12/4) sebagai upaya memulai negosiasi soal program nuklir Iran.

Perundingan langsung terakhir AS dan Iran terjadi pada masa Barack Obama pada 2015. Saat itu Obama bersama-sama Inggris, Prancis, China, Rusia, dan Jerman sepakat dengan Iran untuk membatasi aktivitas nuklirnya dan mengizinkan inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) masuk ke negara tersebut sebagai imbalan atas keringanan sanksi.

Namun, Trump menarik keluar AS pada masa jabatan kepresidenan pertamanya pada 2018. Ia bahkan segera memberlakukan sanksi baru terhadap Iran sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" yang menargetkan negara tersebut. Sejak itu, Iran berhenti mematuhi syarat-syarat perjanjian tersebut.

"Sebagai negara yang secara sepihak menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama dan menyebabkan situasi saat ini, AS perlu menunjukkan kesungguhan niat, bertindak dalam semangat saling menghormati, terlibat dalam dialog dan konsultasi serta menghentikan ancaman kekerasan dan tekanan," tambah Lin Jian.

Lin Jian mengatakan China akan terus menjaga komunikasi dengan pihak-pihak terkait, secara aktif mempromosikan pembicaraan untuk perdamaian, dan membantu pihak-pihak terkait mencapai pembicaraan diplomatik yang mengakomodasi semua kekhawatiran berbagai pihak terkait nuklir Iran.

"Sehingga dapat menegakkan rezim nonproliferasi internasional dan menjaga Timur Tengah tetap damai dan stabil," ungkap Lin Jian.

Menjelang perundingan tersebut, Presiden Trump mengatakan bahwa pertemuan itu akan menjadi "pembicaraan langsung," dan ia memperingatkan bahwa Iran akan "berada dalam bahaya besar" jika negosiasi tersebut tidak berjalan dengan baik.

Namun, beberapa jam kemudian, Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Araghchi mengonfirmasi bahwa pembicaraan tersebut sebagai "pembicaraan tingkat tinggi tidak langsung" yang akan dilakukan melalui seorang mediator.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga pernah mengatakan menolak gagasan perundingan langsung dengan AS mengenai program nuklir dan mengatakan ia lebih memilih komunikasi tidak langsung.

Iran, kata Masoud, bukan menolak pembicaraan, tapi AS diminta untuk memperbaiki "kesalahan masa lalu" lebih dulu dan menciptakan landasan baru untuk membangun kepercayaan.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga telah memperingatkan bahwa Iran akan menanggapi setiap serangan dengan serangannya sendiri, mengacu pada keberadaan ribuan pasukan AS di seluruh Timur Tengah yang berada dalam jangkauan roket Iran.

Berdasarkan kesepakatan nuklir pada awal 2015, Iran diizinkan untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 3,67 persen dan mempertahankan persediaan uranium sebanyak 661 pon.

Laporan terakhir IAEA pada Februari 2025, menyebut Iran telah menimbun hampir 275 kg (606 pon) uranium yang diperkaya hingga kemurnian 60 persen, yang mendekati tingkat senjata. Secara teori, jumlah tersebut akan cukup, jika diperkaya hingga 90 persen, untuk enam bom nuklir.

Iran bersikeras bahwa aktivitas nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan damai.