Lasenas Siak, Budaya Melayu Pemersatu Bangsa

id lasenas siak, budaya melayu, pemersatu bangsa

Lasenas Siak, Budaya Melayu Pemersatu Bangsa

Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas) XII, kali ini dilaksanakan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Acara ini berlangsung di Gedung

Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Siak, pada Selasa (17/6) malam.

Pembukaan acara Lasenas XII dihadiri Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Kacung Marijan, dan juga dihadiri Bupati Siak, Syamsuar, Wakil Bupati Siak, Alfedri, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Dwi Agus Sumarno, dan sejumlah unsur pimpinan daerah lainnya.

Acara Lasenas kali ini menyongsong tema Budaya Melayu Pemersatu Bangsa

Kegiatan ini diikuti 200 pelajar terdiri dari siswa-siswi asal 34 provinsi, khusus untuk Provinsi Riau ada sebanyak 70 pelajar dengan pendamping 32 orang.

Kabupaten Siak, sebagai tuan rumah pelaksanaan lawatana nasional itu memulai kegiatan sejak 16 Juni dan akan berakhir pada 20 Juni 2014.

Acara ini menjadi magnet yang menyedot perhatian berbagai pihak karena mempertemukan sejumlah unsur pendidikan mulai dari peserta didik hingga para pendidik.

Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Kacung Marijan dalam sambutannya mengatakan, Kabupaten Siak merupakan daerah yang tekenal dengan budaya melayu, dengan masyarakat yang sangat bersendi pada nilai budaya yang mengedepankan harkat dan martabat.

Hal itu terlihat dari nilai budaya, seperti pantun, dan tari persembahan yang begitu menawan dan memberikan kesan kesejukan kepada setiap para tamu yang disanjung.

Bupati Siak, Syamsuar dalam sambutannya, sekaliguss membuka acara itu mengatakan, Pemkab Siak memberikan apresiasi yang tinggi atas kegiatan itu. Apalagi kegiatan bertajuk sejarah itu diikuti oleh sejumlah pelajar berprestasi, yang memang memegang estafet untuk dimasa mendatang.

Sedangkan di Siak obyek yang akan dijadikan lawatan sejarah di antaranya, obyek istana, gedung balai kerabatan, makam raja Siak, tangsi Belanda, masjid lama Kota Pekanbaru, dan museum Provinsi Riau.

Istana Siak

Mengenai Istana Siak, siapa yang tak kenal dengan bangunan bersejarah ini! Mengulas sejarahnya, Kesultanan Siak Sri Inderapura merupakan Kerajaan Melayu kebanggaan warga Riau. Berdiri kokoh di Kabupaten Siak, istana ini menyimpan sejarah dan kenangan Sultan Syarif Kasim II selama masa kepemimpinan 1915-1949.

Istana Matahari Timur, julukan Istana Siak bagi orang Belanda ini berjarak sekitar 200 kilometer dari Kota Pekanbaru dan berada di jantung Kota Siau, Ibu Kota Kabupaten Siak.

Bangunan itu berwarna kuning, tidak tampak terlalu besar namun seakan memiliki magnet yang luar biasa. Pengunjung yang datang akan disambut dengan tatanan bunga Bougenvile warna warni. Beberapa pengunjung pun sudah sibuk mengabadikan momen di Istana Siak mulai dari luar.

Untuk masuk ke istana, pengunjung umum atau wisatawan harus membeli tiket masuk. Harganya terjangkau sebesar Rp3.000 per orang bagi dewasa, dan anak-anak Rp2.000 per orang. Sedangkan turis asing dikenai Rp10 ribu untuk dewasa dan anak-anak Rp 5.000 per orang.

Mau melihat isi istana, pengunjung harus membuka alas kaki dan mengisi buku tamu. Di halaman depan, terpajang foto Ayahanda Sultan Syarif Kasim II, Sultan Sassyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Sultan XI) yang memerintah pada 1889-1908 dan beberapa hiasan lain.

Ketika kaki melangkah lebih dalam, istana yang bernama resmi Asserayatul Hasyimiah, disambut beberapa lambang kerajaan yang menghiasi ruangan, seperti patung sultan, foto sultan beserta istri pertama, Tengku Agung dan lainnya.

Di sisi kanan ruangan terdapat beberapa meriam perang berukuran sedang. Menariknya ada sebuah meriam yang sudah terbelah namun tetap utuh.

Menurut penjaga Istana, Rozali, meriam ini pernah dicuri pada 1960 dan hendak dijual ke Singapura.

Menyusuri setiap sudut ruangan, peninggalan-peninggalan Sultan Syarif Kasim II masih terlihat lengkap dan terawat, misalnya saja mahkota Sultan, perlengkapan makan kerajaan, dan segala benda-benda kesayangan Sultan serta istri.

Ada pula cermin milik Tengku Agung yang terbuat dari kristal. Konon katanya jika berkaca di cermin tersebut, wajah seseorang akan tetap awet muda. Mendengar cerita tersebut, pengunjung banyak yang penasaran dan mencobanya.

Dari seluruh benda-benda peninggalan Sultan, ada satu barang yang cukup menyedot perhatian. Sebuah pemutar piringan hitam atau gramafone milik sang Sultan. Istana ini ternyata masih menyimpan lengkap piringan-piringan hitam lagu favorit Sultan.

Gedung Balai Kerapatan

Gedung Balai Kerapatan juga menjadi favorit bagi wisatawan yang datang mengunjungi Siak Sri Indrapura. Gedung ini merupakan tempat dimana Sultan berdiskusi dengan petinggi kerajaan maupun rakyatnya. Hingga saat ini bangunan tersebut dirawat rapi, sebagai aset sejarah yang tak ternilai harganya.

Sebenarnya banyak sejarah penting peradaban Melayu lain yang patut digali di daerah ini. Jika melihat tata kotanya, di kawasan kerajaan (yang kini merupakan wilayah Kelurahan Kampung Rempak dan Kampung Dalam) justru yang banyak dijumpai adalah pemukiman etnis Tionghoa. Daerah yang disebut Pasar Lama ini merupakan daerah terpadat di Kota

Siak Sri Indrapura.

Konon, kerjasama antara Kesultanan Siak Sri Indrapura dengan para saudagar Tionghoa memang sangat erat. Berbagai kebutuhan kerajaan dipasok oleh pedagang Negeri Bambu tersebut. Meski faktanya demikian, ditemukannya nuansa khas budaya Sungai Kuning tentu tetap menarik untuk ditelusuri.

Aset sejarah lainnya di Siak adalah makam Raja Siak, dan Tangsi Belanda. Dua lokasi ini juga menjadi terget wisatawan luar daerah dan bagi mereka yang berasal dari provinsi dan negara lain bisanya juga akan melengkapi kunjungan hingga ke masjid lama di Kota Pekanbaru, dan museum Provinsi Riau.

Lasenas di Kabupaten Siak, tentunya menjadi ajang wisata yang tidak akan terlupakan bagi peserta dan para tamu undangan. Karena jika harus menganang sejarah panjang Kerajaan Siak, itulah awal budaya melayu

pemersatu bangsa.

(Advertorial/Fazar Muhardi)

Pewarta :
Editor: Fazar Muhardi
COPYRIGHT © ANTARA 2014

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.