Pekanbaru (ANTARA) - Begitu besar rasa penasaran saya mengenai apakah murid saya pernah ke museum dan apakah mereka tahu bahwa di kota tempat mereka tinggal ada museum yang menarik. Penasaran ini muncul karena memang terlihat begitu jarang ada kunjungan ke museum seperti di era 90-an dulu. Sangat disayangkan, ternyata murid-murid saya bukan hanya belum pernah ke museum, istilah museum pun masih asing bagi mereka.
Saya bertanya-tanya mengapa pembelajaran outing class belum pernah di lakukan selama saya mengajar di SD saya ini. Apakah mungkin karena dengan jumlah peserta didik dan jarak tempat tinggal peserta didik yang bervariatif? Ataukah karena saat ini begitu mudah mengetahui hal-hal berbau sejarah melalui internet dan teknologi seperti Google? Pertanyaan lain di benak saya, apakah tidak ada tujuan pembelajaran yang dapat dicapai dengan outing class?
Saya Siti Jullaikah,S.Pd. guru kelas 4 SDN 153 Pekanbaru dan saya juga merupakan fasilitator daerah Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) Tanoto Foundation. Saat ini SDN 153 Pekanbaru merupakan sekolah mitra Tanoto Foundation. Saya menulis cerita praktik baik yang sudah saya implementasikan di SDN 153 Pekanbaru.
Penting sekali untuk menyiapkan aktivitas beserta kebutuhan dengan rinci ke murid. Hari itu, murid membawa gambar terkait sejarah Islam, Hindu, dan Budha dengan antusias sampai pada mendengarkan tujuan pembelajaran dan prosedur kegiatan. Mereka mulai menggunting, menempel, melihat referensi wayang, dan memastikan wayang mereka rapi. Sambil membuat wayang, ada diskusi dan cerita kisah sejarah Islam, Hindu, dan Budha. Semua kelompok aktif dalam mengulik sejarah melalui membuat wayang.
Aktivitas selanjutnya adalah makin mendekatkan murid dengan konteks sejarah. Kali ini, murid saya ajak nonton bareng di kelas. Jadi, penting sekali untuk menyiapkan apa yang akan ditonton. Saya mengajak murid menyaksikan film pendek mengenai sejarah budaya Melayu di Riau dengan proyektor sederhana. Setelah itu, ada diskusi untuk memastikan tujuan pembelajaran tercapai dan murid lebih antusias lagi untuk outing class ke museum.
Dukungan orang tua sangat penting dalam kegiatan outing class ini sehingga di perencanaan awal perlu memberikan undangan dan rincian apa saja peran orang tua. Saya dan pihak sekolah juga berkomunikasi dengan pihak museum sehingga mereka menyambut kami semua dengan ramah dan memberikan tata tertib saat berkunjung atau melihat benda sejarah. Lalu, murid mengamati dan mencatat hasil kunjungan mereka.
Selesai berkunjung, murid membuat laporan peristiwa dari berangkat sampai kembali ke rumah masing-masing. Saya mengizinkan murid menuliskan dengan bahasa dan gaya mereka tentang benda-benda sejarah yang mereka amati seperti batu tulis, prasasti, miniatur Candi Muara Takus, permainan rakyat, baju adat, perlengkapan membatik, rumah tradisional, miniatur suku di Riau, peninggalan kerajaan Siak, flora dan fauna di Riau dan lain-lain.
Selanjutnya perlu meminta umpan balik dari orang tua dan murid itu sendiri sebagai bahan refleksi. Saya menerima respon positif orang tua dan peserta didik. Harapan mereka besar agar kegiatan outing class dapat menjadi agenda rutin sekolah karena mereka menemukan bahwa belajar di luar kelas menambah wawasan dan pengalaman yang berbeda. Mereka juga mengakui bahwa ketika ke Sang Nila Utama mereka makin peka akan sejarah Riau kota asal mereka.
Belajar di luar kelas menjadi pengalaman berbeda untuk murid. Dengan mandiri mereka terlibat mengumpulkan bahan untuk pembelajaran pra kunjungan. Dengan tertib mereka mendengar arahan dari pihak museum. Dengan lugas mereka menuliskan laporan dan umpan balik. Belajar di museum budaya Sang Nala Utama adalah awal bagi mereka. Dan mereka sangat menantikan ada kegiatan outing class berikutnya.
Sebagai tips untuk melakukan outing class adalah 3 PR: Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan & Refleksi. Dalam melakukan outing class, krusial sekali untuk berdiskusi dengan tim sekolah untuk 3P-R atau Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan dan Refleksi. Dengan demikian, akan ada tahapan kegiatan dan gambaran kebutuhan yang rinci. Misalnya, outing class bertema apa, kegiatan pembelajaran di kelas akan dimulai dengan apa saja, siapa yang dikontak di tempat tujuan, biaya yang dibutuhkan, serta berapa lama berlangsung.
Peran orang tua tentu sangat penting sehingga perlu koordinasi dan kerjasama dengan orang tua siswa. Hal ini dapat dimulai dengan diskusi melalui What's App grup. Lalu dapat disusun koordinasi yang lebih detail melalui komite kelas dan paguyuban kelas.
Penulis : Siti JullaikahS.Pd. guru kelas 4 SDN 153 Pekanbaru dan saya juga merupakan fasilitator daerah Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) Tanoto Foundatio.
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB