BRIN ungkapkan Indonesia kelak bertumpu pada pertanian lahan kering

id Berita hari ini,berita riau antara, berita riau terbaru

BRIN ungkapkan Indonesia kelak bertumpu pada pertanian lahan kering

Ilustrasi - Petani merawat tanaman ubi jalar di area Waduk Dawuhan Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (30/9/2022). Sejumlah petani di wilayah itu memanfaatkan area waduk yang mengering pada musim kemarau untuk lahan pertanian dengan menanam jenis tanaman yang bisa dipetik hasilnya sebelum waduk terisi air lagi pada musim hujan. (ANTARA FOTO/Siswowidodo/rwa.)

Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap Indonesia kelak bertumpu pada pertanian lahan kering seiring dengan adanya perubahan iklim yang berdampak terhadap ketersediaan sumber daya air.

Periset Pengelolaan Sumber Daya Air Pertanian BRIN Popi Rezekiningrum mengatakan dukungan sumber daya air diperlukan untuk mengatasi permasalahan pertanian.

"Teknologi adaptasi untuk mengantisipasi perubahan iklim global di wilayah tropis seperti sistem pertanian berbasis inovasi teknologi kini ditemukan. Inovasi teknologi menjadi lahan yang semula kering hampir sepanjang tahun menjadi dapat ditanami," kata ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Rabu.

Popi menjelaskan dukungan sumber daya air diperlukan untuk mengatasi permasalahan pertanian seperti banjir dan kekeringan, kompetensi penggunaan air, penggunaan air yang tidak efisien, ketersediaan air terbatas, disfungsi jaringan irigasi, penurunan produktivitas lahan, degradasi lahan, hingga perubahan penggunaan lahan.

Indonesia memilik lahan pertanian seluas 191,1 juta hektare yang terdiri dari lahan basah seluas 42 juta hektare, lahan kering 144,5 juta hektare, dan lahan lainnya sekitar 4,6 juta hektare. Lahan tersebut berupa dataran rendah dan dataran tinggi, iklim basah dan iklim kering, dan tanah masam serta tidak masam.

"Transformasi sistem pertanian menjadi berbasis teknologi inovasi pengelolaan air berperan penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi tanaman dan antisipasi perubahan iklim," jelas Popi.

Beberapa teknologi pengelolaan air, diantaranya teknologi panen hujan dan teknologi irigasi hemat air menjadi titik ungkit optimalisasi pengembangan lahan kering iklim kering.

Transformasi sistem pertanian berbasis pengelolaan air dapat meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas tanaman, serta mengantisipasi perubahan iklim di lahan kering, sehingga dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani.

Riset BRIN menyimpulkan arah dan strategi peningkatan produktivitas di lahan kering melalui sistem pertanian dilakukan diantaranya membangun model atau sistem pertanian terpadu spesifik lahan kering beriklim kering, menerapkan inovasi teknologi seperti pupuk, pengelolaan air, lahan, varietas, alsintan, dan teknologi budidaya lainnya, kemudian menyusun rancangan induk sistem pengembangan pertanian terpadu pada lahan kering beriklim kering secara nasional.

Pengembangan pertanian lahan kering ke depan, lanjutnya harus lebih berorientasi pertanian rakyat terpadu dengan dukungan infrastruktur serta kebijakan penyediaan sarana produksi dan permodalan.

Selain itu dukungan kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta program terkait tata kelola pengembangan dan peruntukkan lahan, dan penguasaan teknologi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Baca juga: Produktivitas petani mitra PSR PTPN V capai 29,23 ton/ha

Baca juga: Wilmar Padi Indonesia targetkan kemitraan dengan petani capai 10 ribu ha