Bangkinang, (antarariau.com) - Bupati Kampar Jefry Noer mengatakan Pusat Teknologi Produksi (PTP)- Induk Benih Bibit Unggul (IBBU) memiliki model pendidikan bermuatan lokal diiringi dengan konsep dan visi Internasional.
"Kita musti bisa mengembalikan kejayaan yang pernah ada. Jadi PTP-IBBU ini jangan kita bikin lokalan. Tapi go internasional. Komplek ini musti terkenal hingga ke mancanegara dan bisa menjadi objek studi banding,” Jefry Noer berharap.
Bahasa yang dipelajari oleh siswa di sini kata Jefry Noer juga tak hanya bahasa inggris, tapi juga mandarin dan arab. Puncak dari keinginan sekolah ini adalah bagaimana jebolan-jebolan sekolah ini tak kepikiran lagi untuk menjadi pegawai negeri. Sebab dari wira usaha mereka sudah mapan.
“Malamnya anak-anak belajar al-quran. Begitulah pola yang kita terapkan di sana. Jadi, selain mereka piawai soal teknologi, mereka juga akan hafidz quran. Sebab untuk SMP saja musti hafidz 17 juz dan SMA 21 juz,” kata Bupati Kampar, Jefry Noer (JN) saat memaparkan konsep kawasan itu di hadapan sejumlah kepala SKPD, tokoh agama dan mahasiswa.
Kelak saat siswa yang sekolah di sini sudah tamat SMA, maka mereka bisa melanjutkan pendidikan ke universitas yang kelak dibangun di komplek itu. “Yang bakal menimba ilmu di sini kelak bisa mencapai 20 ribuan orang. Lantaran itu saya berharap semua yang terkait dengan program ini musti bisa bahu membahu mewujudkan kawasan ini hingga muncul menjadi kawasan pendidikan terbaik di Riau,” pinta JN.
Satu hal yang diingatkan JN, bahwa optimisme kalau kawasan ini akan segera terwujud, musti ada. “Jangan pernah pesimis dengan apa yang akan dilakukan. Sebab di dunia ini tak ada yang tak mungkin. Memang, bisa jadi prosesnya berlangsung lama. Tapi minimal kita sudah punya mimpi yang musti kita wujudkan,” katanya.
Keinginan JN untuk mewujudkan kawasan tadi sebenarnya tak lepas dari program lima pilar yang kini sedang dia jalankan. Menjadikan masyarakat Kampar mandiri dalam lingkaran ekonomi yang mumpuni adalah muaranya.
Selain itu, JN sebenarnya kecewa dengan Sekolah Unggulan Terpadu (SUT) yang pernah berjalan di kawasan kantor bupati lama. Sebab konsep sekolah itu lari dari tujuan utama. “Itu bukan SUT namanya. SUT itu kan musti punya lokasi praktek. Pola belajarnya musti 70:30,” ujarnya.