Pedagang Nilai Pasar Modern PT MPP Tidak Layak

id pedagang nilai, pasar modern, pt mpp, tidak layak

Bangkinang, (antarariau.com) - Sekitar 50 orang pedagang yang tergabung dalam Forum Pedagang Kaki Lima Bersatu mengatakan tempat berjualan yang disediakan oleh PT Makmur Permata Putra (MPP) yang menjadi pengelola pasar modern itu, tak layak untuk mereka tempati.

"Pedagang sudah berupaya mematuhi untuk menggelar dagangan di lantai dua, tapi dagangan nggak laku. Makanya, pedagang kemudian pindah ke pinggir jalan. Tapi ditertibkan oleh Satpol PP. Lantaran kondisi itulah kami datang ke sini. Kami minta supaya pemerintah menyediakan tempat yang layak untuk kami,” kata Aat 42 tahun, salah seorang pedagang.

Pedagang yang mayoritas kaum ibu itu menggelar berbagai jenis dagangan di lantai teras itu, mulai dari tomat, terong, timun, labuh, sayuran hingga jagung.

“Tolonglah kami pak, pikirkan jugalah nasib kami ini. Kami jualan tak laku. Mau pakai apa kami kasih makan anak-anak kami,” kata ibu-ibu pedagang.

Sebenarnya, Bupati Kampar Jefry Noer sudah memberikan intruksi kepada Kadis Perindag dan Pasar Khairullah Chan, serta Menejer PT MPP untuk menata lapak para pedagang di pasar modern itu. Intruksi itu dibilang Jefry waktu mantan anggota DPRD Riau ini mendadak berkunjung ke pasar modern itu Minggu ketiga Oktober lalu.

Waktu itu Jefry mengatakan begini; pengelola pasar musti mensiapkan kuli panggul untuk mengangkat barang pedagang ke lantai II. Pedagang sayur dan kebutuhan sehari-hari di atas saja (lantai II). Tapi bantu mereka mengangkat dagangan mereka itu. Musti tiap hari, lho.

Kemudian, saya minta supaya jenis dagangan di lantai dasar tidak sama dengan di lantai II.Sebab kalau sudah ada di bawah, ngapain mereka ke atas. Kalau hari pasar Rabu dan Minggu, jangan biarkan orang luar Kampar ikut jualan di sini. Satu lagi, sementara jangan pungut bayaran dari para pedagang ini. Sebab mereka masih beradaptasi.

Tapi pengakuan Aat, pengelola pasar hanya membantu sehari saja. Selebihnya tak ada lagi. Terus yang jualan di atas, tak kebagian pembeli lantaran dibawah sudah ada dagangan yang sama.

“Inilah yang membikin dagangan di atas tak laku,” kata Aat.