Pekanbaru, (antarariau.com) - Para petani karet di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Riau, mengeluh karena harga turun menjadi Rp7.000 per kg yang sebelumnya sebesar Rp11.000/kg.
"Kami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena harga karet terus turun menjadi Rp7.000/kg," kata Kandian (42) petani karet di Desa Bantai Air, Kecamatan Bantan, Bengkalis, dihubungi Sabtu.
Dia mengatakan, ketika harga karet hanya Rp11.000 per kg, dirinya bersama petani lain juga mengalami kendala untuk membeli sembako.
Menurut bapak tiga anak tersebut bahwa pemerintah daerah atau pemerintah pusat seharusnya mampu mempertahankan harga karet agar petani hidup lebih layak.
Padahal karet sangat dibutuhkan diantaranya sebagai bahan baku pembuatan ban dan peralatan otomotif lainnya, tapi mengapa harga terus saja menurun tajam.
Petani yang setiap hari menoreh getah itu hanya pasrah dengan harga karet yang terus turun hingga sulit diprediksi untuk stabil diatas Rp12.000/kg.
Dia menduga bahwa harga karet itu dipermainkan oleh tengkulak karena pada tingkat pengumpul belakangan ini enggan mendatangi petani untuk membeli langsung tanpa alasan yang jelas.
"Sejak enam hari ini biasanya ada pedagang pengumpul berada di pinggir jalan menampung karet, tapi sudah tidak ada lagi," katanya.
Namun buruh penoreh getah merasakan dampak tersebut karena majikan mereka hanya mampu membayar murah karena harga karet tidak stabil dan cenderung terus menurun.
Seorang penoreh getah, Hasan (46) mengatakan dirinya hanya pasrah terhadap turunnya harga karet dan berupaya untuk mencari upaya lain untuk kebutuhan ekonomi keluarga.