Listrik Disabotase, Malacca Strait Rugi Rp1,3 M

id listrik disabotase malacca strait, rugi rp13 m

Pekanbaru, (antarariau.com) - Lapangan minyak Melibur milik EMP Malacca Strait di Provinsi Riau sempat mati total (shutdown) selama 12 jam, diduga akibat perangkat kelistrikan disabotase orang tak dikenal, mengakibatkan perusahaan dari grup Energi Mega Persada itu merugi hingga Rp1,3 miliar.

"Total shutdown (berhenti total) ini juga mengakibatkan potensi kerugian produksi sebesar 1.300 barel atau setara Rp1,3 miliar, berdasar total shutdown yang berlangsung selama kurang lebih 12 jam," kata Kepala Humas Energi Mega Persada (EMP), Heru Hardono di Pekanbaru, Rabu.

Lapangan Melibur di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau merupakan lapangan minyak utama yang berhenti total produksi pada Selasa (8/1) pukul 08.40 WIB. Berdasarkan informasi, dugaan sabotase terlihat karena kerusakaan pada saklar pemutus (switch breaker) di lokasi sumur MSJ-9 yang berada di Desa Bagan Melibur. Saklar pemutus ditemukan dalam kondisi patah, namun Heru mengatakan pihak perusahaan masih menyelidiki dugaan sabotase itu.

Ia mengatakan pihak perusahaan kesulitan untuk memperbaiki kerusakan karena pada

saat bersamaan terjadi aksi unjuk rasa sejumlah pekerja alih daya (third party contract/TPC) di Lapangan EMP MSSA yang dimulai sekitar pukul 07.00 WIB.

"Ketika pihak EMP Malacca Strait hendak memperbaikinya, massa pengunjukrasa menghalang-halangi akses masuk menuju lokasi sumur tersebut," kata Heru.

Ia mengatakan, dampak terhentinya produksi lapangan Melibur juga berdampak pada warga setempat karena gas pengikut yang dihasilkan kilang minyak itu menjadi sumber energi bagi pembangkit listrik. Akibatnya, suplai gas dari Lapangan Melibur ke Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Gas (PLTMG) Melibur milik PLN yang dipasok untuk warga di Desa Bagan Melibur, Kecamatan Merbau, terganggu.

"Dengan terhambatnya pasokan gas ke PLTMG Melibur, maka aliran listrik kepada rumah-rumah warga di Desa Bagan Melibur menjadi terhenti. Dan untuk menghidupkan kembali memerlukan waktu yang tidak cepat," ujarnya.

Sedangkan, ia mengatakan aksi unjuk rasa yang dilakukan para pekerja lokal alih daya selesai sekitar pukul 17.45 WIB, setelah massa bernegosiasi dengan satuan petugas keamanan yang berjaga di Kurau Camp, Lapangan EMP MSSA.

Baru setelah itu, lanjutnya, pihak manajemen bisa menghidupkan kembali listrik di sumur MSJ-9 pada sekitar pukul 19.30 WIB. Namun, karena sumur MSJ-9 yang merupakan pusat dari aliran gas menuju Melibur Plant tidak secara otomatis dapat memasok kembali aliran listrik ke PLTMG milik PLN, maka sekitar pukul 20.20 WIB perusahaan terpaksa mengambil sumber pasokan dari sumur gas lainnya yang juga berada di Lapangan Melibur.

Ia mengatakan aliran listrik dari PLTMG Melibur akhirnya kembali normal pada Selasa (8/1) sekitar pukul 20.50 WIB.

Ia menjelaskan, latar belakang dari unjuk rasa pegawai merujuk kepada perundingan manajemen EMP Malacca Strait dengan para pengunjukrasa pada tanggal 20 Desember 2012. Pada waktu itu, para pengunjukrasa menuntut adanya pengangkatan para pekerja lokal berstatus alih daya menjadi pekerja permanen dalam jumlah tertentu.

"Perusahaan menyadari potensi sumber daya manusia daerah tempatan yg masih perlu dikembangkan sehingga kembali membuka kesempatan berkarir di perusahaan dengan memberikan tambahan posisi sesuai kebutuhan dan memperpanjang waktu penyerahan persyaratan administrasi," kata Heru.

Sebagai tindak lanjut dari perundingan ini, lanjutnya, perusahaan telah mengumumkan pembukaan lowongan untuk posisi pekerja permanen yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Siak. Meskipun dalam perundingan di atas para pengunjukrasa dan pihak EMP Malacca Strait telah menyepakati langkah-langkah yang akan diambil perusahaan sebagai tanggapan atas tuntutan pengunjukrasa, namun pada kenyataannya ternyata para pengunjukrasa belum merasa puas.