Pekanbaru, (antarariau.com) - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Pelajar Mahasiswa Rantau Setingkai (Hipemars) melakukan unjuk rasa dengan menggelar tenda untuk bermukim di kantor DPRD Provinsi Riau, Pekanbaru, Rabu.
Dengan membentangkan spanduk berisi foto-foto kerusakan jalan dan kondisi memprihatinkan warga, para mahasiswa menuntut perhatian Pemerintah Provinsi Riau agar segera memperbaiki kerusakan infrastruktur jalan di Lipat Kain-Rantau Setingkai, yang membuat 14 desa di Kabupaten Kampar terisolir. Koordinator aksi, Abdul Jalil mengatakan persoalan buruknya akses jalan sepanjang 28 kilometer itu menyebabkan warga kesulitan mendapatkan bahan kebutuhan pokok.
Padahal, ia mengatakan ada sekitar 14.000 orang warga yang bertempat tinggal di daerah itu.
"Bahkan, jika pun ada harga barang sudah mahal selangit," katanya.
Ia mencontohkan, akibat jalan rusak menyebabkan harga beras di daerah tersebut kini mencapai Rp17.500 per kilogram. Padahal normalnya harga beras hanya Rp9.000 per kilogram.
"Harga bensin saja Rp10.000 per liter," katanya.
Abdul mengatakan di Kecamatan Kampar Kiri yang terkena imbas kejadian tersebut, yakni Desa Tanjung Mas, Lubuk Payung, Sei Raja, Sei Rambai, Sei Harapan, Lubuk Agung, Sei Sarik dan Desa Muara Sei Laya.
Sedangkan, di Kecamatan Kampar Kiri Hulu yakni Desa Deras Tajak, Tanjung Karang, Batu sasak, Lubuk Bigau , Kebun Tinggi dan Desa Pangkalan Kapas.
"Persoalan kerusakan jalan ini terjadi sejak tahun 80-an," katanya.
Menurut dia, kerusakan jalan semakin menjadi-jadi sejak Oktober 2012 karena hujan yang terus melanda karena jalan yang hanya merupakan timbunan tanah dan batu kerikil.
"Kalau hujan, jalan itu jadi kubangan lumpur sulit dilalui," katanya.
Dalam aksi itu mahasiswa menuntut dilakukannya pengaspalan Jalan Lipat kain menuju Rantau Setingkai dan adanya bantuan sembako dan bantuan tanggap darurat dari Pemerintah Provinsi Riau dan Kabupaten Kampar.
"Kalau aspirasi kami tidak ditindaklanjuti, kami akan bertahan di sini (kantor DPRD Riau)," ujarnya.
*kontributor berita: Panji Wibowo, Foto Soleh Saputra