Pekanbaru (ANTARA) - Indonesia menyerukan semua negara untuk mau mengambil aksi bersama demi mencegah bencana akibat perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut, perubahan pola musim, dan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem.
Aksi bersama sudah dilakukan Indonesia di tingkat nasional dengan melibatkan akademisi, pelaku bisnis, LSM, dan masyarakat di tingkat tapak karena pengendalian perubahan iklim tak bisa dilakukan oeh satu pihak saja.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong menegaskan Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam pengendalian perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan
"Kami menyerukan semua Negara untuk bekerja sama menyelamatkan bumi. Kami bagikan kami targetkan dan capai, kami meminta agar Negara lain juga melakukan hal yang sama," katanya saat membuka Paviliun Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC) COP26 yang berlangsung di Glasgow, Skotlandia, Senin 1 November 2021.
Paviliun Indonesia pada COP 26 kali ini mengambil tema 'Leading Climate Actions Together: Indonesia FOLU Net Sink 2030'. Paviliun Indonesia akan menyuarakan tindakan, strategi, dan inovasi Indonesia kepada dunia internasional berupa aksi-aksi Indonesia dalam mencegah perubahan iklim
"Paviliun Indonesia komitmen Indonesia dalam negosiasi global, dan menyajikan banyak pelajaran dari lapangan," tutur Wamen Alue.
Ketua Paviliun Indonesia Agus Justianto memaparkan aksi-aksi bersama Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim ditampilkan dalam 75 sesi panel dengan 422 pembicara di Paviliun Indonesia yang digelar di Glasgow dan Jakarta secara paralel.
Agus menyatakan selain pejabat tinggi dari berabagai Negara, Paviliun Indonesia juga akan menghadirkan pembicara dari LSM, berbagai organisasi, pemerintah daerah, dan juga masyarakat di tingkat tapak.
Wamen Alue Dohong menekankan pentingnya melibatkan semua pihak termasuk swasta dalam pengendalian perubahan iklim. "Kita harus melihat potensi swasta untuk mencapai NDC, karena ada tangung jawab bersama di sana," kata dia.
Sebagai kontribusi dalam pengendalian perubahan iklim, Indonesia menegaskan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 41% dengan dukungan Internasional dalam Updated NDC (Nationally Determined Contribution)
Indonesia juga sudah mencangkan untuk mencapai Net Sink FOLU tahun 2030 yang berarti penyerapan emisi gas rumah kaca dari sektor hutan dan lahan (FOLU) lebih tinggi ketimbang yang terlepas. Sektor FOLU sendiri ditargetkan dapat berkontribusi hampir 60% dari total target penurunan emisi nasional.
Kedua komitmen Indonesia tersebut tercantum di dalam dokumen Updated NDC dan Long-Term Strategies for Low Carbon and Climate Resilience 2050 (LTS-LCCR 2050) yang telah disampaikan kepada Sekretariat UNFCCC Juli 2021.
Sementara itu Direktur APP Sinar Mas Suhendra Wiriadinata yang juga hadir di lokasi konferensi menyatakan pihaknya siap untuk mendukung pencapaian NDC dan komitmen FOLU Net Sink yang dicanangkan pemerintah.
"Korporasi merupakan salah satu bagian dari non-state actor yang berupaya untuk berperan serta dalam program adaptasi dan mitigasi. Inisiatif ini sangat penting untuk mencapai pemenuhan target National Determined Contribution (NDC) di Indonesia," tambah Suhendra
Langkah yang dilakukan APP Sinar Mas diantaranya adalah mengikuti arahan pemerintah untuk perbaikan tata kelola gambut dan mendukung pembentukan program kampung iklim untuk peningkatan ketahanan iklim masyarakat di tingkat tapak.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Alue Dohong (kiri) memberi sambutan ketika membuka Paviliun Indonesia pada ajang Conference of Parties (COP) ke-26 United Nations Framework Convention of Climate Change (UNFCCC) di Glasgow, inggris, Senin (1/11/2021).