Melihat usaha batik Srikandi di Kampar

id batik sibuak, batik srikandi, batik kampar

Melihat usaha batik Srikandi di Kampar

Proses kunjungan ke KUB Batik Srikandi di Tapung. (ANTARA/Zora Anjani)

Tapung Hilir (ANTARA) - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Unsur Pelaksana SetdaKabupaten Kampar mengunjungi tempat usaha batik Srikandi, Ahad (24/10).

Ketua DWP, Yenni Hartati bersama pengurus lainnya bertemu dengan pemilik rumah batik Srikandi, Wulyatidan berdialog seputar perkembangan dunia usaha tersebut.

Wulyati menceritakan Kabupaten Kampar memiliki banyak keberagaman budaya yang terus berkembang. Salah satunya adalah batik. Di Kecamatan Tapung, tepatnya di Desa Sibuak telah dimulai usaha batik sejak 2019 dan tahun ini dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batik Srikandi di bawah binaan Dinas Perdangangan Koperasi dan UKM Provinsi Riau.

Bantuan dari dinas tersebut disalurkan dari dana pokir anggota DPRD Provinsi Riau dapil KamparEva Yuliana. Dengan bantuan berupa pelatihan selama 10 hari bagi masyarakat dengan peserta sebanyak 15 orang perempuan warga tempatan dilaksanakan di gedung Srikandi Desa Sibuak.

Pelatihan diberikan oleh tutor asal Solo yang juga seorang guru di SMK Negeri 4 Pekanbaru, Hary Susanto. Setiap peserta mendapatkan bantuan peralatan dan bahan-bahan membatik.

Baca juga: Melihat keunikan batik khas Kampar

Untuk membuat sebuah baju pada umumnya diperlukan kain putih dengan ukuran 2,25 meter.Proses membatik dimulai dengan menentukan pola batik kemudian diprint dan dijiplak ke kain tersebut. Setelah itu, lilin malam dipanaskan lalu dilukiskan ke kain menggunakan canting.

Saat motif dasar telah tampak pada kain, dilukiskanlah warna yang bervariasi pada motif agar terlihat indah. Selanjutnya kain yang masih berwarna dasar putih itu, direndam air warna agar terciptakain batik yang diinginkan.

Proses pengerjaan yang rumit tersebut menghabiskan waktu empat hari. Modal yang ditetapkan pihak pengelola untuk selembar kain batik adalah Rp215 ribu dan harga jual untuk kain-kain batiknya bervariasi tergantung tingkat kerumitan motif yang dipesan konsumen.

KUB Srikandi telah menghasilkan karya yang sangat beragam. Salah satunya yang paling menarik adalah batik khas Sibuak yang menjadi ikon baru bagi desa tersebut.

Usaha ini telah menjadi ladang penghasilan tambahan bagi para anggotanya. Saat ini, mereka mendapatkan penghasilan sebesar Rp110 ribu per kain dan telah mendapatkan pesanan sebanyak 11 potong kain.

Baca juga: Dekranasda Kampar Ingin Kembangkan Batik Riau

Yenni menyampaikan syukuranggota DPRD Provinsi Riautelah memberikan perhatian kepada pebatik warga Kampar, khususnya di Tapung. "Semoga dengan bantuan itu mereka semakin bersemangat mengembangkan usaha batiknya sehingga nama Kampar dapat dikenal masyarakat luas," harapnya

"Dengan memiliki keahlian sebagai pebatik, bukan saja dapat menambah pengetahuan tetapi juga dapat menjadikan keahlian di bidang itu sebagai sumber penghasilan tambahan bagi keluarga," ungkap Yenni.

Dengan bahan-bahan yang cukup mahal serta dipesan langsung dari Jawa, tentunya modal pengerjaan yang diperlukan tidaklah sedikit.

KUB Srikandi membutuhkan modal tambahan untuk perkembangan usahanya. Diharapkan bagi pemerintah daerah agar dapat melirik potensi yang ada di tengah masyarakatnya dan memberi bantuan untuk kemajuan usaha-usaha kecil seperti ini.

Baca juga: Dekranasda Kampar Belajar Batik Di Rumah Batik Andalan

Hal ini menandakan adanya potensi-potensi besar pada masyarakat daerah, sehingga sangat perlu untuk dimajukan agar dapat menjadi suatu keunggulan bagi tiap-tiap daerah. Usaha-usaha seperti ini perlu di munculkan di daerah-daerah lain serta didorong agar lebih maju.