Kebangkitan olahraga nasional lewat cicat-cicak KPK ? bagian 2

id kebangkitan olahraga, nasional lewat, cicat-cicak kpk, bagian 2

Kebangkitan olahraga nasional lewat cicat-cicak KPK ? bagian 2

Pekanbaru (antarariau.com) - Kebangkitan Olahraga Nasional, memang menjadi hal yang dinanti-nanti seluruh publik Tanah Air. Kondisi demikian seiring dengan maraknya terpaan berbagai masalah yang dihadapi selama kurun waktu beberapa tahun terakhir.

Namun, sepercik harapan itu, masih tetap ada dan kini bergantung pada "cicak-cicak" Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ya, lembaga penegak hukum "super body" ini tengah terus berusaha "membersihkan" kekotoran-kekotoran yang ada di sejumlah proyek penyelenggaraan "event" olahraga nasional di Tanah Air.

Sekali lagi, publik tetap menanti, berusaha untuk mempercayai pepatah bijak yang menyatakan, "nikmati hal-hal kecil, pada suatu hari anda mungkin akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa itu adalah hal yang besar".

Sebercak noda itu berada di "tubuh" Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/2012 Riau yang beru saja selesai diselenggarakan dengan segalanya yang serba minimalis.

Usai memeriksa puluhan saksi dari kalangan legislatif, eksekutif dan pihak swasta. "Cicak-cicak" KPK kini mulai terfukus pada proyek fisik yang menjadi sarana tiap cabang olah raga pada PON Riau.

"Saat ini kami mulai menyelidiki dugaan korupsi di proyek-proyeknya. Terutama Staduon Utama Riau," kata Juru Bicara KPK Johan Budi yang dihubungi per telepon dari Pekanbaru pada pertengahan September 2012.

Stadion Utama Riau yang terletak di kompleks Universitas Riau di Pekanbaru sudah mulai dibangun sejak tahun 2009 untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional XVIII Riau 2012. Stadion berbentuk melingkar ini berarsitektur modern dengan berbagai kelengkapan yang diklaim sebagai stadion berkelas internasional dan masuk sebagai salah satu stadion termegah di Tanah Air dengan kapasitas penonton mencapai lebih dari 40.000 kursi.

Kursi penonton terbagi dalam lima kelas, yakni kelas 1, 2, 3, VIP barat dan VIP timur. Setiap kelas memiliki pintu terpisah dan dibagi berdasarkan warna. Stadion ini juga dilengkapi ruang medical dan anti-doping.

Stadion Utama Riau juga memiliki kualifikasi multifungsi. Selain untuk sepak bola, stadion ini juga bisa digunakan untuk atletik, loncat jauh, dan squash.

Muncul Persoalan

Persoalan kasus Stadion Utama Riau sebelumnya juga sempat dipertanyakan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Riau, Bidang Infrastruktur dan Jasa Konstruksi Prof Sugeng Wiyono.

Menurutnya, biaya pembangunan Stadion Utama PON XVIII di Kota Pekanbaru, Riau, terlalu mahal. Dimana jika dikalkulasikan dana pembangunan per kursi bisa mencapai sekitar Rp19,4 juta.

"Harganya kok bisa sangat mahal alasannya apa?. Sedangkan selama ini kami meminta data mengenai rancangan bestek dan rencana anggaran biaya tapi selalu ditutupi," katanya.

Sugeng juga mempertanyakan rencana Pemprov Riau yang meminta tambahan dana sekitar Rp200 miliar untuk pembangunan stadion utama PON yang dibangun di area Universitas Riau di Pekanbaru itu. Dengan begitu, apabila penambahan dana disetujui, maka biaya untuk proyek tersebut lebih dari Rp1,1 triliun.

Menurut dia, stadion utama dibangun di lahan seluas 66,4 hektare dengan luas bangunan 77.552 meter persegi. Kapasitas tribun untuk penonton mencapai 43.027 orang, dengan nilai kontrak pembangunan Rp832.497.207.

"Dengan demikian kalau dihitung harga per meter persegi adalah Rp10,735 juta. Sedangkan, kalau dihitung harga per kursi penonton Rp19,438 juta per kursi. Apakah harga ini wajar atau pantas?," ujar Sugeng.

Dilihat dari harga standar bangunan berdasarkan pedoman harga pemerintah Provinsi Riau tahun 2011, lanjutnya, harga per meter persegi bangunan kategori khusus seperti untuk stadion PON seharusnya berkisar Rp6 hingga Rp8,5 juta per meter persegi.

Sebagai perbandingan, ia mengatakan pembangunan stadion berkasitas labih dari 40 ribu kursi di Gedebage, Jawa Barat, yang dibangun hampir bersamaan dengan stadion PON, hanya memerlukan biaya Rp623 miliar atau satu tempat duduk biayanya Rp16,4 juta. Kemudian stadion Palaran untuk PON Kalimantan Timur dengan kapasitas 50 ribu kursi hanya memerlukan biaya Rp800 miliar.

Atap Terbang

Bahkan dalam sidang lanjutan untuk tersangka suap PON Riau yakni Eka Dharma Putra yang merupakan PNS Dispora Riau dan Rahmat Staff PT PP di gelar di Pengadilan Tipikor Pekanbaru pada pertengahan Juli 2012 lalu terungkap bahwa atap stadion megah tersebut sempat terbang disambar angin kencang.

Dari saksi-saksi yang dihadirkan pada persidangan itu, ada satu yang menarik yakni atas nama Nanang Siswanto. Dalam kesaksiannya untuk terdakwa Rahmat Syahputra ia menyebutkan bahwa atap dari Stadion Utama Riau pernah terbang di hantam angin. Hal tersebut di sampaikan Nanang saat ditanya ketua Majelis Hakim Krosbin Lumban Gaol.

Tentunya saja jawaban ini membuat tercengan pengujung sidang yang berada di dalam ruang sidang. Pasalnya, keterangan tersebut diungkapkan sepekan sebelum pertandingan Piala Asia U-22. Namun dapat disykuri pertandingan tersebut akhirnya berjalan mulus mengingat ketika itu Riau tengah dilanda kemarau tak berangin.

Bahkan sebelumnya juga sempat dilaporkan bahwa rangka baja atap stadion utama (main stadium) yang dijadikan sebagai tempat pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di Riau tahun 2012 roboh akibat terpaan angin.

Informasi yang dihimpun di lokasi kejadian yang berada di lingkungan Universitas Riau, Pekanbaru menyebutkan, robohnya rangka baja atap as 1-10 di bagian sisi timur itu terjadi pada malam awal Maret 2012.

Akibat peristiwa itu, tempat parkir, kemudian pagar proyek pembangunan, serta atap auditorium stadion menjadi rusak tertimpa baja, serta pohon dan tiang listrik di sekitar stadion ikut roboh.

Juru bicara PON XVIII Riau, Charul Riski menyatakan, robohnya rangka baja itu karena pengikat baja belum mengikat seluruh bagian dari rangka atap baja yang roboh tersebut.

Meski demikian, lanjutnya, pihak kontraktor sepenuhnya bertanggung jawab untuk memperbaiki dan mengganti kerusakan serta mengevaluasi jadwal pelaksanaan sehingga tidak berpengaruh bagi penyelesaian fisik bangunan stadion.

Agaknya, rentetan peristiwa ini lah yang kemudian menjadi rujukan bagi "cicak-cicak" KPK untuk menelusuri lebih dalam adanya indikasi korupsi pada proyek mega miliar itu.

"Seseorang dapat duduk di bawah bayang-bayang pohon karena lama berselang ada orang yang menanam pohon itu," demikian Warren Buffet.

Namun berbeda hal dengan proyek Stadion Utama Riau, beberapa kelompok membangunan dengan indikasi niat yang menghancurkan hingga harus dan kerap dibayang oleh penegak hukum "super body".

Warren Buffet adalah salah satu dari tiga orang terkaya di dunia, beliau juga adalah dermawan nomor satu di dunia yang telah menyumbangkan lebih dari 31 milyar US dollar atau sekitar Rp280 triliun dari kekayaan pribadinya untuk amal.

Namun sebaliknya, rakyat di negara ini justru menyumbangkan miliaran bahkan triliunan rupiah anggaran stor pajak mereka hanya untuk "dilahap" oleh para koruptor "tak berlampu". Lahap sana sini tak pedulikan apapun dan siapapun yang menghalanginya.

"Sepertinya ada kesalahan dan penyimpangan dari sifat manusia. Manusia sering kali membuat hal-hal yang sederhana menjadi sulit dan rumit". Semuanya mungkin demi kesenangan semata. Mudah-mudahan hal ini menjadi jenjang kebaikan bagi olahraga nasional untuk kedepan lebih baik. ***1*** (bersambung)

(T.KR-FZR)