Stadion Utama PON Dikawal Ketat Pascapembongkaran

id stadion utama, pon dikawal, ketat pascapembongkaran

Stadion Utama PON Dikawal Ketat Pascapembongkaran

Pekanbaru (antarariau) - Stadion Utama Pekan Olahraga Nasional (PON) Riau pada Kompleks Universitas Riau (UR), Pekanbaru, Minggu pagi tampak dikawal ketat sejumlah petugas keamanan konsorsium pascapembongkaran kursi Sabtu (23/6) lalu.

"Wartawan tidak lagi diperbolehkan masuk untuk meliput ruangan dalam Stadion Utama PON bekas pembongkaran semalam," kata seorang wartawan media cetak di Pekanbaru, Nasuha.

Nasuha mengakui di depan pintu masuk utama stadion senilai Rp900 miliar itu, tampak sekerumunan petugas keamanan yang diindikasi bekerja pada pihak konsorsium proyek tersebut.

Pihak konsorsium atas proyek mega miliar itu yakni terdiri dari PT Adhi Karya, PT Wijaya Karya dan PT Pembangunan Perumahan.

"Nggak boleh lagi masuk ke dalam stadion. Penjagaannya ketat," kata dia.

Pihak konsorsium atas proyek tersebut yang berusaha dihubungi sejauh ini belum bersedia memberikan komentar atas insiden pembongkaran kursi dan sejumlah fasilitas stadion yang dilakukan pihak subkontraktor pada Sabtu (23/6) lalu.

Sebelumnya Juru Bicara Forum Subkontraktor Stadion Utama PON Riau, Ari Setiawan di Pekanbaru mengatakan pihaknya telah membongkar sebagian kursi dan sistem digital lampu sorot hingga kemungkinan pertandingan kualifikasi Piala ASEAN Footaball Confederation (AFC) akan dilaksanakan tanpa penerangan.

Ari Setiawan atau dikenal dengan sebutan Wawan mengatakan, selain kursi dan lampu sorot, pihaknya juga telah mematikan sistem penghitung pada papan skor, termasuk juga sistem pengeras suara stadion.

"Bukan maksud hati menyakiti hati masyarakat Riau yang telah menanti-nanti penyelenggaraan AFC pada 5-15 Juli 2012. Hal ini terpaksa kami lakukan karena tagihan kami atas proyek tersebut tak juga dibayarkan oleh pihak konsorsium (KSO)," katanya.

Wawan mengatakan, pembongkaran akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan para tenaga kerja lapangan yang tersisa saat ini.

Hal itu diakuinya terpaksa dilakukan karena pihak konsorsium yang tidak berkomitmen tetap dan terus menggantung tunggakan tagihan yang seharusnya dibayarkan.

Sebelumnya diakui Wawan, pihaknya bersama sejumlah rekan subkontraktor lainnya juga sempat menggelar pertemuan beberapa kali dengan pihak konsorsium. Namun pada dua pertemuan terakhir, janji pelunasan tagihan yang terus membengkak tak kunjung terlaksana.