Dispar Riau tur wisata sejarah Pekanbaru bersama komunitas, ini rutenya

id Wisata riau, wisata pekanbaru

Dispar Riau tur wisata sejarah Pekanbaru bersama komunitas, ini rutenya

Dispar bersama komunitas ketika di Tugu Pahlawan Kerja. (ANTARA/HO-Pemprov Riau)

Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Pariwisata Provinsi Riau menggelar Tur Wisata Sejarah menyusuri rute bersejarah yang melatari keberadaan Kota Pekanbarudiikuti sejumlah komunitas semisal dari Pekanbaru Heritage Walk (PHW), Jejak Sejarah Pariwisata (JSP) dan Pekanbaru Tempo Dulu (PTD).

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat yang ikut serta dalam rombongan tur menyatakan selain sumber inspirasi, sejarah berpotensi menjadi paket destinasi. Institusi yang ia pimpin coba merombak kekakuan dengan melahirkan program lebih simpel namun memiliki daya gugah termasuk untuk menarik minat keluarga dan remaja.

“Karenanya Dinas Pariwisata Riau senantiasa di posisi merintis jalan baru dalam membangun iklim kepariwisataan yang kuat dan berkarakter. Situasinya kita sesuaikan dengan tren, kekinian. Mengedepankan partisipasi publik. Tak lagi asyik sendiri. Karenanya kita sangat terbuka untuk bekerjasama, saling bertukar-pikiran dengan semua pihak dalam upaya pengembangan," katanya.

Mengawali tur, para peserta berkumpul di halaman Kantor Dinas Pariwisata di kawasan Purna MTQ. Selanjutnya rombongan bergerak menuju Tugu Pahlawan Kerja di Jalan Kaharuddin Nasution, kawasan Simpang Tiga Pekanbaru.

Areal yang menjadi saksi atas peristiwa romusha ini menjadi menu pembuka tur. Kisah getir para pekerja paksa yang sebagian besar meregang nyawa masih tergambar jelas di relief monumen.

Sebuah loko juga masih berdiri di antara deretan batu nisan. Di tempat ini tentara Jepang sangat berambisi menyatukan Pekanbaru dan Sumatera Barat dalam satu sistem transportasi berbasis rel.

Ribuan pekerja dipaksa membangun jalur di Tahun 1942 atau di masa invasi Dai Nippon. Proyek ambisius yang berlangsung hanya sekitar setahun itu menghadirkan salah satu cerita paling kelam dampak penjajahan.

Rel yang dibangun sepanjang 220 Kilometer dari arah Pekanbaru menuju Bukit Rimbang dan Bukit Baling di Kuantan Singingi berakhir di Muaro Sijunjung Sumatera Barat itu benar-benar horor. Selain karena kelaparan, malaria, para pekerja tewas menyusul serangan binatang buas pada proyek ditujukan guna mendukung pemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Lokasi tur setelahnya adalah kawasan Bandara Sultan Syarif Kasim II. Di sini disuguhi historia bandara di masa era kolonial, sampai cerita sejarah penerbangan perdana di Tahun 1930.

Setelahnya tur menuju Komplek Makam Marhum Pekan, Muhammad Ali Abdul Djalil Muazzam Syah. Nama terakhir ini adalah Sultan Siak ke-5 yang tercatat sebagai pelanjut cita-cita sang ayahnda dalam menghadirkan sebuah pusat pertumbuhan yang kelak bernama Pekanbaru.

Dari komplek makam ini, peserta diingatkan kembali tentang alur pelayaran internasional di Selat Malaka pada akhirnya menyimpang di Sungai Siak. Kapal-kapal dari Selat Malaka itu melayari bantaran sungai di sisi Istana Kesultanan Siak di Siak Sri Indrapura sebelum sampai di Pekanbaru.

Hal yang membuat antara Pekanbaru dan Siak memiliki irisan sejarah dan kultur sangat dekat. Sepanjang keberadaannya, Kesultanan Siak bahkan pernah memindahkan pusat pemerintahan ke Pekanbaru.

Setelahnya, tur menuju ‘Tugu Titik Nol’ yang pada masa dahulu menjadi alun-alun Senapelan, satu paket dengan Rumah Tenun dan Rumah Singgah Tuan Kadi. Pengunjung akan beroleh cerita lebih lengkap tentang ‘Sungai Pelan’, Bandar Senapelan yang kemudian berubah nama menjadi Senapelan atau Pekan Baharoe yang pada akhirnya juga bertukar sebut jadi Pekanbaru.

Tur berlanjut ke Bundaran Chevron, guna mengingatkan peserta bahwa Bumi Lancang Kuning sudah sedemikian tersohor sejak zaman dahulu seiring keberadaan sumur-sumur minyak. Berebut kilang yang sudah terjadi bahkan kala penjajah saling berganti.

Di sesi terakhir, peserta diajak pula menelusuri apa di balik kebaradaan yang melatari Jembatan Siak IV, Tanjung Rhu sebelum paket bermuara di bawah Jembatan Siak III. Meski terkesan sederhana namun Tur Wisata Sejarah ini penuh dengan cerita yang bahkan menarik minat kaum milenia.

Salah seorang peserta tur, Mike Agnesia menyatakan, telusur sejarah itu begitu ia nikmati. “Romantikanya luar biasa. Dari tak paham jadi mengerti. Kisahnya begitu seru.”