Pakar ''Mencium'' Munculnya Puting Beliung

id pakar mencium, munculnya puting beliung

Pakar ''Mencium'' Munculnya Puting Beliung

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Pemerhati sekaligus pakar lingkungan dari Universitas Riau (UR), Tengku Ariful Amri "mencium" potensi kemunculan sejumlah peristiwa merugikan bagi manusia seperti puting beliung dan hujan disertai petir.

"Saat ini saja, suhu udara di Riau tidak lagi menentu. Kalau menurut siklusnya, sampai Februari 2012 nanti, Riau sewajarnya masih musim hujan. Tapi pada kenyataannya, beberapa hari ini justru dilanda kemarau dengan suhu udara diatas rata-rata," kata Amri di Pekanbaru, Jumat.

Kondisi ini menurut dia menggambarkan bahwa telah terjadi gangguan pada lingkungan yang akhirnya menyebabkan iklim di Tanah Air khususnya Riau tidak dapat diprediksi secara pasti.

"Menurut analisa saya, kalau sempat Riau terus-menerus mengalami gangguan iklim seperti saat ini, maka akan terjadi tekanan uap di udara sekitaran Pekanbaru. Jika demikian, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi peristiwa merugikan, salah satunya angin puting beliung," tuturnya.

Jadi, kata Amri, kalaupun terjadi hujan, kemungkinan besar akan diawali dengan angin kencang yang pusarannya terfokus pada satu titik.

"Kondisi seperti ini sebaiknya diwaspadai oleh masyarakat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika juga seharusnya melakukan berbagai upaya, salah satunya menganalisa kemungkinan terburuk akibat gangguan iklim ini," tuturnya.

Secara terpisah, analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sanya Gautami mengatakan, sejak beberapa hari terakhir hingga saat ini (Jumat 6/1), prakiraan cuaca di 12 kabupaten/kota Provinsi Riau dominan cerah berawan.

"Potensi hujan masih sangat minim. Hal demikian yang kemudian menyulut bertambahnya jumlah titik api di Riau dan sejumlah wilayah provinsi tetangga," katanya.

Bahkan menurut Sanya, suhu udara di sebagian besar provinsi kaya minyak itu termasuk Pekanbaru dikabarkan sempat mendekati kondisi ekstrim yakni mencapai 34,6 derajat celsius, pemicunya adalah gangguan cuaca yang bermuara dari Barat Daya Sumatera atau Samudra Hindia.

"Sejak beberapa hari ini, di Samudra Hindia terdapat badai tropis benilde yang menyebabkan tekanan udara di bagian utara Indonesia cukup rendah. Kondisi ini yang kemudian memicu suhu udara panas untuk sebagian Sumatra termasuk Riau," kata Sanya.