Gubernur Sulteng Tolak Beras Impor

id gubernur sulteng, tolak beras impor

Gubernur Sulteng Tolak Beras Impor

Palu (ANTARARIAU News) - Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggola menolak masuknya beras impor ke Sulawesi Tengah, karena hal itu merugikan petani di daerah ini.

"Saya sudah sampaikan ke kementerian, supaya beras lokal produksi petani bisa dibeli sesuai harga pasar," katanya setelah melakukan panen padi varietas Bunda Sri, salah satu padi varietas baru yang sedang diujicobakan di Desa Labuan Tuposo Kabupaten Donggala, Minggu (12/11).

Menurut Longki, penolakan beras impor tersebut sebagai bentuk upaya memperjuangkan nasib petani di Sulawesi Tengah agar bisa lebih sejahtera, mengingat nilai tukar petani di daerah ini masih di bawah 100 persen.

Longki mengatakan meski beras di Sulawesi Tengah belum berkonstribusi secara signifikan terhadap beras nasional, namun Sulawesi Tengah sudah surplus beras.

Dia mengatakan, jika produksi beras terus melimpah akibat impor dan tidak terjual sama saja itu mematikan petani sendiri.

Dalih selama ini Bulog tidak mampu membeli beras dari petani sesuai harga pasar, menurut Longki sudah dikomunikasikan dengan kementerian terkait.

Berdasarka data dari Dinas Pertanian Sulawesi Tengah, luas tanam padi di daerah ini mencapai 240.527 hektare dengan produksi mencapai 1.107.364 ton gabah kering giling.

Pemerintah Sulawesi Tengah menargetkan bisa berkonstribusi sebanyak satu juta ton pada 2014 terhadap beras nasional yang mencapai 10 juta ton.

Sebelumnya, Longki Djanggola melakukan panen perdana varietas baru yang ditemukan Prof Dr Hariyadi, salah seorang guru besar di salah satu perguruan tinggi di Malang dan kini dalam tahap uji adaptasi di Sulawesi Tengah.

Selain gubernur ikut serta dalam panen perdana tersebut Danrem 132 Tadulako, Kolonel infantri Muslimin Akib, Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana, Wakil Bupati Donggala Ali Lasamaulu.

"Padi ini diolah dari benih-benih unggul yang diperbaiki sifat-sifatnya dan sudah diuji adaptasi. Varietas ini sudah terdaftar di pusat Perlindungan Varietas Pertanian di Kementerian Pertanian," kata Hariyadi, di lokasi panen perdana Desa Labuan Tuposo.

Hariyadi mengatakan, varietas padi ini merupakan hasil perkawinan verietas lokal dengan produksi mencapai 19 ton per hektare gabah kering giling. Sementara hasil padi lokal hanya berkisar delapan hingga 11 ton per hektare gabag kering giling.