Petani Plasma Asian Agri Butuh Kotoran Sapi

id petani plasma, asian agri, butuh kotoran sapi

Pekanbaru, 29/7 (ANTARA) - Petani plasma perusahaan perkebunan kelapa sawit nasional Asian Agri di areal Kebun Buatan membutuhkan kotoran sapi untuk pupuk dan sumber energi alternatif di kawasan pemukiman mereka.

"Makin banyak kotoran sapi makin besar manfaatnya untuk kami, tidak hanya dapat dijadikan pupuk tetapi juga sebagai sumber energi biogas," ujar Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Bhirawa Bakti Sunarto saat ditemui di Desa Buana Bakti, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak, Riau, Kamis.

Menurut dia, untuk mendapatkan kotoran sapi, ia bersama beberapa orang petani sawit membentuk kelompok ternak memelihara sapi. Niat mereka untuk mendapatkan pupuk dari kotoran sapi didukung perusahaan Asian Agri yang menjadi mitra para petani yang dulunya warga transmigrasi itu.

"Perusahaan membantu pinjaman Rp150 juta untuk membeli sapi dan sejak delapan bulan lalu kami telah memiliki ternak sapi," katanya.

Saat ini ada sebanyak 60 ekor sapi yang mereka pelihara. Hewan ternak itu dikasi makan pelepah sawit yang telah dihancurkan selain itu juga dikasi pakan tumbuhan kacang-kacangan yang banyak tumbuh diareal sawit dan bungkil sawit yang diperoleh dari pabrik sawit.

Selain kotoran sapi yang dimanfaatkan untuk pupuk, juga urine sapi dapat dimanfaatkan untuk pupuk. Harga pupuk dari kotoran sapi Rp1.000 perkilogram, sedangkan urine Rp15.000 per ember berkapasitas 20 liter.

Menurut dia, pupuk dari kotoran sapi itu sangat ampuh menyuburkan kembali tanaman sawit, hal tersebut dibuktikan dengan tanaman sawit di lokasi mereka yang ditanam sejak tahun 1993 yang telah menguning.

"Sawit yang ada di pemukiman kami ini sebetulnya hendak kami tebang karena produksinya sedikit dan menguning tetapi sejak kami beri pupuk dari kotoran sapi dan air kencing sapi, pohon sawit kami subur kembali," ujar Sunarto.

Sunarto mengatakan, sapi yang dimiliki kelompok ternaknya masih sangat sedikit dan berpengaruh pada produksi kotoran yang dihasilkan. Itu sebabnya, pihaknya mengharapkan tambahan sapi tidak hanya dari petani transmigrasi di daerahnya juga masyarakat luar.

"Jika ada yang berminat menitipkan sapi untuk kami pelihara sangat senang kami menerimanya. Tidak perlu ongkos pelihara, bayar saja kami dengan kotoran sapinya," ujar Sunarto.

Desa Buana Bakti merupakan desa transmigrasi yang dibuka sejak tahun 1990. Kawasan yang semula belukar dan menyulitkan beberapa transmigran itu kini telah menjelma menjadi sebuah perkampungan ramai.

Rumah-rumah penduduk tidak lagi berdinding papan yang kumuh tetapi rumah-rumah beton yang mewah dilengkapi pula mobil-mobil mewah, sebagai sarana transportasi pemiliknya.

Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2011

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.