Antisipasi wabah COVID-19, DPRD Riau minta pemprov jamin ketersediaan pasokan pangan

id DPRD RIAU,corona riau,was[ada corona,stop corona

Antisipasi wabah COVID-19, DPRD Riau minta pemprov jamin ketersediaan pasokan pangan

Anggota DPRD Riau Marwan Yohanis (ANTARA/)

Pekanbaru (ANTARA) - Anggota Komisi II DPRD Provinsi Riau Marwan Yohanis meminta Pemprov Riau menjamin ketersediaan pasokan pangan selama bencana nasional corona atau COVID-19 mewabah di kawasan setempat.

Tak hanya berfokus pada upaya memutus rantai penyebaran virus di daerah setempat. Pemprov Riau juga harus memastikan harga-harga komoditas pangan tidak melonjak serta pasokan pangan cukup selama bencana ini terjadi.

"Sektor ekomomi tentu paling berpengaruh akibat wabah yang telah mendunia ini. Kita tidak ingin masyarakat menjerit karena barang-barang mulai langka. Khawatirnya pasokan beras tidak cukup. Kita minta pemprov turun melakukan monitoring terkait ketersediaan pangan, pemerintah harus memberi jaminan atas kondisi ini," ucap Marwan.

Politisi Gerindra itu meminta pemerintah untuk mengambil pelajaran dari kasus virus mematikan itu, yang mengakibatkan kelumpuhan di berbagai sektor diantaranya ekonomi, pendidikan, pariwisata dan aspek kesehatan masyarakat. Indonesia, khususnya Riau harus mampu mandiri, tidak bergantung dari negara lain, harus berpikir produktif, inovatif, kreatif dan bermental kompetitif dalam menghasilkan produk-produk dalam negeri.

"Ini jadi pelajaran bagi negara kita. Selama ini ketergantungan kita ke negara lain cukup tinggi, bahkan semua barang kita impor. Jadi dengan wabah ini kita ke depan harus lebih mandiri. Bahkan beras saja kita masih impor, padahal negara kita ini subur," ucap Marwan.

Marwan menyarankan pemerintah untuk mengembangkan industri hilir yang memberikanefek berantai kepada perekonomian masyarakat, termasuk membuka lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.

"Kita bergerak hanya di hulu saja, padahal ada potensial lost di hilirnya. Contoh karet kita kirimkan ke negara lain bahan mentahnya. Kemudian turunan produknya dari negara lain kita beli dengan harga yang tinggi. Kenapa kita tidak produksi sendiri, padahal kalau bikin pabrik untungnya berkali-kali lipat, dan tenaga kerja banyak terserap," ucapnya.