Jakarta (ANTARA) - Inaya Wahid, putri bungsu KH Abdurrahman Wahid, memiliki kesan khusus saat mengenang mendiang ulama kharismatik KH Maimoen Zubair atau akrab disapa Mbah Moen.
"Apa yang saya lihat, beliau adalah kiai besar. Dari berbagai unsur mengakui kebesaran Mbah Moen," katanya saat doa bersama dan tahlil untuk Mbah Moen di Jakarta, Jumat malam.
Doa bersama dan tahlil untuk Mbah Moen itu diprakarsai Gusdurian Jakarta dan Wahid Foundation, dengan dipimpin oleh Aang Arif Amrullah atau Gus Aang.
Bahkan, kata pemilik nama lengkap Inayah Wulandari Wahid itu, kebesaran Mbah Moen tidak hanya dikenang warga nahdliyin, umat Islam, melainkan seluruh umat.
Di balik kebesarannya, ia mengatakan bahwa Mbah Moen adalah sosok yang rendah hati dan sederhana yang mampu melepas sekat batas antara kiai dan santrinya.
Inaya juga menceritakan kenangannya saat menunaikan ibadah haji bersama keluarga dan Mbah Moen, beberapa tahun lalu. Mbah Moen ketika itu juga memenuhi undangan Kerajaan Saudi.
"Jam 11 malam ucluk-ucluk (tiba-tiba) beliau datang bersama dua santrinya. Itu sudah pakai ihram. Saat sampai di hotel, ternyata pihak hotel belum menyiapkan kamar," katanya.
Kemudian disampaikan kepada Mbah Moen, yang memilih menunggu dengan santai di lobi hotel meski lebih dari satu jam, sementara para santri dan lainnya yang justru kebingungan.
"Beliau tidak kemudian merasa 'heh, aku ini kiai, ke sini atas undangan kerajaan, dan sebagainya'. Beliau menunggu saja di lobi dengan tenang, padahal lebih dari satu jam," katanya.
Kemudian, Inaya juga menceritakan kenangannya ketika berada di Arafah yang dipenuhi dengan banyak orang, sementara Mbah Moen terlihat duduk di pojok.
Setelah Mbah Moen memimpin doa, kemudian ditanyai selama ibadah haji amalan-amalan apa saja yang harus dilakukan.
"Beliau menjawab, 'amalan opo wae ga masalah, sing penting atine seneng'. Sebaik baik amalan, kalau dilakukan tidak senang, menjadi sia-sia," ujarnya, menirukan wejangan Mbah Moen.
Artinya, kata Inaya, kebesaran Mbah Moen merupakan akumulasi dari hal-hal kecil, kesederhanaan, dan kerendahhatian yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, Gus Aang menilai Mbah Moen sebagai sosok ulama sepuh yang sangat asyik ngobrol dengan anak-anak muda yang usianya jauh di bawahnya.
"Gengsi, harga diri, sudah jauh ditinggalkan beliau sehingga mampu ngobrol dengan generasi jauh di bawahnya, enjoy, sederhana," katanya.
Sepeninggal Mbah Moen, Gus Aang mengingatkan generasi milenial untuk meneladani pandangan, sikap, dan ajaran Mbah Moen yang dipraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Bagi generasi milenial jangan khawatir, nanti pasti bisa ketemu dengan (sosok) Mbah Moen-Mbah Moen yang baru," katanya.
Berita Lainnya
Wagub Jateng minta santri teladani Mbah Moen tangkal gerakan radikal, berpotensi perpecahan di RI
13 January 2022 11:13 WIB
Sosok Mbah Moen di mata putri sulung Presiden keempat RI, Alissa Wahid
06 August 2019 13:36 WIB
Mbah Moen Zubair wafat di Mekkah
06 August 2019 10:27 WIB
Menko Polhukam Mahfud MD kenang Gus Dur sebagai guru agama sekaligus mentor politik
07 May 2022 14:02 WIB
WatchDoc sejajar dengan Gus Dur dan Pramoedya Ananta Toer
12 November 2021 23:42 WIB
Wimar Witoelar meninggal dunia, berikut ini sepak terjang Mantan jubir Gus Dur itu
19 May 2021 10:37 WIB
Adik bungsu Gus Dur, KH Hasyim Wahid wafat
01 August 2020 8:33 WIB
Mabes Polri pastikan tidak ada proses hukum penggugah lelucon Gus Dur
19 June 2020 10:59 WIB