Kota Bengkalis gemerlap Lampu Colok 27 Ramadhan

id Lampu colok, Bengkalis, Riau,tradisi ramadhan,ramadhan 2019,idul fitri 1440 h,mudik lebaran 2019,berita riau antara,berita riau terbaru

Kota Bengkalis gemerlap Lampu Colok 27 Ramadhan

Masyarakat mengabadikan foto lampu colok di Desa Selatbaru, Bengkalis, Riau. (Anggi Romadhoni)

Pekanbaru (ANTARA) - Gemerlap beragam kreasi Lampu Colok di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau mulai ditampilkan pada malam 27 Ramadhan 1440 Hijriah dan menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat setempat.

Beragam bentuk susunan ribuan lampu yang terbuat dari kaleng bekas membentuk beragam pola seperti Masjid dan Asma Allah tampil apik pada Jumat malam.

Tradisi Lampu Colok itu akan terus diselenggarakan hingga malam lebaran tiba. Salah satu lokasi Lampu Colok yang menjadi daya tarik masyarakat berada di Desa Selatbaru, Kecamatan Bantan, Jumat.

Sedikitnya terdapat empat hingga lima menara di setiap sudut kampung di desa itu berlomba menyapa masyarakat dengan gemerlap lampu yang beragam bentuk.

Keberadaan menara Lampu Colok itu menjadi ajang wisata malam bagi mereka yang baru saja selesai menjalankan ibadah Shalat Tarawih. Tak luput masyarakat mengabadikan menara Lampu Colok itu dengan kamera ponsel dan mengunggah ke media sosial.

Tradisi Lampu Colok Bengkalis merupakan tradisi unik yang telah berlangsung turun temurun. Lampu colok sendiri berupa susunan ribuan lampu minyak yang disusun pada menara yang tingginya mencapai 10 hingga 20 meter dan lebar belasan meter.

Umumnya susunan lampu itu membentuk pola masjid atau asma Allah yang begitu apik. Pemuda Desa Selatbaru sendiri telah menyiapkan penampilan lampu colok itu selama sebulan terakhir.

Secara bergotong royong mereka menyulap ribuan kaleng bekas yang mayoritas kaleng minuman ringan menjadi lampu minyak.

Ibnu, salah seorang pemuda Desa Selatbaru menjelaskan tahun ini mereka membuat menara berbentuk masjid. Dibutuhkan sedikitnya 3.000 lampu dengan bahan bakar minyak solar untuk membuat pola masjid pada menara setinggi 10 meter dan lebar 15 meter itu.

Untuk menyalakan 3.000 lampu itu dibutuhkan sedikitnya tiga drum minyak solar. Dana yang dibutuhkan untuk membuat lampu itu berasal dari iuran masyarakat setempat. Meski pemerintah Bengkalis sendiri mengatakan akan menjadi Lampu Colok sebagai ajang wisata. Nyatanya tidak ada bantuan berarti untuk mendukung tradisi itu.

"Yang kita harapkan adalah bagaimana mengajak generasi muda dapat terus bersama menjaga tradisi ini meski kita harus berkorban," kata Ibnu.

Di Pulau Bengkalis, Lampu colok telah menjadi ikon tersendiri setiap Ramadhan. Tradisi itu telah dikenal hingga berbagai pelosok negeri. Masyarakat setempat semampu mereka berupaya menjaga tradisi tersebut dari tergerus zaman.

Baca juga: Kisah pemuda Bengkalis lestarikan budaya "Lampu Colok"

Baca juga: Uniknya tradisi hias masjid dengan lentera di Rumbai Pesisir Pekanbaru