Pekanbaru, 26/6 (ANTARA) - Sebanyak 18 siswa SMA belajar menjadi pawang gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan, Riau.
"Para siswa diharapkan dapat lebih memahami dan mencintai gajah dengan menjadi pawang gajah dalam sehari, karena selama ini masih ada pemikiran di tengah masyarakat bahwa gajah adalah hama perusak kebun yang mengakibatkan konflik gajah dengan manusia kerap terjadi di Riau," kata Kepala Balai TNTN, Hayani Suprahman, Sabtu.
Hayani menjelaskan, kegiatan menjadi pawang gajah itu merupakan bagian dari "Program Berlibur dan Belajar dengan Alam" di TNTN yang digelar balai taman nasional bersama WWF pada 24-25 Juni. Kegiatan tersebut diikuti 18 siswa SMA dari Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu, Kampar, dan Kota Pekanbaru.
Peserta merupakan siswa yang telah diseleksi berdasarkan karya tulis yang telah dikirim ke panitia sebagai persyaratan kegiatan itu.
"Suhu bumi sudah semakin panas . Oleh karena itu, perlu kepedulian semua pihak untuk berbuat lebih nyata dalam mencintai dan melindungi alam. Siswa terpilih dalam kegiatan ini merupakan siswa yang beruntung dapat menikmati keindahan alam TNTN dan belajar langsung dengan alam sehingga semakin tumbuh kesadaran untuk cinta lingkungan," katanya.
Ia mengatakan kegiatan itu bertujuan untuk membuka wawasan pelajar untuk dapat menikmati langsung keindahan dan kekayaan alam di taman nasional lewat pendekatan "eco-tourism' dan pendidikan lingkungan.
Menurut dia, partisipasi langsung dari generasi muda dalam upaya konservasi TNTN sangat dibutuhkan.
"Saya berharap acara ini dapat menumbuhkan kepribadian yang arif dan peduli terhadap lingkungan dari generasi muda," ujarnya.
Para siswa terlihat sangat antusias ketika mengikuti kegiatan belajar menjadi pawang gajah. Meski awalnya para siswa terlihat takut, namun akhirnya mereka terlihat sangat senang ketika bisa membelai dan menunggangi gajah jinak Tesso Nilo.
Uniknya, para siswa juga belajar membuat pupuk kompos dari kotoran gajah. Raut gembira terlihat dari wajah para peserta, meski seringkali mereka mengeluhkan bau kotoran yang cukup menyengat.
Dalam kegiatan itu, para siswa juga belajar mengidentifikasi spesies tanaman yang ada di taman nasional, mengenal metodologi penelitian harimau Sumatera dengan perangkap kameran, dan belajar tradisi pemanenan madu hutan.
"Acara ini menyenangkan karena banyak pengalaman yang didapatkan dari sini seperti mengenal spesies tumbuhan langka di taman nasional, dan terutama saat belajar jadi pawang gajah," kata Nadia Corrina Raissa, siswi SMA I Bangkinang.
Ia berharap potensi wisata alam di TNTN terus dikembangkan agar dapat menarik lebih banyak pengunjung.
Tesso Nilo merupakan kawasan konservasi khususnya untuk habitat gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Kementerian Kehutanan pada 2009 resmi memperluas kawasan itu menjadi lebih dari 83.000 hektare (ha) dari luasan semula yaitu 38.576 ha.