Pekanbaru, (Antarariau.com) - Duta Besar Kanada untuk Indonesia and Timor Leste, Mr H.E. Peter MacArthur melakukan kunjungan ke Politeknik Caltex Riau terkait "Polytechnich Educational Development Programme" (PEDP).
"Pendidikan vokasional adalah masa depan dunia. Harapan kami sangat ingin membantu Negara Demokrasi Indonesia yang menghargai keragaman budaya dan toleransi. Kami melihat diri kami banyak kesamaan dengan Indonesia," kata Dubes di Pekanbaru, Selasa.
Kesamaan itu, lanjutnya sama-sama pernah dijajah dan diharapkannya Indonesia bangkit. Oleh karena itu, dirinya sebagai ingin melihat Indonesia bersemangat bekerja keras seperti belajar keahlian bidang teknik.
Dia turut didampingi Counsellor (Development)/Director for Indonesia and ASEAN Programme, Ms. Sharon Armstrong, Counsellor, Senior Trade Commissioner, Ms. Nadia Bourely dan Senior Development Officer, Mr. Hari Basuki. Program PEDP tersebut yang telah berjalandi PCR sejak 2013 hingga 2016 lalu.
Saat ini, PCR juga masih dipercaya untuk memperoleh hibah dari program PEDP untuk tahun 2017 hingga 2019 yang akan datang. Program diberikan kepada perguruan tinggi khususnya politeknik di Indonesia yang dianggap perlu dalam proses pengembangan mutu pendidikan.
Counsellor (Development)/Director for Indonesia and ASEAN Programme, Ms. Sharon Armstrong menjelaskan bahwa PEDP didanai pinjaman Bank Pengembangan Asia senilai 75 juta dollar Amerika ke Pemerintah Indonesia. Kontribusi pemerintah Kanada, kata dia, adalah hibah senilai 5 juta dollar Kanada.
"Yang pinjaman pemerintah untuk membeli peralatan dan peningkatan fasilitas politeknik dan Kanada lebih banyak menyediakan pelatihan khususnya politeknik untuk bekerja di industri. Banyak dosen politeknik pergi ke Kanada untuk melihat bagaimana bekerja karena terkait dengan industri," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur PCR, Dr. Hendriko dalam kesempatan tersebut menyampaikan awal berdirinya sejak 2001. Dari mulai didukung sepenuhnya oleh PT Chevron Pasific Indonesia dibawah naungan Yayasan Politeknik Chevron Riau hingga mandiri.
"Dosen 79 orang yang banyak masih muda, 75 persen dibawah usia 35 tahun. Lulusan sudah 2882 orang, dan 81 persen dapat pekerjaan kurang dari 6 bukan dan ada di luar negeri bekerja di perusahaan minyak," ujarnya.