Pekanbaru (Antarariau.com) - Kantor Wilayah Kemenag Riau, melakukan pemotongan 2 ekor hewan qurban di halaman kantor tersebut dengan membagikan sebanyak 260 kantong pada karyawan, PNS dan tenaga honor.
"Pemotongan hewan qurban dilakukan pada hari kerja supaya semua pegawai Kanwil Kemenag Riau dapat berpartisipasi dan Senin masih termasuk hari tasyrik yang dibolehkan untuk memotong hewan qurban," kata Kanwil Kemenag Riau, Ahmad Supardidi Pekanbaru, Senin.
Menurut dia, pemilihan Senin karena setiap ANS Di lingkup Kemenag Riau diwajibkan berkurban di lingkungan tempat tinggalnya dan sisa uang yang dikumpulkan merupakan partisipasi pegawai Kemenag Riau, baik secara tunai maupun melalui tabungan qurban koperasi Kanwil Kemenag Riau.
Ia menjelaskan, pemotongan hewan qurban yang dilakukan di kantor dalam rangka mewujudkan rasa kepedulian dan kebersamaan guna memupuk rasa semangat berkurban di kalangan PNS khususnya di lingkungan Kanwil Kemenag Riau.
"Daging qurban, katanya, akan dibagi-bagikan kepada seluruh pegawai, termasuk honorer dan pegawai non muslim seperti Kristen, Hindu dan Budha,"katanya.
Ahmad Supardi menekankan, bahwa ibadah qurban memiliki peran yang sangat besar dalam pengembangan ekonomi kerakyatan karena yang menjadi subyek qurban adalah orang kaya. Kekayaan harus dimiliki baru bisa berqurban.
"Dengan demikian maka ibadah qurban memberikan motivasi bagi umat Islam untuk giat bekerja sebab hanya dengan bekerjalah maka dapat berqurban. Kedua, yang menjadi obyek qurban adalah sapi, lembu, kambing dan domba. Keempat hewan ini adalah binatang jinak peliharaan manusia dan sumber ekonomi kerakyatan,"katanya.
Perintah qurban ini pada dasarnya memerintahkan umat Islam untuk membuka peternakan secara professional. Akan tetapi Ahmad Supardi sangat menyayangkan, ternyata hewan qurban saat ini justru banyak disuplai dari hasil peternakan orang lain yang tidak beragama Islam.
Ia menyadari bahwa dengan berqurban, maka meningkat pula rasa kepedulian sosial masyarakat, kepedulian antara yang berpunya dengan yang tidak berpunya, dengan demikian maka akan terjalin hubungan yang harmonis dan sinergis antara semua pihak.
Ahmad Supardi lebih lanjut menyatakan menyembelih hewan qurban mengilhami bahwa secara fisik adalah menyembelih binatang yang hendak diqurbankan, tetapi secara non fisik adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang melekat pada setiap diri yang berqurban, seperti sifat serakah, mau menang sendiri, menindas yang lemah, dsb.
Sifat-sifat kebinatangan tersebut, secara simbolis disembelih oleh orang yang berqurban, sehingga sifat tersebut terlepas dan dilepaskan dari diri yang berqurban. Dengan demikian, lahir diri baru, individu baru, dan bahkan masyarakat baru, yang bersih dari sifat-sifat kebinatangan.
Kabid Penaiszawa H. M Saman mengatakan, pemotongan dilakukan oleh dua tenaga dari Rumah Potong Hewan dan dibantu oleh para PNS di lingkungan Kanwil Kemenag Riau.
"Pemotongan hewan qurban tahun 2017 berkurang dibandingkan tahun 2016 yang mencapai sebanyak lima ekor sapi, terkait banyak pengawai yang melakukan qurban di kamp ung atau dilingkungan tempat tinggal mereka. Diharapkan tahun 2018 akan lebih banyak lagi hewan qurban yang di potong dan uang pembelian hewan qurban dihimpun dari tabungan pegawai di koperasi,"katanya.
Kabag TU H Mahyudin MA, menuturkan, untuk meningkatkan motivasi pejabat dan pegawai Kemenag Riau untuk melakukan ibadah qurban akan dilakukan berbagai cara, baik melalui iuran bulanan di koperasi, maupun melalui tunjangan kinerja.