Tabanan, (Antarariau.com) - Kerajinan pisau di wilayah Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, diminati pembeli dari berbagai negara khususnya Rusia dan Jepang, sebagai barang koleksi dan cenderamata untuk kenang-kenangan.
"Konsumen dari Rusia dan Jepang sangat antusias membeli pisau, dari jenis yang berukir dan berukuran kecil," kata I Made Merta Suteja, salah seorang perajin pisau di Kecamatan Kediri, Senin.
Ia mengatakan, pihaknya akan berupaya terus memperbaiki kualitas produk pisau yang merupakan usaha turun-temurun keluarganya, agar bisa menarik minat konsumen di tingkat lokal dan mancanegara.
"Baru-baru ini, ada tawaran kerja sama untuk berpromosi di galeri, saya antusias sekali menyambutnya," ucapnya.
Promosi berkelanjutan, ujar Made Merta, masih menjadi hambatan tersendiri bagi kemajuan usahanya. Dirinya berharap pemerintah berpartisipasi memaksimalkan promosi supaya pisau produk perajin Bali makin dikenal orang.
Selain masalah promosi, Made Merta menyatakan hambatan lain yang dialaminya adalah soal ketersediaan bahan baku yang berkualitas dan masih minimnya tenaga kerja terampil untuk membantu kelancaran usahanya.
"Saya beberapa kali membaca di media online, ada pisau buatan perajin Jawa Barat yang sudah menembus pasar ekspor dan menggunakan bahan baku jenis baja tertentu. Nah, saya sebenarnya juga ingin sekali mengetahui tempat pembelian baja ini, agar pisau saya bisa ditingkatkan kualitasnya," ucap dia.
Selama ini, Made Merta menggunakan bahan baku logam yang diperoleh dari Tabanan dan sekitarnya. Bahan baku itu diperoleh dari pasar loak. Tidak jarang pula, Made Merta memakai bahan gergaji baru yang dibeli dari toko, kemudian dilebur menjadi sebilah pisau.
Sementara itu, bahan baku gagang atau sarung yang terdiri dari berbagai jenis kayu, sengaja dipesan dari sesama perajin agar pisau buatannya makin diterima pasar.
Bahan baku kayu yang digunakan, antara lain, jenis sonokeling, tigakancu, santigi dan cendana. Sesekali, Made Merta menggunakan tanduk rusa untuk bahan membuat gagang atau sarung pisau.
"Sekarang yang diincar kolektor adalah pisau yang bertuah, karena dipercaya berfungsi sebagai tolak bala. Jadi siapapun yang membawa pisau bertuah, akan terhindar dari hal-hal negatif," ujar dia.
Pisau bertuah ini, dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp500 ribu sampai Rp1,5 juta. Untuk harga Rp500 ribu, pisau itu tidak menggunakan ukiran dan tampil polos. Sedang pisau yang seharga Rp1,5 juta, akan dipermanis dengan ornamen ukiran khas Pulau Dewata.
"Pengerjaan pisau dibantu beberapa pekerja. Saat ini, usaha kami sudah bisa memproduksi 36 jenis pisau, terdiri dari seselet, blakas, belati, berang dan tiyuk penyaitan. Omzet masih tidak menentu, kalau mengikuti pameran pendapatan bisa mencapai Rp53 juta," ujarnya.
Made Merta menyatakan, kalau harga tiyuk penyaitan bervariasi. Mulai dari Rp35 ribu hingga Rp50 ribu, tergantung ukuran dan jenis bahan baku yang digunakan.
Dalam sehari, Made Merta bisa menghasilkan pisau kecil polos sebanyak sepuluh buah. Kalau satu buah pisau berukir, pengerjaannya membutuhkan waktu tiga hari.
Berita Lainnya
Barang-barang yang tidak boleh dibawa masuk ke arena konser TVXQ
16 April 2024 11:10 WIB
Mendag Zulkifli Hasan menilai pemeriksaan barang bawaan di bandara hal yang wajar
28 March 2024 12:25 WIB
Nilai tukar rupiah turun karena data pesanan barang tahan lama AS yang lebih baik
27 March 2024 9:57 WIB
Jasamarga pastikan arus lalu lintas lancar untuk distribusi barang dan jasa
20 February 2024 15:28 WIB
PT KAI telah mengangkut 63 juta ton barang pada 2023
29 January 2024 15:59 WIB
Gunakan AI, proses retur barang online Blibli lebih cepat hampir 50 persen
27 January 2024 11:30 WIB
KCIC pastikan barang tertinggal milik penumpang diamankan oleh petugas
15 January 2024 15:13 WIB
Polisi musnahkan barang bukti 36,8 kg sabu-sabu di Palembang
12 January 2024 12:22 WIB