Oleh Nanien Yuniar
Berapa banyak anak Indonesia yang bercita-cita ingin menjadi seorang ilmuwan, peneliti atau bahkan astronot?
Sains belum jadi mata pelajaran yang diminati di Indonesia. Data 2013 menunjukkan bahwa dari 19.000 program studi di perguruan tinggi negeri dan swasta, hanya tiga persen mahasiswa yang mengambil bidang sains.
Menurut standar Bank Dunia, perbandingan ideal jumlah peneliti dengan penduduk antara 4000-5000 peneliti per satu juta penduduk. Indonesia seharusnya memiliki 200.000 peneliti dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta jiwa.
Namun, berdasar data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2014, Indonesia hanya punya sekitar 8600 peneliti.
Sungguh disayangkan bila sumber daya alam yang melimpah di negeri ini tidak bisa dimanfaatkan oleh warganya sendiri akibat kekurangan sumber daya manusia yang kompeten di bidang sains.
Firly Savitri pernah jatuh cinta pada sains, sampai dia punya cita-cita menjadi astrophysicist atau cosmologist. Cinta itu yang sempat mati suri karena ketertarikannya kandas ketika sains disajikan secara membosankan di bangku sekolah. Tak ada penelitian seru di laboratorium yang menggelitik rasa ingin tahu murid.
Ia ini tak ingin anak Indonesia mengalami hal yang sama dengannya. Lewat Ilmuwan Muda Indonesia (IMI) yang dibentuknya tahun lalu, ada harapan untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap sains.
Ilmuwan Muda Indonesia adalah bisnis dalam bidang edukasi sains yang mengalokasikan setidaknya setengah dari keuntungan untuk kegiatan sosial berhubungan dengan sains.
IMI ingin menebarkan benih-benih cinta sains pada anak agar Indonesia dapat memiliki lebih banyak ilmuwan untuk bisa terus maju, tak hanya menjadi negara konsumen, tetapi juga negara produsen.