Oleh Awaludin
Beberapa buah labu hijau segar tampak bergelantungan. Tanaman itu, tumbuh subur bersama sayuran jenis lainnya di pekarangan rumah Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Karyawanita, Siti Hartini.
Rumah yang halamannya dipenuhi berbagai aneka tanaman sayur tersebut berada di Dusun Dasan Belo, Desa Jembatan Kembar Timur, Kecamatan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Selain labu, tanaman cabai, tomat, terong juga tampak tumbuh segar di halaman yang ukurannya kurang dari 100 meter persegi.
Hijaunya aneka sayuran itu memberikan suasana sejuk, apalagi dilengkapi dengan kolam berisi ikan air tawar, semakin membuat suasana menjadi lebih nyaman.
Siti Hartini, itulah sosok perempuan desa yang mampu menyulap halaman yang dulunya gersang menjadi rumah sayur bagi keluarga dan warga lain di kampungnya.
"Dulu halaman rumah saya ini tandus dan kering. Suasana panas, debu beterbangan, begitu kondisinya pada siang hari, sebelum saya ubah menjadi pekarangan hijau," katanya ketika ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.
Perempuan tamatan SMA itu termotivasi untuk mengubah halaman rumahnya menjadi rumah aneka sayur setelah mendapat pemahaman dari tenaga harian lepas (THL) penyuluh pertanian lapangan (PPL).
Tekad untuk menciptakan sebuah kemandirian ekonomi di tingkat rumah tangga berbasis pemanfaatan pekarangan dimulai dengan membentuk kelompok.
Awalnya, Siti panggilan akrab perempuan tamatan SMA ini mengajak 25 orang rekan sesama kaum perempuan di kampungnya membentuk wadah kelompok pada 2012.
Atas arahan dari PPL, kaum perempuan yang sudah membentuk kelompok tersebut kemudian mengajukan permohonan bantuan ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, yang menjalankan program model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL).
Instansi vertikal di bawah Kementerian Pertanian itu kemudian mengabulkan permohonan Siti dan rekan-rekannya. Berbagai sarana produksi diberikan, mulai dari jaring, bambu dan benih aneka sayuran.
Dengan bantuan yang diberikan, sekelompok perempuan itu kemudian membangun rumah benih berukuran 4 X 2 meter di areal halaman rumah Siti.
Pengelolaan rumah benih dibantu oleh salah seorang THL PPL bernama Sahmin, Amd. Tenaga non-PNS itu memberikan pengetahuan mulai dari media tanam, cara menanam hingga merawat tanaman.
Bibit sayuran yang ditanam menggunakan media "polybag" di dalam rumah benih kemudian dibagikan ke anggota kelompok untuk dipelihara di rumah masing-masing.
Setelah sekitar empat bulan lamanya memproduksi benih, isteri dari H Rizky Hidayat, itu kemudian tergerak untuk memanfaatkan pekarangannya. Ia menanam berbagai jenis sayuran, diantaranya, labu, terong, cabai, tomat dan kacang panjang.
Sebagian lahan juga dimanfaatkan untuk memelihara ikan air tawar menggunakan media terpal, kemudian di atasnya ditanami sayuran merambat seperti pare.
Setelah pekarangannya hijau, wanita yang sehari-hari mengurus rumah tangga ini merasa bahagia karena lahan yang dulu tandus kini menjadi hijau dan asri.
Hasil produksinya pun cukup untuk membantu mereka memenuhi gizi keluarga. Kelebihannya terkadang dijual untuk menambah keuangan sehari-hari. Apalagi m-KRPL itu dilengkapi dengan kolam ikan dan kandang ayam skala kecil.
Meskipun demikian, perempuan tiga anak itu tidak lantas berpuas diri. Ia terus berjuang untuk menyebarkan hasil yang dicapainya. Fakta yang sudah diberikan menjadi andalan untuk menarik minat para ibu rumah tangga di desanya ikut bergabung. Alhasil jumlah anggota KWT Karyawanita terus bertambah.
"Dulu awalnya 25 orang, kini sudah sekitar 45 orang," ujar Siti dengan wajah tersenyum menyiratkan rasa bangga.
Jadi Percontohan
Keberhasilan menjalankan program m-KRPL mampu menarik minat staf Bank Dunia dan "Food and Agriculture Organization" (FAO), untuk melihat dan mempelajari secara langsung model pemanfaatan pekarangan yang sudah dibangun KWT Karyawanita.
Sebanyak 15 orang staf lembaga dunia itu rela datang ke pelosok desa setelah mendapat informasi mengenai hasil karya KWT Karyawanita dari BPTP NTB. Mereka berasal dari Amerika Serikat, Laos, Manila, Roma, dan Kamboja.
Kunjungan para staf Bank Dunia dan FAO yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Mei 2014 silam, dalam rangka mempelajari aktivitas para kaum perempuan yang tergabung dalam KWT Karyawanita.
Siti mengatakan lembaga dunia itu tertarik datang ke tempatnya karena konsep pemanfaatan pekarangan yang diterapkan lebih banyak mengedepankan rasa kebersamaan antarkaum perempuan.
Motivasi dan kreatifitas para kaum perempuan yang tergabung dalam KWT Karyawanita, ini akan menjadi satu rekomendasi penting. Bahkan akan dicontoh dalam pelaksanaan proyek pengembangan ekonomi masyarakat di negara berkembang.
"Mereka cukup tertarik dengan hasil karya kami, baik dalam hal pemanfaatan pekarangan untuk menanam sayuran, memelihara ikan dan beternak ayam. Semua itu dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi akan keluarga sekaligus menciptakan peluang usaha," ujarnya.
Upaya menciptakan produk olahan bernilai ekonomi dari bahan baku yang dihasilkan dari pemanfaatan pekarangan juga cukup menjadi perhatian. Misalnya, olahan stik talas, stik rasa kangkung, pudding dari labu air dan manisan tomat yang sudah dikemas rapi. Semua produk tersebut sudah diterima di sejumlah pasar modern dan rumah makan.
Selain dari lembaga dunia, Wakil Menteri Pertanian pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketika itu dijabat oleh Rusman Heriawan, pernah menyempatkan diri memetik labu dan berdialog dengan para pengurus KWT Karyawanita.
Siti Hartini menyatakan terima kasihnya kepada penyuluh pertanian yang telah membuka matanya. Begitu juga dengan BPTP NTB yang telah memberikan bantuan berupa sarana produksi pertanian.
Namun, ia masih tetap berharap ilmu pengetahuan dari pemerintah. Sebab, hasil panen sayuran dari semua anggotanya mungkin tidak bisa dijual dengan harga tinggi di pasar ketika panen raya.
Untuk itu, perempuan muda itu sudah mengajukan permohonan kepada pemerintah agar diberikan pelatihan pengolahan hasil pertanian. Dengan begitu akan banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan para kaum hawa di desanya.
"Permintaan kami sampaikan kepada Wakil Menteri Pertanian yang sempat mengunjungi kami beberapa bulan lalu," katanya sambil berharap apa yang disampaikan dikabulkan.
Dukungan BPTP
Meskipun sudah mampu menjalankan program m-KRPL, BPTP NTB tetap memberikan pendampingan kepada KWT Karyawanita, agar mereka tetap eksis dan terus berinovasi dalam mengembangkan program pemanfaatan pekarangan secara menyeluruh di daerahnya.
Menurut Kepala BPTP NTB H Dwi Praptomo Sudjatmiko, salah satu sumber daya potensial yang dapat dikembangkan untuk penyedian gizi masyarakat adalah pemanfaatan pekarangan dengan konsep m-KRPL.
"Di NTB, tercatat 44.261 hektare lahan pekarangan (7,46 persen) dari luas lahan pertanian. Namun, perhatian masyarakat terhadap pemanfaatan pekarangan masih terbatas. Sehingga banyak lahan pekarangan terabaikan," katanya.
Program m-KRPL adalah salah satu upaya pemanfaatan pekarangan dengan aneka tanaman, ternak dan atau ikan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal yang tersedia yang diwujudkan dalam satu kawasan.
Pengelolaan m-KRPL terdiri atas 25-30 rumah tangga, sehingga tersedia beraneka ragam bahan pangan yang dibutuhkan sehari-hari secara mandiri dan terus menerus guna meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga.
Ia menjelaskan prinsip utama m-KRPL adalah ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal. Selain itu, ramah lingkungan, konservasi sumber daya genetic untuk pangan masa depan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Tujuan m-KRPL adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Selain itu, meningkatkan kemampuan rumah tangga untuk menyediakan bahan pangan dan gizi secara mandiri dan lestari. Tujuan lainnya adalah mengkonservasi sumberdaya genetic/plasma nutfah lokal untuk pangan masa depan.
"Selain itu, mengembangkan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat secara berkelanjutan," katanya.
Implemengtasi dari m-KRPL di NTB, dilaksanakan oleh BPTP NTB sejak 2011 mulai dari 1 unit m-KRPL. Namun, kini sudah 24 m-KRPL ditangani yang tersebar di 10 kabupaten/kota. jumlah rumah tangga yang terlibat dalam m-KRPL lebih dari 900 kepala keluarga (KK).
Dukungan teknologi BPTP NTB meliputi, teknologi penyiapan media tanam, screenhouse sederhana, penanaman sistem vertikultur. Selain itu, teknologi pembibitan, teknologi budidaya, teknologi pembuatan kompos, dan teknologi pembuatan pestisida nabati. Ada juga dukungan teknologi pengolahan hasil dan rekayasa kelembagaan.
Transfer teknologi dilakukan melalui sosialisasi/workshop, pelatihan, sekolah lapang, praktek lapang, kunjungan, pembinaan dan pengawalan teknologi, penyampaian media cetak dan media elektronik.
Keberhasilan m-KRPL mampu meningkatkan konsumsi pangan dan gizi keluarga terutama dari jenis sayuran. Hasil survei terhadap skor pola pangan harapan (PPH) rumah tangga di lima lokasi m-KRPL sebesar 78,7.
"Namun semua responden mengakui bahwa konsumsi pangan dan gizi dari sumber sayuran dan pangan lokal meningkat dibandingkan sebelum adanya m-KRPL," kata Dwi Praptomo Sudjatmiko.