Suporter Inggris Tidak Lagi Beringas, "Hooligan" Tidak Ada

id suporter, inggris tidak, lagi beringas, hooligan tidak ada

 Suporter Inggris Tidak Lagi Beringas, "Hooligan" Tidak Ada

Sao Paulo, (Antarariau.com) - Suporter tim nasional Inggris yang menonton Piala Dunia setidaknya dalam empat penyelenggaraan ajang terakbar sepak bola sejagad itu, sudah tidak beringas.

Kelompok suporter tim nasional Inggris yang dikenal dengan sebutan hooligan, sudah tidak nampak baik di dalam maupun di luar stadion.

Padahal sebelumnya, kelompok hooligan ibarat momok menakutkan karena tidak segan-segan menyerang siapa pun yang mereka temukan akibat pengaruh minuman beralkohol. Bahkan hooligan juga sering nekad dan tidak mengenal rasa takut meski berhadapan dengan kelompok lawan yang jumlahnya lebih banyak.

Namun, pemandangan sebaliknya terlihat di dalam stadion Corinthians, Sao Paulo, maupun di luar stadion berkapasitas 62.000 orang, Jumat WIB.

Wajah-wajah beringas para pendukung tim Inggris sudah berubah total menjadi melankolis. Tidak sedikit yang menitikkan air mata setelah dua gol Luis Suarez mengantarkan tim Inggris ke tepi jurang setelah takluk 1-2 dari Uruguay pada pertandingan penyisihan Grup B.

Akibatnya, Inggris yang menjadi salah satu tim yang diunggulkan, hampir dipastikan pulang lebih dulu, menyusul juara bertahan Spanyol karena setelah mengalami dua kali kekalahan. Kekalahan sebelumnya dialami dari juara 2006 Italia, juga dengan skor 1-2.

Wartawan ANTARA, Atman Ahdiat, yang ikut membaur dalam kerumuman ribuan pendukung Inggris usai pertandingan, tidak melihat satu pun bentrokan atau pertengkaran antara kedua pendukung. Situasi tersebut justru menimbulkan rasa empati dari pendukung tim lain, termasuk Uruguay sendiri.

Salah seorang pendukung Uruguay yang menggunakan kostum biru langit dan pernak-pernik lainnya, tampak berusaha menghibur pendukung Inggris yang berduka di fan festival, yaitu arena yang disediakan bagi penonton yang tidak kebagian tiket.

Saat menyusuri jalan dari stadion menuju stasiun kereta api bawah tanah (Metro) yang berjarak sekitar 1,5 kilometer, kedua pendukung berjalan berdampingan secara damai.

Godaan pendukung Uruguay dengan teriakan "Ciao England" hanya dibalas dengan senyuman.

Perlahan Berkurang

John Clark, salah satu pendukung Inggris yang mengaku asal Manchester, mengatakan bahwa para perusuh sepakbola Inggris secara perlahan sudah berkurang, seiring dengan perjalanan waktu.

"Seingat saya, para hooligan tersebut terakhir kali berbuat rusuh di Piala Dunia 1998 lalu di Perancis, setelah itu sudah tidak ada lagi," kata Clark.

Pria berusia 35 tahun yang datang bersama lima orang sahabatnya mengatakan, kerusuhan dalam skala kecil memang masih terjadi di kompetisi domestik, tapi hanya terbatas pada kompetisi tingkat bawah, bukan Liga Premier.

Sejak diberlakukannya "Spectator Act" di masa pemerintahan Perdana Menteri Margareth Thatcher pada 1989 yang mengawasi penonton sepak bola di stadion, kekerasan pun mulai berkurang dan secara perlahan mengembalikan citra sepak bola Inggris.

Dalam 20 tahun terakhir, jumlah kasus kekerasan yang melibatkan hooligan sudah berkurang secara drastis sejak dilakukan pemeriksaan secara cermat setiap penonton yang akan masuk stadion.

Gerakan perusuh sepak bola juga semakin terbatas karena identitas mereka akan direkam dan dilarang untuk memasuki stadion, termasuk stadion pertandingan Piala Dunia.

Tapi belakangan ini kekerasan dalam sepak bola, telah bertransformasi dari perkelahian di lapangan atau jalanan menjadi tindakan rasis atau kekerasan dalam wujud lain di media sosial seperti Twitter dan Facebook.

Itulah sebabnya, FIFA sebagai organisasi tertinggi sepak bola berusaha untuk mengikis bentuk kekerasan tersebut dengan membentangkan poster besar bertuliskan "Say No To Racism" di setiap pertandingan.