Vatikan dan AS akan bahas untuk bantu pemulangan anak-anak ke Ukraina

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Ukraina

Vatikan dan AS akan bahas untuk bantu pemulangan anak-anak ke Ukraina

Arsip foto - Kardinal Matteo Zuppi berbicara dalam konferensi pers di Vatikan, 25 Mei 2023. (ANTARA/REUTERS/Remo Casilli/as.)

Vatican City (ANTARA) - Kardinal Italia Matteo Zuppi, yang diutus Paus Fransiskus untuk membantu mewujudkan perdamaian di Ukraina, akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Washington untuk membahas pemulangan kembali anak-anak ke Ukraina.

Pemerintah Ukraina dan berbagai pihak lainnya mengatakan anak-anak tersebut sudah dideportasi oleh Rusia.

Zuppi akan mengadakan pertemuan dengan Biden pada Selasa di Gedung Putih dan akan memusatkan pembicaraan pada "fokus Sri Paus menyangkut repatriasi anak-anak Ukraina yang secara paksa dideportasi oleh para pejabat Rusia," kata Gedung Putih.

Kantor presiden AS itu juga menyebutkan bahwa Zuppi dan Biden akan membahas penderitaan yang ditimbulkan perang, juga soal bantuan kemanusiaan.

Zuppi sebelumnya pernah berbicara soal upaya membuat suatu "mekanisme" yang akan memastikan anak-anak Ukraina bisa kembali ke tanah air mereka.

Ia mengatakan dirinya juga telah secara langsung membicarakan masalah itu dengan Paus Fransiskus.

Pada Juni, Zuppi melakukan lawatan ke Moskow. Di ibu kota Rusia itu, ia melakukan pertemuan dengan pemimpin Gereja Ortodoks Rusia yang berpengaruh serta dengan Komisioner Anak Rusia Maria Lvova-Belova.

Pada awal Juni, Zuppi berkunjung ke Kiev, ibu kota Ukraina, dan bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy.

Zelenskyy, yang bertemu dengan Paus pada Mei, telah meminta Vatikan untuk mendukung rencana perdamaian yang disusunnya.

Rencana itu memuat seruan bagi pemulihan kesatuan wilayah Ukraina, penarikan pasukan Rusia, penghentian permusuhan, serta pemugaran perbatasan-perbatasan negara Ukraina.

Pemerintah Ukraina memperkirakan bahwa sejak Februari 2022 ada hampir 19.500 anak yang dibawa ke Rusia atau ke Krimea --yang diduduki Rusia.

Ukraina mengutuk pendeportasian oleh Rusia itu dan menyebutnya sebagai tindakan ilegal.

Pengadilan Pidana Internasional (ICC) pada Maret mengeluarkan perintah penahanan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putih.

ICC menuduh Putin melakukan kejahatan perang dengan secara ilegal mendeportasi ratusan anak Ukraina.

Rusia, yang pasukannya menguasai beberapa bagian di Ukraina timur dan selatan setelah invasi pada Februari 2022, sejauh ini membantah menculik anak-anak.

Sebelumnya, Rusia mengatakan anak-anak tersebut dibawa keluar demi keselamatan mereka sendiri.

Grigory Karasin, ketua komite internasional pada Dewan Federasi --majelis tinggi di parlemen Rusia-- pada awal Juli mengatakan bahwa Rusia membawa sekitar 700.000 anak ke negara itu dari zona-zona konflik di Ukraina.

Baca juga: Moskow: 700 ribu anak dari zona konflik Ukraina sekarang berada di Rusia

Baca juga: Jerman desak China pakai pengaruhnya tekan Rusia demi akhiri perang Ukraina


Sumber: Reuters