Raja Ampat, (antarariau.com) - Sejumlah warga di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, khawatir para investor menanamkan investasi di daerah ini karena dapat terbelit kasus hukum seperti yang dialami putri daerah yang pengusaha nasional Selviana Wanma.
"Kalau para investor nantinya seperti ibu Selviana mau berusaha tapi ancaman penjara, maka akan kabur dan daerah kita tidak ada pembangunan," kata Astus Obinaru tokoh masyarakat Raja Ampat ditemui di Waisai, Raja Ampat, Rabu.
Pernyataan tersebut sehubungan sidang perkara No.32/Pidsus-TPK/2013/PN.JktPst dengan terdakwa Selviana Wanma dugaan penyalahgunaan proyek Perusahaan Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Waisai, Raja Ampat senilai Rp20 miliar.
Menurut dia bahwa sebagai putri daerah Raja Ampat yang ingin membangun daerah diantaranya membangun PLTD tapi tidak ada investor yang bersedia menanamkan modal dengan alasan kondisi dan situasi alam yang tidak memungkinkan.
Tokoh masyarakat dari Suku Wardo, Raja Ampat itu menambahkan pihaknya prihatin dengan masalah menimpa pengusaha nasional Selviana Wanma yang berasal dari Waisai, Raja Ampat itu.
Pendapat senada juga diutarakan tokoh masyarakat Raja Ampat lainnya yakni Yohanes W Yapen dari Suku Usba dan Yakobus Yenbekwan dari Suku Betew.
Yakobus mengatakan pihaknya mencintai dengan kedamaian dan menginginkan pembangunan infrastruktur di Raja Ampat serta jangan hanya mementingkan suatu kelompok tertentu sehingga membuat investor tidak ingin berusaha di daerah ini.
Masalah serupa juga diutarakan Soleman Dimara dari Suku Beten dan Nikson Moom dari Suku Matbat, Raja Ampat.
Nikson mengatakan persoalan yang dihadapi pengusaha tersebut karena ada pihak tertentu yang tidak senang atas adanya proyek pembangunan di daerah ini.
Padahal bila membangun listrik di daerah ini akan berdampak terhadap perekonomian setempat dan mempercepat proyek infrastruktur seperti rumah sakit, sekolah, lapangan udara dan tempat ibadah.
Sebelumnya, Bupati Raja Ampat Marcus Wanma mengatakan akibat tidak adanya dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2004, maka mencari investor ke Jakarta.