Ang Pau Duka Nestapa di Rumah Gubernur

id ang pau, duka nestapa, di rumah gubernur

Ang Pau Duka Nestapa di Rumah Gubernur

"Kring... kring...," seorang dari tiga petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) bergegas menuju pos penjagaan untuk menjawab panggilan telepon. Sementara dua lainnya tetap berjaga-jaga di pintu gerbang bagian utara pada rumah dinas Gubernur Riau yang saat ini dijabat oleh HM Rusli Zainal.

Malam itu, Minggu (10/2) sekitar pukul 20.00 WIB. Rumah megah milik pejabat tertinggi di Provinsi Riau yang berlokasi di Jalan Dipoenegoro Pekanbaru itu tampak begitu sepi. Puluhan orang hanya tampak berdiam diri, seperti gelisah menanti sesuatu hal yang tak diharapkan. Jelas bukan ang pau, kendati secara bersamaan, masyarakat Tionghoa "Kota Bertuah" tengah merayakan Tahun Baru Imlek.

Sebuah tanda-tanda, kota ini pun baru saja dilanda hujan dengan intensitas yang lumayan hingga membuat jalanan basah dan beberapa titik menuju rumah megah itu tampak tergenang.

Jika dikaitkan dengan Imlek, memang terkesan selalu turun hujan yang bertanda rezeki. Termasuk ang pau, dianggap sebagai pembagian rezeki bagi mereka yang berhak.

Kerana ang pau (secara harafiah) berarti amplop yang berwarna merah yang juga telah menjadi salah satu simbol Tahun Baru Imlek dari masa ke masa (bagi etnis Tionghoa).

Agaknya, situasi di rumah ini, bukan saatnya untuk berbicara ang pau. Karena sang tuan rumah tengah tidak menerima tamu. "Ini instruksi langsung dari ajudan, tidak boleh ada tamu yang masuk tanpa terkecuali," kata seorang petugas Satpol PP yang baru saja menjawab panggilan telepon di pos penjagaan.

Meski pada kenyataannya, pernyataan si petugas tadi bertentangan dengan fakta yang ada ketika itu. Dimana puluhan orang justru telah berada di ruang tunggu pada teras rumah dinas Gubernur Riau bagian samping. Para tamu ini memang agaknya bukan tengah menanti "ang pau".

"Saya pun heran, orang-orang itu telah ada sejak tadi sore. Bagaimana menyuruh mereka keluar," ungkap seorang petugas.

Tiga petugas ini tampak begitu panik. Mondar-mandir di depan pintu gerbang kediaman orang nomor satu di provinsi yang kaya akan hasil sumber daya minyak dan gas bumi ini.

"Kring... kring...," dering telepon kembali memaksa seorang petugas itu untuk berlari menjawab panggilan mendesak. Bukan ucapan selamat Hari Raya Imlek.

Melainkan ; "Tujuh menit lagi, tujuh menit lagi," teriak petugas itu dari pos penjagaan yang diarahkan ke para temannya yang berjaga-jaga di pintu gerbang.

Tidak lama kemudian, sekitar pukul 20.30 WIB, beberapa petugas itu membuka lebar pintu gerbang yang kemudian disusul dengan melintasnya serombongan mobil mewah yang jumlahnya lebih dari tujuh unit. Mobil-mobil itu secara beriiring masuk kedalam halaman rumah dinas Gubernur Riau.

Segerombolan tamu yang telah berada di teras rumah kemudian berbaris di pintu utama untuk menyambut hangat sang tuan rumah yang ternyata menumpangi mobil mewah yang berada di barisan terdepan.

Kala itu, dari kejauhan Gubernur Riau HM Rusli Zainal hanya tampak sekilas. Pria gagah ini mengenakan jaket lengan panjang dan tetap melekatkan kacamata bertangkai hitam kesayangannya pada dua bola matanya yang sayup.

Baru saja keluar dari dalam mobil, Rusli langsung disambut dengan pelukan hangat para tamu yang telah menantinya sejak sore hari. Pria gagah ini dipeluki secara bergilir, seperti ada duka yang mendalam tepat pada perayaan Tahun Baru Imlek kali ini.

Terlebih kala itu, raut wajah para tamu sang majikan tampak begitu gundah. Tidak ada tanda-tanda keceriaan layaknya warga Tionghoa yang tengah merayakan tahun baru dimana kali ini dipercaya sebagai tahun ular.

Pemandangan seperti "bertabur duka" malam itu, hanya tampak sesaat sebelum akhirnya sang tuan rumah mengajak para tamu tersebut untuk masuk ke istananya yang megah.

Siapa sangka, tepat dimana khlayak Tionghoa layaknya berbagi ang pau sebagai syarat perayaan Imlek, gubernur ini justru tengah dalam berbagi duka nestapa. Hal itu agaknya karena dia baru saja ditetapkan sebagai tersangka untuk dua kasus sekaligus oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pertama, terkait kasus perubahan Peraturan Daerah Provinsi Riau No. 6 2010 tentang Dana Pengikatan Tahun Jamak Pembangunan Arena Pekan Olahraga Nasional (PON).

Kemudian untuk kasus korupsi penerbitan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) di Pelalawan Riau periode 2001-2006.

Antrean Kendaraan

Tamu-tamu duka sang gubernur tetap tampak mengantre untuk masuk dan menemuinya meski malam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Semakin larut, bahkan antrean kendaraan semakin ramai. Bukan dalam perayaan Imlek.

Tidak ada tanda-tanda keceriaan ketika itu. Yang tampak hanya ragam kegundahan dimana para pramudi kerap kali memarahi si petugas jaga yang mencoba setia terhadap perintah sang majikan.

"Kamu buka pintunya. Kamu pikir saya ini rampok, atau tamu nggak diundang apa...!," teriak seorang pria yang mengemudikan sebuah mobil mewah kepada sang petugas yang kemudian bergegas membuka pintu gerbang.

Situasi pun kian tegang, ketika dua unit mobil berplat merah yang datang belakangan juga dihalau secara tegas oleh sang petugas.

Namun lagi-lagi, perintah majikan harus disingkirkan sejenak mengingat para tamu kehormatan itu memaksa masuk untuk dapat menemui sang majikan yang agaknya bakal memberi "ang pau" duka nestapa. ***2*** (T.KR-FZR)