Pekanbaru (ANTARA) - Praktik truk tangki mengangkut bahan bakar minyak (BBM) "kencing" di jalan atau dugaan mafia pencurian BBM masih marak terjadi di Kota Dumai, Provinsi Riau. Belasan titik diduga menjadi lokasi penampungan BBM ilegal tersebut.
Belasan titik lokasi penampungan BBMhasil "kencing" di jalan itu terdapat mulai dari Jalan Tuanku Tambusai atau Jalan Perwira, Jalan Soekarno Hatta di Kelurahan Bagan Besar, Kecamatan Bukit Kapur, serta diduga ada di Terminal BBM Dumai di JalanSoekarno Hatta, Bukit Batrem.
Truk pengangkut BBM bersubsidi jenis premium dan solar kencing di jalan itu, menurut pengakuan JN, seorang sopir pada sebuah perusahaan di Kota Dumai, kepada ANTARA, belum lama ini menuturkan,BBMbersubsidi jenis premium dan solar diambilnya dari truk tangki yang berisi penuh (sesuai tera/timbangannya), namun ada jatah untuk ruang kosong akibat risiko penguapan dan lain-lain sebesar 30 liter sekali angkut.
"Jatah BBM sebesar 30 liter itu atau setara dengan Rp150 ribu itu adalah hak sopir, dan boleh tidak dikembalikan. Itu adalah bagian dari tambahan uang jalan sopir," katanya.
Sebab, katanya, uang jalan yang diterima dari perusahaan transporter/pengangkut dinilai kurang mencukupi sehingga pada saat mengambil ada jatah sebesar 30 liter itu, tapi berpeluang bisa lebih dari itu.
"Ada pernah saya turunkan hingga 50 liter BBM. Yah, memang ini salah, tapi apa boleh buat," akunya.
Keterlanjuran ini mengakibatkan JN justru ketagihan. Begitu pula yang dilakukan banyak sopir dari perusahaan angkutan (transporter)lainnya yang beroperasi di Kota Dumai.
Sementara untuk menutupi aksi curang itu, dirinya dan teman-temanseprofesi terpaksa berpandai-pandai dengan petugas di tempat pembongkaran BBMdiSPBU, seperti memberi uang rokok agar mereka tutup mulut.
Aksi ilegal semacam ini diakui pria berusia 38 tahun sudah berjalan selama sekitar 10 tahun terakhir.
Sementara itu,BBM yang diturunkan dengan cara "kencing" tersebut dibeli oleh penadah lebih murah dari harga dijual di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Namun diakui JN, penjualan BBMbersubsidi "kencing" di jalan itu pun masih meraih untung sehingga masih marak dilakukan.
"Sopir transportasi seperti saya sebagian besar bermain semua, lebih untuk menambah penghasilan," katanya lagi.
Ia menjelaskan sebagai sopir perusahaan pengangkut BBM, hanya diberi uang jalan rute perbatasan Jambi-Riau sebesar Rp3 juta. Itu cukup untuk beli bahan bakar sebesar Rp2 juta, biaya keperluan sopir seperti untuk beli rokok, makan, minum dan akomodasi lainnya sebesar Rp1 juta. Lalu, uang yang dibawa pulang untuk keluarga di rumah sudah tidak ada lagi.
Karenanya, dia dan banyak sopir lainnya terpaksa "bermain" dengan "kencing" di jalan. Praktik truk BBM"kencing" di jalan makin mulus terjadi sebab kalau ada penertiban oleh pihak terkait, atau ada wartawan yang ingin melakukan liputan di penampungan atau di titik-titik lokasi BBM kencing, maka oknum aparat membocorkan rencana razia sehingga sopir dan penadah bisa segera kabur terlebih dahulu.
"Ini sudah menjadi rahasia umum, dan pencurian BBM subsidi pemerintah itu tetap masih saja berjalan dan 'dilindungi' oknum aparat. Sudahlah jasa sopir dibayar tidak memadai, namun kami butuh pekerjaan daripada menganggur, mirisnya saat ingin masuk bekerja pun harus bayar Rp5 juta," katanya.
Secara terpisah, Komandan Kodim 0320/Dumai Letkol (Inf) Irdhan mengatakan, kasus BBM"kencing" di jalan tidak menjadi tanggungjawab instansinya. Sedangkan kerjasama pengamanan yang dilakukan adalah bersama PT ChevronPacificIndonesia yang kini digantikan oleh PT Pertamina Hulu Rokanitu seperti pengamanan aset saja.
"Sebagai bagian dari TNI, tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara," jelasnya.
Akan tetapi, merujuk kasus trukBBM"kencing" di jalan itu, lanjutnya, dan jika terbukti ada oknum anggota TNI AD yang "bermain", maka tidak akan diberi ampun dan yang bersangkutan akan diproses sesuai prosedur yang berlaku.
Sementara, Wali Kota Dumai Paisal SKMmengakui wilayah yang dipimpinnya masih banyak terjadi praktik mafia baik di laut bahkan juga di darat, seperti kasus trukBBM kencing di jalan dan kasus pencurian minyak sawit mentah (CPO) beserta penampungan CPO ilegal.
Ia mengatakan praktik mafia rawan terjadi di Dumaimengingat daerah ini merupakan sebuah kota yang berada di pesisir pantai timur Sumatera yang menghadap ke Selat Malaka serta merupakan salah satu lintas pelayaran tersibuk di dunia.
"Dengan kondisi geografis tersebut, menjadikan posisi Dumaisangat strategis dan berada pada jalur lintas perdagangan dunia, sehingga aktivitas pelanggaran hukum sangat berpeluang terjadi," katanya.
Karena itu, katanya, kasus truk BBMkencing di jalan, penampungan dan pengolahan CPO ilegal akan menjadi tugas bersama untuk menuntaskannya.
"Segera kami akan berembug dengan MuspidaKota Dumai, jumpai Polres Dumai, Kodim, Lanal, dan lainnya. Dan kasus ini tidak akan dibiarkan lagi, selain sudah cukup lama terjadi, bisa menimbulkan citra buruk kota ini," katanya.
Truk BBM "kencing" di jalan di Dumai masih marak
Ada pernah saya turunkan hingga 50 liter BBM. Yah, memang ini salah, tapi apa boleh buat,