Peparnas: Medali Emas, Hadiah Ulangtahun Terindah

id peparnas medali, emas hadiah, ulangtahun terindah

Pekanbaru, (antarariau) - Tari Bunga, dalam tiga hari ini tepatnya ditanggal 13 Oktober 2012 akan segera merayakan ulang tahun ke 24. Alangkah bahagianya wanita berpenampilan sederhana ini, belum lagi perayaan itu dimulai, dia telah mendapatkan hadiah yang dirasanya paling berharga.

Bunga yang merupakan atlet difabel cabang olahraga angkat berat asal Riau ini baru saja menjuarai kejuaraan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV 2012 di Pekanbaru, Riau, Rabu (10/10).

Anak pasangan Kalinsus Siburian dan Elisabet Nababan, keluarga petani yang menetap di Kabupaten Siak, Riau, ini, berhasil menyabet medali emas di kelas 52 kilogram putri sekaligus memecahkan rekor nasional setelah mampu mengangkat beban berbobot 72 kg (rekor nasional sebelumnya 67,5 kg).

Bunga berhasil mengalahkan dua lawan beratnya masing-masing Agustina dari Kalimantan Barat dan Satini dari Jawa Tengah.

"Ini adalah emas pertama dan pemecahan rekor nasional pertama bagi saya sejak lima tahun menggeluti bidang olahraga angkat berat. Emas ini sekaligus hadiah ulang tahun yang indah bagi saya," kata gadis ramah si anak sulung dari lima bersaudara ini.

Diawal karirnya dalam bidang olahraga khusus angkat berat, sebelumnya Bunga juga telah mengikuti berbagai iven olahraga nasional.

Pertama, demikian Bunga, yakni Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di Solo tahun 2007, dimana dirinya berhasil merebut medali perak.

Kemudian di tahun 2008 pada Peparnas Kalimantan Timur, Bunga juga telah berhasil meraih medali perak.

Dengan perjuangan keras disertai dukungan penuh keluarga serta orang-orang terdekatnya, sang inspirator semangat juang ini akhirnya meraih prestasi terbaiknya di ajang olahraga nasional, yakni menduduki peringkat pertama sekaligus meraih medali emas pada Peparnas XIV 2012 Riau yang saat ini tengah berlangsung.

"Kalau ditanya mengenai perasaan, tentunya saya sangat senang dan bangga. Terlebih emas ini saya dapat jelang ulang tahun saya yang ke 24 pada 13 Oktober nanti," katanya.

Awal Perjuangan

Bunga menceritakan, awal perjuangannya hingga mampu mengukir prestasi membanggakan di cabang olahraga angkat berat berawal dari ketidaksengajaan.

"Waktu itu, sekitar tahun 2007. Saya masih sekolah (SMA) di Siak dan umur saya sekitar 17 tahun. Secara tidak sengaja saya ketemu dengan seorang pengurus NPC (National Paralympic Commitee) namanya Pak Bakri," katanya.

Ketika itu, demikian Bunga, pengurus NPC Riau perwakilan Siak menawarkan untuk turut serta dalam perekrutan atlet difabel khusus angkat berat.

"Awalnya saya menolak karena merasa malu dan minder. Namun orang tua membujuk dan memberikan dukungan penuh untuk saya menerima tawaran itu. Akhirnya, saya terima dan di tahun 2007 itu, saya sudah mulai mengikuti latihan secara rutin," katanya.

Dukungan demi dukungan pun terus mengalir setelah Bunga berhasil mempersembahkan medali perak pertama di Kejurnas Solo (2007).

Baik teman-teman sebaya, pemerintah daerah dan terutama keluarga, kata dia, terus memberikan semangat dan motivasi untuk perjuangan saya di bidang olahraga ini.

Dukungan itu diakuinya sangat memberi dampak positif bagi karirnya, selain juga perjuangan yang keras. Gadis periang anak petani ini kembali mengukir prestasi demi prestasi di pentas olahraga nasional.

"Ke depan, saya akan mempersiapkan diri untuk bisa mengikuti kejuaraan Asia Tenggara, Asia bahkan dunia," katanya.

Cita-cita Jadi Guru

Dibalik keceriaan dan hasil segudang prestasi itu, ternyata gadis yang mengaku manja ini memiliki cita-cita menjadi seorang guru.

"Saya baru saja selesai wisuda Strata I FKIP Universitas Riau (UR). Kebetulan jurusan yang saya ambil adalah Bimbingan Konseling, jadi sangat cocok dengan kondisi saya sekarang ini," katanya.

Harapan demi harapan untuk meraih cita-citanya sang Bunga pun kian dekat ketika Gubernur Riau HM Rusli Zainal menjanjikan hak kalangan atlet difabel akan disamakan bonusnya dengan para atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 yang telah berlalu.

"Bahkan Pak Gubernur juga berjanji kepada kami untuk menaati aturan undang-undang, dimana setiap atlet yang berprestasi di iven nasional akan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)," katanya.

Bunga mengaku sangat mengharapkan janji sang gubernur itu dapat direalisasikan. "Jangan janji tinggal janji".

"Kami atlet difabel juga terbukti mampu mengharumkan nama daerah dan kami juga berhak atas hak-hak kami. Harapan saya, jangan ada "anak tiri" dan "anak kandung" untuk olahraga," katanya.