Perenang Philipus Yowey asal Papua yang sehari-hari adalah nelayan merasa terharu mendapatkan medali emas setelah mengalahkan Antoni dari Sumatera Utara pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV/2012 di Pekanbaru, Riau, Selasa.
"Saya terharu ketika berhasil mendapatkan medali emas dan mampu mengalahkan Antoni," kata Philipus Yowey ditemui di pinggir kolam Akuatiq Rumbai, Kota Pekanbaru, Selasa.
Nelayan kelahiran Jayapura, Papua, 1 Mai 1988 itu mengatakan tidak menyangka mengalahkan lawan meski persiapan sebagai perenang dihabiskan di laut lepas.
Suami dari Lidya Arobama dan bapak dari dua putra Aldo Yowey dan Seny Yowey itu meneteskan air mata ketika beberapa rekannya dari Papua mengucapkan selamat setelah ditentukan sebagai meraih emas.
Sedangkan Philipus lebih unggul dari perenang Antoni pada nomor 50 meter gaya dada kelas S-13 (tunanetra) dengan waktu 36,341 detik.
Menurut dia, latihan di laut itu sudah biasa tapi akan lebih baik bila menjelang pertandingan Perpanas menjalani pemusatan di kolam renang di Jayapura.
Dia mengharapkan kepada pemerintah daerah untuk membangun kolam dengan standar nasional dengan panjang 50 meter, karena yang ada di Jayapura hanya 35 meter.
Anak keempat dari tujuh bersaudara itu, setiap hari bila tidak latihan di kolam renang adalah mencari ikan di perairan laut Papua.
"Menangkap ikan merupakan kerjaan saya setiap hari, jadi bila ada jala yang menyangkut di dalam laut, langsung saya menyelam meski mata sebelah kanan tidak melihat," katanya.
Anak pasangan Engky Yowey dan Agustinah Maboi itu bila melaut mendapatkan ikan bila dijual mendapatkan keuntungan rata-rata Rp400.000 hingga Rp500.000 per hari.
Namun usai mencari ikan maka perenang cacat itu bermain dengan kedua anak dan istri di rumah yang berada di atas air perkampungan nelayan di Argapura, Jayapura.
Namun laut bagi Philipus sudah merupakan rumah untuk berlatih dan juga mencari nafkah menghidupi keluarga.
Pelatih renang Papua, H. Jayakesuma mengatakan keinginan Philipus untuk meraih medali emas pada Peparnas 2012 itu sangat kuat dengan berlatih di laut dan mengajak sejumlah rekan lainnya.
Bila mereka latihan di kolam jaraknya terlalu pendek yakni 35 meter dan tidak sesuai standar nasional, maka latihan di laut merupakan solusi terbaik, hal itu yang dilakukan Philipus dan sejumlah rekannya, demikian Jayakesuma.