Geng Motor Anarkis, Sebuah Pertanyaan Untuk Pendidikan Moral

id geng motor, anarkis sebuah, pertanyaan untuk, pendidikan moral

Geng Motor Anarkis, Sebuah Pertanyaan Untuk Pendidikan Moral

"Bremm, bremm.....," sekelompok anak muda tengah mengancang-ancang untuk segera melajukan sepeda motornya. "Greeenggg....bezzt," melintasi dengan kecepatan "kilat" tanpa mempedulikan sisi keamanan pribadi dan para pengendara lainnya.

"Wezzzttt...," nyaris saja seorang pengendara sepeda motor yang tengah berboncengan dengan seorang wanita hamil tua menjadi korban serempetan para kaum pembalap ilegal itu.

Pemandangan demikian selalu saja terpantau di beberapa titik keramaian Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru, terutama pada malam-malam di akhir pekan.

Situasinya begitu mengkhawatirkan, pasalnya segerombolan anak muda yang terbagi atas beberapa kelompok yang disebut geng motor ini kerap melakukan aksi-aksi berbahaya. Seperti melaju dengan kecepatan tinggi, hingga atraksi jamping bodi depan dan belakang sepeda motor yang mereka tunggangi.

Kegiatan membahayakan tersebut dilakukan secara ilegal setelah jam malam melampui pukul 22.00 WIB dan biasanya akan berlangsung hingga dini hari.

Tidak ada pengawalan dan tidak ada pengawasan. Aksi-aksi tersebut tetap saja berlangsung dengan kebringasan dalam berkendara.

Sungguh pemandangan yang menakutkan. Masyarakat umum pengendara sekaligus pengguna jalan merasa khawatir dengan kondisi tersebut. Terlebih, aksi-aksi kawanan geng motor tersebut akhir-akhir ini telah "membabi buta". Kebrutalan komunitas yang bangga dengan predikat geng motor ini telah berulang memakan korban luka-luka.

Seperti Manto (30), warga Sigunggung, Labuh Baru bersama temanya Yogi (19) warga Damai Langgeng. Kedua terbukti telah menjadi korban pemukulan kebringasan anggota geng motor pada Sabtu (29/9) dinihari.

Nasib nahas tersebut dialaminya ketika keduanya yang tengah berduduk santai dengan memarkirkan kendaraan sepeda motor mereka tepat di atas Jembatan Siak III, sekitar Pukul 01.30 WIB.

Manto dan Yogi ketika itu baru saja pulang dari sebuah acara di Kecamatan Rumbai dengan menunggangi sepeda motor Yamaha Mio.

Namun nasib nahas harus mereka terima, secara tiba-tiba, segerombolan remaja yang menunggangi beberapa sepeda motor mendatangi keduanya.

Dengan dalih meminjam pematik api atau mancis, seseorang di antara anggota geng motor tersebut mencoba untuk merampas telepon genggam Yogi.

Nemun secara sigap, Yogi mengelak dan berhasil menyelamatkan barang berharga tersebut. Merasa mendapat perlawanan, anggota geng motor yang jumlahnya lebih dari sepuluh orang kemudian spontan menghujani keduanya dengan ragam pukulan. Bahkan hujanan benda tumpul sempat mendarat berulang kali di tubuh sang korban.

Dengan kondisi yang tak berdaya, keduanya kemudian seakan pasrah hingga barang berharga mereka berupa dua unit handphone dan surat-surat berharga yang berada dalam satu tas milik Yogi, dirampas.

Usai kejadian tersebut, Manto dan Yogi kemudian langsung melapor ke Markas Polresta Pekanbaru. Kemudian setelahnya keduanya juga melakukan visum dokter di Rumah Sakit Bhayangkara karena mengalami luka memar, kata Riski, adik kandung Marto, korban dari kebringasan geng motor.

Selain kedua korban tersebut, anak-anak geng motor sebelumnya juga telah melukai sejumlah masyarakat pengguna jalan lainnya.

Ivan (22) adalah warga Jalan Suka Karya-Kualu Pekanbaru yang mengalami luka di kepalanya akibat sabetan benda tajam dari kawanan geng motor. Ivan masih beruntung karena berhasil melarikan diri dan dilarikan ke Rumah sakit Bhayangkara, Pekanbaru.

Korban lainnya adalah Ferbryandi (20) warga Jalan Sukakarya. Saat korban melintas di depan Purna MTQ, mendadak kawanan geng motor meneriaki dan membacoknya dengan senjata tajam. Akibatnya, korban menderita luka di kedua kakinya, tangan dan punggung. Korban langsung diselamatkan warga setempat dan dibawa ke Rumah Sakit Eka Hospital, Pekanbaru.

Selain melakukan aksi penganiayaan, para komunitas geng motor juga bahkan melakukan perusakan terhadap sejumlah fasilitas umum yang berada di jalan-jalan perkotaan.

Tidak jelas aksi brutal tersebut, namun faktanya sejumlah median pembatas jalan di sejumlah jalan di Pekanbaru dirusak oleh pengendara jalan itu sendiri. Akibatnya, di tempat yang sebetulnya dilarang mutar, mereka jadikan tempat memutar, sehingga sangat rawan kecelakaan.

Beberapa median jalan yang dirusak untuk bisa dilalui kendaraan tersebut terlihat di Jalan Soekarno Hatta, tepatnya di depan Mal SKA Pekanbaru dan Jalan Arifin Achmad serta Jalan SM Amin atau Arengka dua.

Merepotkan

Kebringasan geng motor di "Kota Bertuah", Pekanbaru, terbukti cukup merepotkan aparat kepolisian setepat. Mengingat hingga saat ini belum tertangkap para pelaku kekerasan di jalanan itu.

Kepala Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru, AKP Arief Fajar Satria, mengaku akan memberantas para pengendara yang melakukan aksi ugal-ugalan di jalan umum.

"Saat ini kami juga melakukan pengejaran terhadap ketua dua geng motor yang terbukti telah melakukan tindak penganiayaan terhadap sejumlah warga," katanya.

Komitmen itu diupayakan dengan melakukan razia di beberapa titik lokasi perkotaan yang menjadi rute perjalanan para geng motor.

"Razia dilakukan setiap malam libur termasuk malam libur di akhir pekan. Kami selalu melakukan razia," katanya.

Pakar Psikologi dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Lisya Chairani, MA. PSi menyatakan, kebrutalan remaja yang terjadi di Pekanbaru saat ini merupakan bentuk dari rendahnya pendidikan moral di jenjang pendidikan formal.

Untuk itu, kata Lisya, sebaiknya para pendidik dapat lebih mengedepankan pendidikan moralitas pelajar dengan penerapan ilmu pendidikan khusus.

Namun untuk sementara ini, kata dia, sebaiknya pengajar atau sektor pendidikan memulai dengan upaya penerapan psikologis moral pelajar lewat penanaman ilmu agama. Kemudian, pengajar di pendidikan formal juga sebaiknya melakukan upaya-upaya persuasif dengan melakukan pembimbingan pergaulan yang sehat.

"Untuk diketahui, bahwa sebenarnya adanya kelompok komunitas kecil di kalangan remaja merupakan hal yang wajar dan lumrah," katanya.

Namun, kata dia, hal itu sebaiknya diantisipasi dengan pencerahaan, agar komunitas tersebut dapat mengarah pada arah yang positif.

Salah satunya, kata Lisya, kalangan komunitas remaja ini juga perlu diberikan perhatian atas segala prestasi mereka.

'Satu yang harus dipahami adalah, meledaknya tindakan brutal komunitas geng motor yang terjadi selama ini, adalah disebabkan kurangnya perhatian komunitas lainnya terhadap mereka. Sehingga kebanyakan kalangan remaja ini kemudian melakukan aksi-aksi untuk mencuri perhatian meski pada sisi negatif," katanya.

Lisya juga sangat mendukung adanya bidang atau kurikulum khusus yang membahas moral bagi kalangan pelajar.

Hal itu menurut dia sangatlah penting agar pergaulan remaja dapat lebih terarah ke hal-hal yang positif dan tidak sampai terjadi kekacauan seperti yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir di Pekanbaru, Riau.

Jangan biarkan kebrutalan di kalangan remaja terus "membabi buta", katanya.