Imajinasi Ekonomi Riau Untuk Kesejahteraan Rakyat? bagian II

id imajinasi ekonomi, riau untuk, kesejahteraan rakyat, bagian ii

Imajinasi Ekonomi Riau Untuk Kesejahteraan Rakyat? bagian II

Menyambung pernyataan bijak Einstein, "imajinasi adalah segalanya, imajinasi adalah penarik masa depan, dan imajinasi lebih penting daripada pengetahuan".

Imajinasi yang masih terkait ekonomi Riau untuk kesejahteraan rakyat, mungkinkah? Salah satunya seperti kata ekonom Universitas Riau Ediyanus Herman Halim, Senin (24/9), tentang budidaya rotan yang begitu prospektif.

Kondisi hutan yang terus menipis, harus diantisipasi dengan berbagai hal baik hulu maupun hilir. Jangan sampai, katanya, terus berkurangnya lahan hutan juga menghambat masyarakat dalam berkreativitas guna pengembangan ekonomi mereka.

Untuk menghindari hal tersebut, Ediyanus kembali berimajinasi, sebaiknya juga pemerintah daerah melakukan upaya budidaya bahan baku usaha kecil dan menengah (UKM) serta para perajin semisal penanaman rotan di kawasan terlindungi atau bahkan menyediakan lahan usaha bagi komunitas tertentu.

Intinya adalah, selain pemeliharaan lahan hasil bahan baku industri, budidaya dan pengembangan kawasan juga sangat diperlukan untuk memenuhi segala kebutuhan pelaku UKM dan perajin.

Selama ini menurut Ediyanus, hal demikian jauh tertinggal oleh berbagai kepentingan sektor perkebunan lainnya khususnya yakni sangat beroriantasi kepada pengembangan lahan perkebunan kelapa sawit.

Hal demikian pula yang menurut dia kemudian tidak mengembangkan pola fikir masyarakat untuk terus berkreativitas, serta semakin menekan ketersediaan bahan baku para perajin hingga banyak yang "gulung tikar".

Ediyanus pun berimajinasi, bahwa sebenarnya hal itu juga bukan menjadi suatu penghambat yang berarti kalau seandainya pemerintah dan masyarakat bersinergi dengan baik ke arah yang positif.

Sinergitas dimaksud adalah melakukan upaya pengembangan lahan bahan baku produk perajin di sela perkebunan tersebut.

"Hal ini tentunya harus didukung dengan ragam terobosan yang berpotensi mampu mempertahannya, semisal penanaman dan pengembangan rotan serta bahan baku kerajinan lainnya," kata dia.

Nasib Miris

Nasib miris rotan di "Bumi Melayu Lancang Kuning" itu agaknya sama halnya dengan yang terjadi di berbagai daerah di Tanah Air. Keberadaan bahan baku perajin ini terus saja terasingkan dan dikalahkan oleh berbagai produk lahan pertanian bagi industri terutama kelapa sawit.

Semisal Syafrizal, pria yang berusia 60 tahun ini telah bergelut di bidang kerajinan rotan selama lebih 30 tahun demi menghidupi keluarganya di hari "senja".

Saat ini, selain mengeluhkan omzet yang kian menurun, pria kurus perokok ini juga mengakui dirinya selalu mengalami kendala di bahan baku utama berupa rotan petrik.

Menurut dia, selain harganya yang selalu saja naik pada momen-momen tertentu, permintaan juga terkadang terkendala dengan berbagai hal.

"Banyak alasan distributor rotan untuk macetnya distribusi bahan baku rotan. Bisa karena faktor cuaca, bisa juga faktor lainnya," kata dia.

Dia pun mengakui pasokan rotan metrik kebanyakan didatangkan dari tiga wilayah. Selain Riau, rotan juga dipasok dari Sumatra Barat dan Jawa.

Biasanya, kata Syafrizal, kalau pasokan rotan dari Riau telah habis, maka alternatifnya yakni dipasok daru Sumatra Barat atau Jawa.

Namun hal tersebut diakuinya justru memberatkan para perajin rotan "Kota Bertuah" seperti dirinya. Karena jika pasokan rotan Riau habis, maka bertanda harga bahan baku produk kerajinan itu akan mengalami kenaikan.

"Biasanya kalau sudah naik, tidak akan turun lagi. Kami paling hanya akan menunggu harga rotan akan naik lagi di kemudian hari," katanya.

Menurut Syafrizal, sinyal kenaikan harga bahan baku rotan itu biasanya terjadi setiap bulan puasa. Hal itu juga terjadi pada Ramadhan 1433 Hijriyah lalu, di mana harga rotan sebelumnya hanya Rp22 ribu naik menjadi Rp30 ribu per kilogram.

"Nah, memang begitu, yang namanya rotan kalau harganya sudah naik tidak akan pernah turun. Yang ada malah akan naik lagi," sahut Sugianto, karyawan Syafrizal yang ketika itu terus sibuk merajut rotan.

"PR" Pemerintah

Satu imajinasi yang harus menjadi "PR" bagi pemerintah dan patut untuk dipertimbangkan adalah soal rotan. Karena setelah produk kayu hutan banyak ditolak negara-negara maju, maka rotan juga merupakan alternatif komoditas hasil hutan yang masih bisa diterima oleh negara maju.

Namun jika hanya dengan mengandalkan pengambilan dari dalam hutan, suatu ketika nasib komoditas ini juga akan habis seperti halnya kayu. Lagi-lagi, imajinasinya adalah bagaimana membudayakan lahan rotan.

Satu hal yang paling dimengerti oleh berbagai negara-negara subtropis, terutama Amerika Serikat dan Jepang, bahwa dua negara ini sangat tergila-gila pada produk rotan, terutama meubelnya.

Hal ini karena jika dibanding dengan bambu, rotan punya banyak kelebihan. Semisal, panjang rotan bisa mencapai lebih dari 100 meter. Elastisitas rotan juga lebih tinggi dibanding dengan bambu. Namun kelemahan yang utama adalah, rotan belum populer dibudidayakan di sejumlah wilayah Tanah Air khususnya Riau.

Padahal, budidaya rotan relatif mudah. Sebagai contoh yakni Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat yang telah berupaya merealisasikan imajinasi untuk ekonomi kerakyatan lewat pengembangan lahan hutan demi rotan.

Di dua provinsi ini, dikabarkan telah banyak petani yang membudidayakan rotan di antara tegakan tanaman karet yang telah tua.

Ketika kebun karet ini diremajakan, hasilnya berupa kayu karet dan rotan. Budidaya rotan mutlak memerlukan pohon panjatan, sebab rotan dengan batang paling besar sekali pun, tetap memerlukan tumbuhan lain sebagai panjatan.

Terlebih rotan dengan batang berukuran kecil atau hanya sebesar batang pensil. Rotan memerlukan pohon lain sebagai panjatan, agar bisa mengejar sinar matahari. Untuk itu, daun rotan dilengkapi dengan "cambuk" dan duri-duri pengait sebagai alat memanjat.

Budidaya rotan relatif cukup menguntungkan bagi masyarakat di Kalsel dan Kalbar. Bayangkan saja, hanya dengan sekali tanam, tumbuhan ini hampir tidak memerlukan perawatan sama sekali.

Tanaman rotan akan tumbuh menjalar di sela-sela tajuk pohon yang dijadikan panjatan, sampai tiba saatnya untuk dipanen.

Meskipun seluruh permukaan tangkai dan pelepah daun rotan ditumbuhi duri tajam yang sangat rapat, tetapi manen rotan bisa dilakukan dengan sangat mudah.

Para pengambil rotan, akan selalu mencari pucuk tanaman. Kemudian pucuk itu dipangkas dan dikupas. Setelah ujung rotan itu bisa ditangkap, tinggal menarik sekaligus menggulungnya. Batang rotan yang tertarik itu sudah bersih karena langsung terkelupas dari pelepah daunnya yang berduri.

Tentang Rotan

Data lembaga internasional menyebutkan bahwa rotan masih termasuk keluarga palm, dari suku Calameae, dengan 17 genus, yang terdiri dari sekitar 611 spesies. Genus rotan adalah Calamus, Calospatha, Ceratolobus, Daemonorops, Eremospatha, Eugeissonia, Korthalsia, Laccosperma dan Metroxylon serta lainnya.

Dari 611 spesies rotan itu, paling banyak terdapat di Indonesia yakni 246 spesies. Malaysia 205, Filipina 84, Brunei 81, Thailand 69, India 60, RRC 57, Papua Nugini 42, Laos 29, Myanmar 27, Vietnam 21, Singapura 18, Kamerun 17, Ekuator Guinea 12, Bangladesh dan Nigeria 11, Sri Lanka 10, Australia 9, Angola 8, Bhutan, Ghana dan Zaire 7, beberapa negara di Afrika, Asia dan Pasifik 1 - 5 spesies.

Dari 246 spesies rotan yang ada di Tanah Air, beberapa di antaranya merupakan rotan komersial yang kualitasnya sangat baik, yakni jenis matrik.

Semisalnya rotan manau atau calamus manan, rotan lilin (calamus javensis), rotan irit (calamus trachycoleus), rotan jernang besar (daemonorops draco), dan rotan manis (daemonorops melanochaeta). Disebut rotan manis, karena spesies ini umbutnya (rebungnya) manis dan enak disayur.

Batang rotan masif, tidak berongga seperti halnya bambu, dan banyak menyimpan air. Setelah pucuk tanaman dipotong, kalau bagian pangkalnya juga dipotong, akan mengucur air yang segar dan bisa diminum. Selain segar, air ini juga mengandung banyak nutrisi. Batang rotan inilah yang merupakan komoditas penting.

Batang rotan terdiri dari kulit luar yang licin dan kuat, biasanya digunakan untuk bahan anyaman, serta bagian dalamnya yang lunak. Ukuran batang rotan mulai dari diameter 0,5 cm, sampai diameter 10 cm. Hingga manfaat batang rotan juga sangat beragam.

Mulai dari untuk tali, bahan anyaman, misalnya untuk lampit, semacam tikar khas Kalimantan, untuk keranjang, dan yang terutama adalah untuk meubel. Terutama kursi rotan, yang sebenarnya bisa dipasarkan hingga internasional.

Untuk itulah secara ekonomis prospek budidaya rotan sangat baik. Tidak mungkin hasil panen rotan harganya jatuh atau tidak terjual.

Harga rotan budidaya bisa lebih rendah dibanding rotan yang diambil dari hutan, sebab semakin lama lokasi pengambilan rotan semakin jauh masuk ke dalam hutan. Biaya angkut rotan alam melalui darat dan sungai juga sangat tinggi.

Lahan budidaya rotan umumnya berada dekat jalan raya maupun sungai, hingga biaya angkutnya menjadi lebih rendah dibanding rotan hutan.

Selain itu, panen rotan budidaya juga lebih mudah dan sekaligus lebih murah dibanding mengambil rotan dari dalam hutan.

Imajinasi budidaya rotan untuk kesejahteraan rakyat, sampai kapankah?

Bersambung Pada Bagian III