Siswa dan guru di Pekanbaru terbitkan tiga buku selama pandemi

id siti jullaikah,sdn 153,sdn 153 pekanbaru, tanoto foundation

Siswa dan guru di Pekanbaru terbitkan tiga buku selama pandemi

Salah satu buku yang diterbitkan. (ANTARA/HO-TF/21)

 Pekanbaru (ANTARA) - Pandemi COVID-19 tidak lantas membuat surut semangat para guru dan siswa di SDN 153 Kota Pekanbaru, Riau. Justru di masa itu, produktifitas menulis pengajar dan aktifitas bercerita dari buku cerita rakyat oleh para siswa, terlihat dan terdengar begitu memasuki areal sekolah itu.

Paling mencolok adalah pajangan dua banner yang terpampang dalam ruang kelas awal. Banner itu memajang gambar buku antology yang baru saja diterbitkan oleh guru di sekolah SD mitra Tanoto Foundation Riau.

Tiga judul buku yang diterbitkan selama pandemi itu masing-masing berjudul "Di Musim Retak Rindu Berpihak", "Di Pelukan Bunda Doa-Doa Kami Langitkan", dan buku Tunggal kelas satu. Dua buku ontology berisi kumpulan puisi yang dibuat oleh para guru maupun siswa, sementara buku tunggal dibuat sendiri oleh Hasmawati, guru kelas satu di sekolah itu.

Penerbitan buku ini dilandasi oleh semangat menulis dari para guru dan siswa di tengah pandemi. Selain itu, penerbitan buku antology itu juga dalam rangka memperingati hari Kartini beberapa waktu lalu.

"Pandemi tidak boleh melemahkan semangat kita untuk tetap berkarya. Menulis lalu mengumpulkan tulisan kemudian dibukukan merupakan salah satu bentuk inovasi yang dilakukan oleh guru dan siswa di sekolah kami," ujar Siti Jullaikah, pengajar yang juga berperan dalam penulisan buku tersebut.

Proses penyusunan buku ini dimulai dari pembentukan tim kemudian pengumpulan tulisan puisi di kalangan guru. Setiap guru diminta membuat puisi dengan tema COVID-19. Setiap puisi yang sudah jadi kemudian disetor ke bagian pengumpulan tulisan.

Selain puisi dari kalangan guru, penyusun buku ini juga menyediakan halaman untuk kalangan siswa. Prosedurnya sama, setiap siswa ditawarkan untuk membuat puisi yang akan diterbitkan dalam bentuk buku. Siswa dan orang tua siswa menyambut baik gagasan tersebut.

"Karya puisi dari siswa ada baik bentuk tulisan atau bentuk video. Puisi dalam bentuk video itu kemudian ditulis ulang dan dikumpul dalam satu folder tulisan," tukasnya.

Guru kelas awal yang juga sebagai fasilitator Pembelajaran Tanoto Foundation itu menambahkan, setelah seluruh tulisan terkumpul, selanjutnya dilakukan pengeditan dan layout. Penataaan tulisan dan desain sampul buku dilakukan oleh perusahaan penerbit di Kota Pekanbaru.

"Kami beruntung bisa mendapat penerbit yang berkenan mencetak dan menerbitkan kumpulan tulisan dari guru dan siswa," lanjutnya.

Menerbitkan buku ontology puisi ini memerlukan ongkos produksi yang tidak sedikit sampai akhirnya berbentuk buku. Untuk menyiasati penganggaran tersebut, tim menawarkan kepada para penulis puisi untuk saling rembuk mengatasi ongkos produksi.

"Setelah diketahui total ongkos percetakan dari penerbit, kemudian keseluruhan total biaya produksi dibagi dengan jumlah penulis," ujarnya.

Dengan demikian, beban biaya produksi menjadi lebih ringan ketika seluruh tim penulis menyetorkan dananya sesuai dengan beban dana yang diberikan.

Dukungan orangtua siswa

Keberhasilan penulis tersebut dalam menyusun buku antology dan buku cerita tidak lepas dari dukungan para orang tua siswa. Orang tua siswa menyakini dengan adanya tulisan anaknya dalam buku tersebut akan membuat anak percaya diri.

"Dengan tulisan di buku itu, ada siswa kami dapat di terima di SMP tanpa mengikuti ujian seleksi masuk SMP. Panitia menganggap tulisan anak yang diterbitkan dalam buku tersebut menjadi pertimbangan bagi sekolah yang akan dimasuki," tambahnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Ismardi Ilyas memberikan apresiasi kepada guru dan siswa di sekolah ini yang telah berhasil membuat karya terbaik di kala pandemi.

"Jangan berhenti sampai di sini, pertahankan dan tingkatkan semangat menulis dan mempublikasikan karya karya terbaik. Saya tunggu terbitan tulisan dan buku baru berikutnya," kata Siti mengutip pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Pekanbaru.

Orang tua siswa Mama Difa juga memberikan pujian dengan munculnya tulisan anaknya dalam buku tersebut.

"Saya sangat senang, ketika Ibu Siti memberitahukan bahwa semua puisi yang dibuat anak anak akan dikumpulkan dan di akan jadikan sebuah buku," ujarnya.

Menurutnya, sejak anaknya diminta membuat puisi oleh gurunya, terlihat sangat bahagia dan makin bersemangat.

"Anak anak saya juga senang dan merasa bangga karena puisi yang mereka buat dijadikan dalam sebuah buku. Terimakasih saya ucapkan kepada ibu guru yang membukukannya," tambahnya.

Buku yang telah diterbitkan dan diluncurkan selanjutnya diberikan kepada masing-masing penulis untuk dijadikan sebagai koleksi dan bukti haasil karya tulisnya. Selebihnya disimpan di perpustakaan sekolah dan pojok baca setiap kelas.

Dalam beberapa waktu ke depan, menurut Siti Jullaikah, akan terbit lagi serial buku cerita pendek dari kalangan siswa. Sudah sebahagian tulisan dari siswa sudah masuk.

Semangat mendukung budaya baca dan menulis di sekolah SDN 153 Pekanbaru didukung penuh oleh Kepala Sekolah Epida Ermi SPd dan Ketua Komite Sekolah Nasrul MA. Kolaborasi sekolah dan komite sekolah dibuktikan dengan terbitnya surat permintaan buku cerita baik buku cerita lama maupun buku cerita baru kepada orang tua siswa kelas VI.

Hasilnya, hanya dalam waktu dua hari terkumpul lebih dari seratus buku cerita menarik dari para orang tua siswa kelas VI.

Sementara itu, di lantai dasar sekolah itu terdapat satu ruangan yang dijadikan sebagai studio yang berfungsi sebagai tempat latihan lomba cerita rakyat Riau. Lomba cerita itu diadaptasi dari buku buku cerita rakyat.