Mimpi 20 tahun Bambu Kuning akhirnya terwujud

id Bambu kuning, jalan bambu kuning, kepulauan meranti

Mimpi 20 tahun Bambu Kuning akhirnya terwujud

Bupati Kepulauan Meranti Drs Irwan M.Si didampingi Kabid Bina Marga Fajar saat meninjau pengerjaan Jalan Bambu Kuning. (ANTARA/Rahmat Santoso)

Selatpanjang (ANTARA) - Bambu Kuning, satu-satunya nama jalan di Kepulauan Meranti yang sudah 20 tahun seolah terlupakan sentuhan pembangunan oleh pemerintah yang kaya akan sagu ini. Wujudnya tak ubah seperti bekas laluan alat berat perusahaan pertambangan yang telah lama terbengkalai.

Warga setempat seakan merana selama karena perjuangan penguasa desa hanya terhenti di atas kertas. Sebenarnya bukan tidak diperjuangkan, bahkan usahanya sampai titik darah penghabisan. Usulan untuk dibangun oleh pemerintah daerah terus terganjal dengan sejumlah persoalan klasik.

Seandainya dibebankan menggunakan Alokasi Dana Desa (ADD) rasanya tak mampu sebab jika dialirkan untuk pembangunan jalan tersebut maka kebutuhan prioritas desa dan masyarakat dipastikan mangkrak.

Bambu Kuning memang tak asing didengar. Jalan itu terletak di antara dua desa di Kecamatan Tebingtinggi yaitu Desa Banglas dan Desa Banglas Barat yang memiliki panjang lebih kurang satu kilometer.

Sedangkan jaraknya dari pusat Ibukota Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti tidaklah jauh, hanya sekitar tiga kilometer.

Sebagian Jalan Bambu Kuning yang sudah dibangun. (ANTARA/Rahmat Santoso)


Kalau dari pertigaan Jalan Dorak dan Jalan Banglas tepatnya di Masjid Mujahidin, lurus saja mengarah ke Desa Banglas. Hingga nanti di sisi kanan tampak papan nama jalan berwarna hijau terjuntai ke tanah bertuliskan Bambu Kuning.

Sejarah nama jalan itu bermula ada spesies bambu kuning yang hidup di persimpangan jalan sehingga menandakan di situlah jalan tersebut berada dan dikenal.

Menurut beberapa sumber, jalan itu dibangun era Pemerintahan Kabupaten Bengkalis sebelum adanya pemekaran pada 2008 dan melahirkan Kabupaten Kepulauan Meranti. Setelah belasan puluh tahun berjalan, kondisi jalan itu hancur perlahan-lahan.

Belum lagi saat ANTARA turun ke lokasi beberapa waktu lalu, tampak jalannya sudah banyak lubang dan tidak rata akibat hantaman berbagai jenis kendaraan bertonase besar yang juga menyebabkan polusi udara.Kekuatan jalan semakin rapuh karena tanpa ada penahan turap atau saluran irigasi beton.

Bekas kerikil dan butiran pasir juga tampak berserakan di permukaannya. Sedangkan pecahan batu yang retak berbentuk persegi kecil berserak hampirdi setiap sudut jalan.

Semakin dibiarkan, ilalang Imperata Cylindrica pun tak lupa mewarnai di celah retakan batu. Tumbuhan tidak peduli tumbuh di laluan manusia selagi Tuhan memberikan air kehidupan turun menyirami jalan bersejarah itu.

Tak hanya rumputan liar, besi cor penyatu pasir dan kerikil pun berangsur mencuat ke permukaan. Di sinilah jalan Bambu Kuning semakin seram untuk dilewati. Bagaimana tidak, warga tempatan pernah menjadi korban tertusuk besi itu. Kondisi ini membuat orang was-was ketika melintasinya.

Proses pengerjaan Jalan Bambu Kuning. (ANTARA/Rahmat Santoso)


Kondisi itu juga dibenarkan Kepala Desa Banglas Barat, Asnawi. Ia mengakui kondisi Jalan Bambu Kuning dari tahun ke tahun sangat miris sekali.

Masyarakat setempat, kata dia, sudah sangat lama mendambakan jalan itu bisa segera dibangun agar memudahkan akses ke beberapa desa jiran, salah satunya ke penyeberangan Desa Lukun.

"Kondisinya sudah rusak parah. Harapan masyarakat memang minta dibangun bagus kembali sehingga aktivitas mereka tak terhalang lagi. Pemerintah bisa memandangnya sebagai perhatian karena itulah urat nadi ekonomi masyarakat di sana," aku Asnawi belum lama ini saat ditemui di Selatpanjang.

Ia mengungkapkan Bambu Kuning merupakan salah satu jalan penting dan sangat dibutuhkan masyarakat setempat. Bahkan digunakan sebagai jalur menuju ke fasilitas pendidikan bagi anak-anak sekolah yang berada di sana.

"Di situ ada SMP Negeri 4 yang terletak di Desa Banglas Barat, bahkan siswaMAN 1 Selatpanjang lewat di situ juga," kata pria berkacamata itu.

Akhirnya dibangun

Tatkala menunggu angin segar, isu sedap pun tiba-tiba terngiang ke telinga. Jalan dengan lebar tiga meter tersebut akhirnya akan segera diperbaiki.

Rintihan doa masyarakat seakan terjawab setelah 20 tahun dan perjuangan desa digubris oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti.

"Alhamdulillah kondisi (jalan) hari ini sudah berangsur dilakukan peningkatan. Masyarakat sangat bersyukur sekali karena sudah sekian lama tentu rasa gembira sulit diungkapkan lagi," ucap syukur Asnawi.

Setiap tahun, pihaknya terus mengusulkan melalui musyawarah rencana pembangunan (Musrebang) desa, namun tak kunjung direalisasikan. Jika biaya pembangunan dibebankan melalui ADDmaka prosesnya dipastikan tidak mampu.

"Anggaran terbatas karena wilayah kita masih banyak yang mau dibangun. Serapan dana desa hanya mampu sebatas membangun jalan lingkungan dalam skala kecil," tambah Asnawi lagi.

Proses pengerjaan Jalan Bambu Kuning. (ANTARA/Rahmat Santoso)


Berbeda dengan Kepala Desa Banglas, Syamsurizal. Ketika ditanyai soal adanya peningkatan Jalan Bambu Kuning, ia sontak terkejut bukan kepalang karena baru mengetahuinya.

"Alhamdulillah lah kalau seperti itu. Karena sejak tahun 2003 silam saat zaman kades di masa (Pemkab) Bengkalis jalannya dibangun tapi tidak maksimal. Setelah 20 tahun, baru sekarang impian masyarakat terwujud," ungkapnya melalui sambungan gawaipada pertengahan Oktober 2020 lalu.

Penggagas Ekowisata Mangrove Desa Banglas ini merasa riang meskipun waktu itu ia sedang mengantarkan anaknya berobat ke Jakarta. Syamsurizal hanya bisa mengutarakan rasa gembiranya dari kejauhan, pasalnya perjuangannya untuk desa tidak sia-sia di sisa masa jabatan yang sudah hampir habis.

"Sudah mau habis jabatan saya, baru sekarang bisa ditingkatkan. Saya sangat bersyukur sekali. Masyarakat selalu mengadu pada saat musrenbang kapan jalan itu bisa dibangun. Apalagi itu jalan poros menghubungkan tempat pendidikan," tuturnya dengan sedikit nada riang.

Sore itu belum sempat matahari kembali ke singgasananya, ANTARA melanjutkan pantauan di Jalan Bambu Kuning pada 19 Oktober 2020. Tampak tumpukan material kerikil batu dan pasir terletak di sebagian jalan yang sudah diperbarui.

Setibanya di lokasi, dari kejauhan sudah terdengar suara riuh mesin molen pengaduk semen. Sementara para tukang kompak bekerjasama mewujudkan harapan masyarakat.

Tukang yang bekerja sebenarnya bukan orang lain. Mereka adalah warga tempatan yang sama-sama ingin membangun jalan di wilayahnya menjadi bagus seperti jalan lain pada umumnya.

Uniknya, Ketua RT setempat pun ikut terlibat dalam pekerjaan jalan itu. Masyarakat percaya kalau Pak RT yang sudah turun tangan proyek peningkatan jalan tidak akan dilakukan secara semena-mena.

Pekerjaan mereka disesuaikan spesialisasinya masing-masing. Ada yang mengaduk semen, memasukkan batu dan pasir ke dalam mesin, bahkan ada yang khusus mengoper adukan yang sudah jadi menggunakan gerobak kayu ke ruas jalan yang rusak.

Jalan Bambu Kuning sebelum dilakukan proses semenisasi. (ANTARA/Rahmat Santoso)


Sempat telan korban

Sambil santai seorang ibuberdasterdengan jilbab hitam tampak menyaksikan seolah memberikan semangat tukang yang sedang asyik bekerja. Dirinya tak sabar menanti jalan di depan rumahnya bisa mempesona kembali.

Agus Meriati (52), seorang ibu rumah tangga yang sudah lama tinggal di Jalan Bambu Kuning bersama anak dan cucunyatak habis-habis menampakkan rasa gembiranya melalui raut wajah yang sumringah.

"Kalau dibilang senang ya pastinya senanglah. Dengan begini kan nampak jelasnya jalan kami diperbaiki. Dulu rasa hati itu kapanlah jalan ini bisa bagus, sebab sudah lama sekali sekitar 20 tahun lebih," ucapMeriatiharu.

Meski gembira, ibu empat anak itu sempat mengeluarkan rasa kekecewaannya setelah mengatakan jalan itu sempat menimbulkan korban akibat tertusuk besi yang mencuat, tak lain tak bukan adalah tetangga dekatnya sendiri yang menjadi korban.

"Iya ibu itu tetangga saya, sampai infeksi kakinya terkena besi jalan itu. Dia terjatuh tersandung besi saat berjalan kaki, kejadiannya sudah sekitar setahun lalu. Kadang pun sering juga terjadi kepada anak-anak dengan kejadian serupa," ungkapnya.

Sejak saat itu kekecewaan Meriati seakan luntur setelah jalan di rumahnya tak lagi hancur. Apalagi ia dapat melihat langsung orang nomor satu di Kepulauan Meranti juga turun meninjau.

Proses pengerjaan Jalan Bambu Kuning. (ANTARA/Rahmat Santoso)


Sebelumnya, Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Drs Irwan MSi bersama Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman Fajar memang akan meninjau langsung ke Jalan Bambu Kuning untuk melihat proses pengerjaan.

Biasa mengenakan baju dinas, kali ini Bupati Irwan hanya menggunakan kaos kerah berwarna putih dan bertuliskanSingapore di bagian depan pas di posisi perutnya.

Bukan tanpa alasan Bupati berpakaian seperti itu, dia hanya ingin terlihat lebih elok dan tidak terlalu berlebihan di mata masyarakat. Seakan dengan cara itu ia bisa lebih bisa berbaur sambil mengambil hati masyarakat yang sudah sejak lama jalan mereka belum tersentuh perhatian.

"Saya pikir kenapa lama sekali baru bisa diwujudkan, karena selama ini kita punya program prioritas. Program prioritas itu yang kita dahului adalah jalan poros yang menghubungkan satu desa ke desa yang lain. Karena desa kita masih banyak yang terisolir. Jadi alokasi anggaran difokuskan untuk jalan poros," terang Bupati di sela meninjau, Senin (19/10) lalu.

Jalan Bambu Kuning berada di tengah pemukiman dan statusnya merupakan jalan desa. Ia menyadari desa mempunyai kemampuan yang terbatas untuk membangun infrastruktur masyarakat.

"Kalau pola itu tidak diintervensi oleh pemerintah kabupaten, entah sampai tahun berapa jalan ini akan dibangun. Umumnya dulu proyek jalan kita lelang dan diserahkan ke pihak ketiga. Jika sistemnya dibuat seperti itu, rasanya kurang efisien dengan kondisi saat ini," akunya.

Irwan menilai setiap ruas jalan tersebut jika dilelang jumlahnya mungkin tidak begitu besar hanya Rp200 juta-an. Tetapi dengan jumlah itu tidak terlepas dengan komponen biaya upah dan pelaksana.

Dari situ saja keuntungan perusahaan sudah

menyedot hampir 20 sampai 30 persen dari anggaran yang dialokasikan. Sementara biaya untuk pembangunan hanya terealisasi sekitar 70 persen saja.

"Jadi sekarang kita ubah sistemnya. Aturan saat ini memungkinkan dibuat sistem swakelola yang dibangun langsung oleh Dinas PU. Dengan cara seperti ini otomatis anggaran yang kita alokasikan full masuk untuk pembangunan jalan," tegas Ketua Umum IPSI Riau itu.

Dengan sistem ambil alih pekerjaan oleh pemerintah daerah, dipastikan kualitasnya bisa lebih kuat dan waktu pekerjaan bisa lebih singkat.

"Setelah dilakukan survei, nanti Dinas PU menghitung yang rusak itu berapa meter. Kemudian dihitung berapa anggarannya. RAB nya mereka yang buat sendiri," tambah Irwan lagi.

Meskipun tidak bisa berbuat lebih, Bupati dua periode itu berharap apa yang diupayakan pemerintah daerah mampu menjawab asa masyarakat selama ini. Ia meminta usai jalan ini dibangun, masyarakat bisa menjaganya dengan baik layaknya aset desa yang dimiliki bersama.

"Kita tunaikan janji kita dengan masyarakat melalui jalan yang diperbaiki ini. Semoga semua akses ke tempat layanan pendidikan dan menuju ke desa lainnya melalui jalan desa ini bisa terhubung dengan baik, dan masyarakat lebih mudah beraktivitas dengan jalan yang baru," ungkapnya dengan sepenuh hati.

Peningkatan Jalan Bambu Kuning setebal 12 cm ini menggunakan sistem swakelola yang bersumber dari APBD Kepulauan Meranti. Dengan panjang jalan yang diperbaiki 330 meter dan lebar tiga meter itu memakan biaya lebih kurang Rp290 juta.

Secara tertulis, mutu standar beton yang digunakan untuk jalan tersebut adalah K175. Namun Kabid Bina Marga, Fajar mengungkapkan kondisi beton sebenarnya yang direalisasikan di lapangan.

Mutunya di atas standar yaitu K225 yang berkualitas lebih bagus. Mengingat Jalan Bambu Kuning sudah lama tidak diperbaiki, makanya ia berinisiatif mengambil langkah tepat agar masyarakat tidak kecewa.

"Mutu beton itu sebenarnya bukan K175, tetapi K225. Kita tidak ingin mengecewakan pihak penyedia jika menggunakan mutu yang rendah," kata Fajar.

Komposisi mutu K175, dijelaskan Fajar, berupa dua tong batu kerikil dan satu tong pasir. Sementara dengan takaran tersebut hanya menggunakan campuran sebanyak satu setengah sak semen.

"Detailnya dari K175 yang bermutu standar itu semennya sebanyak 50 kilogram, pasir 92,96 kilogram, batu kerikil 197,54 kilogram, dan air 31,3 liter," rincinya.

Saat ini progres semenisasi Jalan Bambu Kuning sedang berjalan. Dia menargetkan penyelesaiannya hanya memakan waktu selama 15 hari, atau dalam satu hari bisa diselesaikan sepanjang 10 meter.

"Saya jamin jalan tersebut bisa tahan sampai 15 tahun. Karena kita menggunakan mutu yang kualitasnya bagus sehingga tidak mudah rusak. Apalagi mengingat keinginan masyarakat sudah 20 tahun minta dibangun bagus. Tentu kita tidak ingin mengecewakan harapan masyarakat," tutur Fajar.

Peningkatan Jalan Bambu Kuning sebenarnya banyak menuai beberapa kejadian yang tak terpikirkan. Pernah para pekerja sempat kewalahan menghadapi emosional masyarakat tempat.

Mereka melarang mobil pengangkut air masuk ke Jalan Bambu Kuning. Padahal air tersebut digunakan untuk bahan material mencampurkan semen.

Karena tidak selesai sama tukang, akhirnya Kabid Bina Marga turun langsung menyelesaikan persoalan itu pada Jumat (23/10) sore.

"Mereka takut jalannya akan rusak lagi ketika dilalui roda empat. Saya bilang saya yang akan bertanggung jawab atas ini kalau rusak. Kalau gak ada air bagaimana kita mau bekerja," ucap Fajar menirukan perkataannya saat itu.

Dia berharap dengan peningkatan Jalan Bambu Kuning itu bisa menjawab harapan masyarakat tempatan yang sudah 20 tahun merindukan jalan yang bagus.

Ditambahkan Kasi Perencana, Rahmat Kurnia, terdapat dua jenis pembangunan yang dilakukan dengan sistem swakelola pada tahun ini yaitu jalan dan jembatan. Dari sembilan kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti, hanya tujuh kecamatan yang saat ini direalisasikan pembangunanya.

Di tujuh kecamatan itu terdiri dari dua kelurahan dan 30 desa yang mengusulkan perbaikan jalan dan jembatan. Khusus jalan ada 4,3 kilometer yang dilakukan semenisasi dan pemeliharaan, sementara pembngunan jembatan ada 25 unit.

"Progres jembatan ada21 unit yang sudah diselesaikan dan dua sisanya sedang dalam pengerjaan. Sementara untuk jalan ada 15 lokasi yang sudah selesai dan sisanya ada 5 lokasi yang masih tahap pengerjaan," terang pria akrab disapa Aang itu.