Jakarta (ANTARA) - Ahli mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra menjelaskan obat antimalaria chloroquine phosphate memiliki efek antivirus karenanya bisa digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19, penyakit akibat infeksi virus corona baru.
"Jadi zat klorokuin (chloroquine) punya antimalaria sekaligus punya aktivitas antivirus. Obat itu juga dipelajari untuk pengobatan HIV. Meski belum diketahui apakah bisa untuk virus apa saja, tapi yang jelas zat itu pernah diteliti juga punya aktivitas anti-HIV," katanya ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu.
Baca juga: WHO: Dunia harus bertindak cepat untuk membendung wabah virus corona
Ahli kesehatan China sebelumnya mengumumkan telah menemukan cara baru dalam menangani pasien COVID-19 dan menyatakan bahwa penggunaan obat antimalaria lebih efektif untuk merawat pasien COVID-19.
Menurut Pusat Pengembangan Bioteknologi Nasional China yang berada di bawah Kementerian Sains dan Teknologi, chloroquine phosphate memiliki efek penyembuhan tertentu pada pasien yang terserang penyakit pernapasan akibat infeksi virus corona baru.
Pemerintah China diwartakan sedang menguji penggunaan obat tersebut untuk pasien COVID-19 di lebih dari 10 rumah sakit di Beijing serta rumah sakit di Provinsi Guangdong dan Provinsi Hunan.
Chloroquine phosphate biasa digunakan untuk mengobati malaria, penyakit yang disebabkan oleh protozoa dan menular ke manusia lewat gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
"Secara general (umum) bisa dianalogikan memang bisa digunakan. Karena dari penelitian sebelumnya zat itu bisa digunakan untuk anti-HIV di mana HIV memang disebabkan virus RNA, sama seperti corona," kata Sugiyono.
Virus RNA adalah virus yang materi genetiknya RNA (asam ribonukleat) sedangkan virus DNA materi genetiknya asam deoksiribonukleat.
Penyakit ebola, SARS, rabies, hepatitis C, dan HIV/AIDS disebabkan oleh virus RNA. Virus corona juga termasuk virus RNA.
Virus corona baru sejak akhir 2019 menyebabkan wabah COVID-19 di wilayah China. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia, hingga 21 Februari COVID-19 telah menginfeksi 76.769 orang di 26 negara dengan kasus terbanyak di daratan China dengan 75.569 kasus. Virus itu telah menyebabkan 2.239 orang di China dan delapan orang di luar China kehilangan nyawa.
Baca juga: Empat WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess positif corona
Baca juga: Korban jiwa di China akibat wabah virus corona capai 2.236 orang
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Berita Lainnya
BMKG prakirakan hujan petir hingga berawan dominasi kondisi cuaca di Indonesia
26 April 2024 12:08 WIB
Madonna berterima kasih pada anak-anaknya telah berperan selama tur "Celebration"
26 April 2024 12:00 WIB
Departemen Pertanian AS perbarui makanan sekolah guna batasi asupan gula anak
26 April 2024 11:45 WIB
BTN pastikan kondisi likuiditas cukup memadai di tengah kenaikan BI-Rate
26 April 2024 11:37 WIB
Ekonom nilai keputusan kenaikan BI-Rate dukung stabilitas nilai tukar rupiah
26 April 2024 11:06 WIB
Sandiaga Uno sebut telah memberikan masukan ke PPP dukung Prabowo-Gibran
26 April 2024 10:54 WIB
Kakanwil Kemenkumham Riau ajak masyarakat sadar potensi kekayaan intelektual
26 April 2024 10:43 WIB
Kemarin, Partai NasDem gabung koalisi hingga perpindahan ASN ke IKN
26 April 2024 10:33 WIB