Cuaca Buruk Hambat Pembangunan PLTU Teluk Sirih

id cuaca buruk, hambat pembangunan, pltu teluk sirih

Pekanbaru, 17/1 (ANTARA) - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih berdaya 2x112 megawatt (MW) di Padang, Sumatera Barat, terkendala cuaca buruk yang dikhawatirkan dapat menghambat realisasi target pengoperasian satu pembangkit pada 2011.

"Cuaca buruk sangat berpengaruh pada proses pembangunan, tapi kami tetap berupaya target tahun ini bisa dicapai," kata Manajer Proyek PLTU Teluk Sirih, Arif Amirudin, kepada ANTARA, Senin.

PLTU Teluk Sirih mulai dibangun pada 2008 yang merupakan salah satu proyek nasional pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap pertama. Lokasi pembangkit yang menggunakan bahan bakar batubara itu berada di pesisir Sumbar, sehingga tingginya gelombang laut akibat cuaca buruk sangat mempengaruhi proses pengiriman bahan baku konstruksi dari Jakarta.

"Kapal yang membawa besi dari Jakarta sudah sekitar satu bulan belum juga sampai karena gelombang laut tinggi," katanya.

Selain itu, ia mengatakan hujan deras yang kerap turun pada lokasi pembangunan membuat proses pengerjaan konstruksi di lapangan lebih sulit dilakukan.

"Tanah becek jadi lebih sulit untuk bekerja," kata Arif.

Menurut dia, progres pembangunan mega proyek PLTU Teluk Sirih baru mencapai sekitar 34 persen. Pihak pengembang menargetkan satu mesin pembangkit mampu mengalirkan listrik ke jaringan PLN pada Desember 2011.

Manajer Umum Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3BS), Yurman, mengatakan PLN sangat berharap pembangunan PLTU Teluk Sirih dapat sesuai target untuk mampu menanggulangi kekurangan daya akibat kinerja PLTA Singkarak kurang optimal.

PLTA Singkarak hanya mampu beroperasi sekitar enam jam sehari akibat kekurangan air untuk menggerakan turbin secara normal. Kondisi ketinggian air di Danau Singkarak sebagai sumber utama pembangkit listrik menurun akibat faktor cuaca.

Ketinggian air untuk pembangkit listrik kini hanya sekitar 361 di atas permukaan laut (mdpl). Ketinggian air minimal yang bisa ditoleransi untuk operasional mencapai 359,5 mdpl.

Akibatnya, PLN hanya mampu mengoperasikan empat turbin yang seharusnya bisa menghasilkan 175 MW sekitar enam jam pada saat beban puncak mulai pukul 17.00-22.00 WIB.

"Empat turbin hanya dioperasikan pada saat beban puncak," ujarnya.