Jayapura (ANTARA) - Pemprov Papua dan kabupaten/kota di daerah itu diminta segera mencari solusi terkait dengan pulangnya ribuan mahasiswa akibat aksi rasisme yang terjadi pada bulan lalu di Surabayadan Malang (Jawa Timur), sertaSemarang(Jawa Tengah).
"Pemerintah jangan menolak para mahasiswa yang kembali, tetapi segera cari solusi untuk persoalan ini," kata Sem Awom, Koordinator KontraS Papua yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Papua (KMSP) di Kota Jayapura, Rabu.
Menurut dia, wajar jika ribuan mahasiswa kembali dari kota studi masing-masing karena merasa tidak aman dan nyaman akibat dari sikap rasisme dan intimidasi yang diterima.
"Data yang kami terima dari hasil pertemuan dengan gubernur dan para bupati, kira-kira mencapai 2.000 lebih, sementara dari media itu 1.200 lebih, tapi data ini sewaktu-waktu bisa berubah," katanya.
Terkait dengan hal itu, Sem meminta agar pemerintah daerah lebih proaktif dengan persoalan tersebut, apalagi para mahasiswa tersebut membutuhkan sejumlah hal dan harus segera kembali kuliah.
"Kami juga akan mendata jumlah mahasiswa dengan bantuan para aktivis dan organisasi kepemudaan tetapi yang paling penting adalah pemerintah harus proaktif. Intinya kami ingin membantu pemerintah mencari jalan keluar soal kembalinya mahasiswa ke Papua," katanya.
Pada kesempatan sebelumnya, Bupati Yahukimo Abock Busup menyebutkan 600 di antara 1.950 mahasiswa asal daerah itu yang berkuliah di berbagai kota studi di Nusantara telah kembali ke Papua menyusul aksi rasisme.
"Sebanyak 1.950 mahasiswa, yang ada di sini (Jayapura, red.) sudah pulang itu 600 orang, lalu 120 mahasiswa lainnya ada di Ibu Kota (Jakarta, red.)," katanya di Kota Jayapura, Papua, Selasa (17/9).
Berdasarkan keterangan dari sejumlah mahasiswa yang ditemuinya, Abock mengungkapkan mereka mengaku diintimidasi sehingga enggan kembali ke tempat studinya untuk melanjutkan kuliah.
"Jadi, saya tanya mereka (mahasiswa, red.) mengapa kalian tidak mau bertemu dengan gubernur saat di Jawa Timur. Mereka sampaikan bahwa masih mendapat tekanan (rasisme, red.), sehingga mereka pulang," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi bersilaturahim dengan tokoh muda Papua inspiratif
Baca juga: Dinyatakan kondusif, 25 kabupaten di Papua sudah bisa berselancar di internet
Berita Lainnya
Wamendagri tekankan investasi kunci utama pembangunan Papua Barat Daya
11 December 2024 14:53 WIB
Menhan Sjafrie Sjamsoeddin ingin perkuat pertahanan di Papua untuk kesejahteraan
22 November 2024 16:44 WIB
Ada SIAK Plus di Papua Barat, apa itu?
20 November 2024 19:05 WIB
KSAD tinjau kapal yang akan dikirim ke Papua untuk program ketahanan pangan
19 November 2024 10:56 WIB
Satgas Koops Habema bantu terangi rumah warga Papua saat patroli di Maybrat
28 October 2024 12:36 WIB
Ikhtiar perempuan Papua dalam wujudkan kampung ketahanan
09 October 2024 14:41 WIB
Puan Maharani tekankan solidaritas Melanesia saat bertemu parlemen Papua Nugini
27 September 2024 15:09 WIB
Polda Papua: Pilot Philip sangat bahagia bisa berkomunikasi dengan keluarga
21 September 2024 16:16 WIB