Pekanbaru, 1/9 (ANTARA) - BP Migas meminta PT Kalila Energy untuk mengutamakan pasokan gas ke pembangkit listrik PLN di Kota Pekanbaru, meski banyak tawaran dari perusahaan swasta yang lebih menguntungkan dari segi bisnis.
"Kami meminta Kalila mendahulukan gas untuk PLN karena tujuannya lebih strategis dan lebih baik," kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan BP Migas, Elan Biantoro, ketika dihubungi ANTARA dari Pekanbaru, Rabu.
PT Kalila terikat kontrak GSA (Gas Sale Agreement) dengan PT PLN untuk memasok gas sebanyak 30 juta meter standar kaki kubik atau MMSCFD untuk pembangkit listrik Teluk Lembu, Pekanbaru pada tahun 2005.
Pasokan gas itu direncanakan diambil dari lapangan Seng dan Segat, Kabupaten Pelalawan. Dengan pasokan gas itu, maka PLN bisa meningkatkan kemampuan pembangkit Teluk Lembu dari 40-50 megawatt (MW) menjadi 100 MW.
Kerjasama keduanya hingga kini tak berjalan mulus, berawal dari Kalila yang sempat mengeluhkan harga jual gas yang terlalu rendah. Pada waktu bersamaan, anak perusahaan Bakrie Grup itu juga melakukan kontrak GSA untuk memasok gas ke PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
"Dengan sumber gas yang sama, hasilnya tentu dibagi antara PLN dan RAPP. Sedangkan produksi di lapangan Kalila belum optimal," ujarnya.
Menurut dia, Kalila diharapkan mengutamakan pemenuhan kontrak gas ke PLN karena harga jual gas kini sudah lebih baik. Berdasarkan amandemen kontrak GSA tahun 2007, lanjutnya, PLN menyetujui harga jual gas menjadi 5 dolar AS dari sebelumnya 2,75 dolar AS per MMSCFD.
"PLN sudah lebih baik, meski harga beli dari RAPP masih lebih tinggi," ujarnya.
Manager Humas PT Kalila, Dahrul Hidayat mengatakan selain RAPP ada perusahaan bubur kertas PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) yang juga tertarik untuk menbeli gas dari Kalila.
Mengenai kontrak dengan PLN, ia mengatakan permasalah adalah akibat biaya ganti rugi lahan untuk pemipaan sepanjang 50 kilometer yang membengkak hingga Rp500 miliar.