Lereng Sumbing Awali Kebangkitan Bawang Putih

id lereng, sumbing awali, kebangkitan bawang putih

 Lereng Sumbing Awali Kebangkitan Bawang Putih

Temanggung, (Antarariau.com) - Sekitar 95 persen kebutuhan bawang putih dalam negeri yang jumlahnya mencapai 500 ribu ton per tahun selama ini dipenuhi dari produk impor yang datang dari beberapa negara.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian produksi bawang putih nasional hanya sekitar 22.000 hingga 24.000 ton. Bawang putih selama ini didatangkan dari beberapa negara, yakni China, India, Vietnam, dan Mesir.

Ketergantungan terhadap bawang putih impor telah menyebabkan petani bawang putih di sentra bawang putih seperti Temanggung, Magelang, Malang, Karanganyar, dan Lombok Timur beralih ke komoditas lain.

Dampaknya luas panen dan produksi bawang putih nasional semakin menyusut dari tahun ke tahun.

Pada pertengahan Mei 2017, masyarakat merasakan harga bawang putih yang sangat tinggi, mencapai Rp80.000 per kilogram sehingga menimbulkan gejolak di tengah masyarakat.

Kekurangan pasokan di pasaran mengakibatnya harga bawang putih impor semakin tidak terkendali karena hanya dikuasai oleh segelintir pelaku usaha atau importir.

Kondisi tersebut mengusik Menteri Pertanian, Amran Sulaiman yang kemudian menginstruksikan kepada jajaran Kementerian Pertanian dan instansi terkait untuk melakukan langkah cepat dan sigap untuk sesegera mungkin mengambil alih kendali dengan melakukan operasi pasar, pengaturan impor sekaligus mendorong percepatan penanaman bawang putih nasional.

Mentan yang diwakili Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto melakukan penanaman bawang putih serentak di tiga lokasi sentra utama bawang putih, yakni Temanggung, Magelang, dan Lombok Timur yang dipusatkan di lereng Gunung Sumbing Desa Tanggulanom, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (7/11).

Penanaman bawang putih yang dibiayai APBN Perubahan 2017 tersebut nantinya akan digunakan untuk benih pada penanaman 2018 guna mendukung swasembada bawang putih.

Pemerintah melalui APBN Perubahan 2017 mengalokasikan anggaran untuk penanaman bawang putih seluas 3.150 hektare di delapan kabupaten, yaitu Kabupaten Solok, Bandung, Tegal, Magelang, Temanggung, Malang, Lumajang, dan Lombok Timur.

Pada tahun 2018 alokasi APBN maupun APBNP diupayakan bisa ditingkatkan kembali, seiring dengan meningkatnya minat dan komitmen dari petani dan dinas pertanian kabupaten.

Menteri bahkan meminta ada pencatatan dan evaluasi dari daerah-daerah yang memberikan komitmen untuk mendukung program swasembada bawang putih.

Target program tersebut adalah Indonesia bisa swasembada bawang putih pada 2019, setelah sebelumnya berhasil swasembada beberapa komoditas, yakni padi, jagung, bawang merah, dan cabai.

Bawang putih sebelumnya diproyeksikan untuk swasembada tahun 2033, namun dipercepat ke 2019. Artinya ada percepatan 14 tahun.

Percepatan target ini dilakukan setelah melalui kalkulasi dan pertimbangan yang cermat namun memerlukan kerja keras dan kerja cerdas dari semua pihak terkait agar target tersebut benar-benar dapat tercapai.

Kementerian Pertanian terus gencar mendorong pencapaian swasembada untuk beberapa komoditas strategis.

Produk Padi, jagung, bawang merah, cabai telah mampu memenuhi target swasembada, bahkan untuk bawang merah tidak hanya berswasembada, melainkan juga melakukan ekspor.

Pada bulan Agustus-Oktober 2017 Indonesia mengekspor bawang merah melalui Brebes, Surabaya, Malaka, dan Enrekang.

Mentan menargetkan dari Agustus hingga Desembner 2017 bisa mengekspor bawang merah sebanyak 6.700 ton ke Thailand, Singapura, Filipina, dan Timor Leste.

Target swasembada bawang putih sebenarnya dapat dicapai dengan relatif lebih mudah, berbeda dengan padi, jagung, dan kedelai yang memerlukan lahan jutaan hektare untuk bisa swasembada.

Diperlukan lahan seluas 60.000 hektare untuk menghasilkan bawang putih untuk konsumsi dan 13 ribu hektare lagi untuk memproduksi benih, sehingga total lahan yang diperlukan seluas 73.000 hektare untuk mencapai swasembada.

"Kita harus optimistis karena kenyataannya dalam sejarah menunjukkan bahwa Indonesia pernah mengalami kejayaan bawang putih di era 1990an di mana luas tanaman bawang putih pada waktu itu mencapai 22.000 hektare dengan produksi sekitar 153.000 ton, meskipun pada akhirnya semakin merosot akibat gempuran bawang putih impor.

Guna mewujudkan swasembada bawang putih, Mentan sudah menugaskan Direktur Jenderal Hortikultura untuk membagi habis tugas di masing-masing eselon dua lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura terkait dengan program ini. Penyediaan lahan berikut pengaturan manajemen tanamnya menjadi tanggung jawab Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat.

Direktorat Perbenihan Hortikultura fokus untuk penyediaan benih tahun 2018 berikut jaminan kontinuitas benihnya. Direktorat pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura menyiapkan skema tata niaga bawang putih untuk menjamin kestabilan harga.

"Jangan sampai kita dorong-dorong petani untuk menanam bawang putih namun pada akhirnya harga jualnya jatuh. Jadi ini sudah diantisipasi, supaya jangan jatuh harganya. Direktorat Perlindungan Hortikultura fokus untuk mengawal dan membantu petani dalam rangka pengendalian organisme pengganggu tanaman serta berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengawal keamanan dan kesehatan calon benih yang akan ditanam," katanya.

Badan Sumber Daya Manusia Pertanian akan berupaya meningkatkan kapasitas petani bawang putih di seluruh sentra produksi, demikian juga dengan Badan Litbang Pertanian dan instansi terkait lainnya.

Dinas Pertanian kabupaten/kota diingatkan untuk bertindak cermat dan bijaksana dalam menetapkan lokasi dan calon petani penerima manfaat dari kegiatan APBN maupun kemitraan dengan importir diingatkan agar tidak terjadi kecemburuan antara sesama petani bawang putih.

Program ini juga menuntut kerjasama dengan para importir untuk sungguh-sungguh menjalankan ketentuan wajib tanam ini dan mohon kerja sama yang baik antarsemua pihak agar program ini benar-benar terealisasi sesuai harapan.

"Kali ini kita akan sama-sama menjadi saksi sejarah di Kabupaten Temanggung, Magelang dan Lombok Timur total kawasan bawang putih yang ditanam seluas 1.720 hektare dengan dukungan dana APBN Perubahan dan 400 hektare oleh importir sebagai kewajiban tanam lima persen dari rekomendasi impor produk hortikultura.

Alokasi APBN Perubahan untuk bawang putih di ketiga kabupaten tersebut sebesar Rp207,6 miliar yang terdiri atas Rp148,6 miliar untuk produksi benih dan Rp59,4 miliar untuk pengembangan kawasan.

Lokasi pengembangan bawang putih melalui APBN Perubahan 2017 seluas 1.720 hektare tersebut meliputi Kabupaten Temanggung seluas 1.120 hektare, Kabupaten Magelang 100 hektare dan Kabupaten Lombok Timur 500 hektare.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Kabupaten Temanggung, Masrik Amin mengatakan potensi lahan untuk pengembangan bawang putih di Kabupaten Temanggung seluas 6.100 hektare.

Lokasi pengembangan bawang putih melalui APBD Perubahan 2017 untuk Kabupaten Temanggung seluas 1.120 hektare tersebar di 11 kecamatan dengan varietas lumbu ijo dan lumbu kuning.

Sebanyak 11 kecamatan tersebut meliputi Tretep dengan luas tanam 170 hektare, Parakan (75), Wonoboyo (40), Ngadirejo (95), Tlogomulyo (20), Candiroto (40), Bulu (130), Tembarak (15), Bansari (55), Kledung (465), dan Selopampang (15).

Bupati Temanggung, Bambang Sukarno mengatakan kegiatan penanaman bawang putih ini merupakan wujud kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat Indonesia, khususnya bawang putih.

Wilayah Bhumi Phala Temanggung memiliki beberapa potensi unggulan, selain tembakau dan kopi dengan kualitas terbaik, tanaman bawang putih juga potensial untuk dikembangkan di wilayah lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prahu.

Melalui budi daya bawang putih di Temanggung ini nantinya dapat menyumbang kebutuhan nasional dengan mengurangi impor bawang putih.

Lereng Sumbing akan menjadi titik awal mengenai kebangkitan produksi bawang putih