Jakarta, (Antarariau.com) - Jika umat Islam di Indonesia relatif mudah mendapatkan pembagian daging kurban saat merayakan Idul Adha, maka kaum muslim dan muslimah di Kamboja masih sangat kesulitan untuk bisa menikmati daging kurban. Namun, para mahasiswa Indonesia ternyata bisa juga ikut memecahkan kendala tersebut.
Berawal dari hobi jalan-jalan keliling negara-negara di ASEAN, sebanyak empat mahasiswa aktif Institut Pertanian Bogor (IPB) Kays Abdul Fattah, Bagus Wahyutomo, Ghazaly Imam Negoro, dan Muhammad Majid Firman, berangkat untuk membantu proses pembelian hingga penyembelihan hewan kurban hasil sumbangan warga Indonesia yang disalurkan di Kampong Cham, Kamboja pada Perayaan Idul Adha, Jumat, 1 September 2017.
Keempat mahasiswa tersebut melihat kondisi perekonomian suku Cham yang mayoritas umat muslim di Kamboja belum begitu baik. Mayoritas mata pencaharian mereka adalah petani, buruh, dan nelayan. Biaya hidup yang tinggi di Kamboja dan menjadi etnis minoritas membuat suku Cham dalam kondisi yang perlu dibantu.
"Masyarakat Kampong Cham sangat membutuhkan bantuan," kata Kays kepada Antara di Jakarta, Senin.
Pada kesempatan ini hanya Kays dan Ghazaly yang berangkat dari Indonesia pada tanggal 27 Agustus 2017. Mereka selama di Kamboja bermalam di kamar, sebuah rumah makan bernama "Warung Bali" yang menyajikan makanan halal milik orang Indonesia.
Keesokan harinya, dengan ditemani seorang anggota dari organisasi Persatuan Masyarakat Indonesia di Kamboja (Pemika), Kang Predi dan Ustadz Maher, mereka tepat pukul 09.30 waktu Kamboja kumpul untuk sarapan dan berdiskusi mengenai survei permukiman muslim di Kota Phnom Penh yang menjadi target pembagian hewan kurban.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah daerah pinggir Sungai Tonle Basak daerah Chrang Bak. Di pinggiran sungainya banyak permukiman warga Khmer (Kamboja) dan Vietnam. Namun sayangnya tidak ada umat muslim yang tinggal di daratan.
Umat muslim hanya tinggal di atas perahu yang dibangun menjadi rumah tempat tinggal mereka, alasannya karena mereka tidak memiliki uang untuk membeli tanah di Phnom Penh. Kesenjangan sosial di daerah pinggir sungai Tonle Basak sangat tidak wajar.
"Bagaimana bisa warga Khmer dan Vietnam dapaat hidup nyaman mendirikan rumah di daratan, sedangkan umat muslim suku Cham hanya tinggal di atas perahu sederhana di sungai? Yang lebih menyesakkan lagi adalah pemerintah setempat melarang warga Cham tinggal di pinggiran sungai karena dianggap menggangu," kata Kays merasa kesal.
Namun, ada sesuatu yang membuat Kays dan Ghazaly merasa kagum, mereka melihat warga Cham bisa mendirikan sebuah mushalla yang dibangun di atas dua buah perahu apung. Umat muslim, suku Cham membangun mushalla tersebut secara swadaya karena tidak ada mushalla terdekat.
"Di Phnom Penh untuk biaya pembangunan rumah tidak mahal, namun sangat berbanding terbalik dengan harga tanah yang sangat mahal," kata Ustadz Maher.
Mendekati hari perayaan Idul Adha tersebut, Kays dan Ghazaly langsung mengunjungi ibu kota Kamboja, Phnom Penh untuk pembelian hewan kurban. Mereka membeli sebanyak empat ternak sapi untuk disembelih di Phnom Penh dan tiga ekor lainnya di Kampong Cham.
Tepat saat perayaan Hari Raya Idul Adha, 1 September 2017, berangkat dari "Warung Bali" Kays dan Ghazaly harus menempuh perjalanan selama empat jam untuk ke tempat pelaksanaan selama pemotongan hewan kurban. Sekitar jam 06.30 waktu Kamboja, Kays dan Ghazaly memasuki masjid untuk shalat Idul Adha.
Tanpa diduga ternyata mereka sudah disediakan tempat duduk untuk berempat di belakang Imam. Tak hanya itu, mereka juga diminta untuk memberikan sambutan kepada warga yang diwakili Fredi dan diterjemahkan ke bahasa Khmer (Kamboja) oleh Ustadz Maher.
Shalat Idul Adha dilaksanakan sebagaimana mestinya seperti di Indonesia. Setelah shalat mereka sarapan bersama warga di pelataran masjid. Makanan yang disediakan berupa opor ayam dan roti.
Bagi Kays dan Ghazaly, ini adalah kali pertama mereka merasakan lebaran di negara lain, tentu saja hal tersebut menjadi tantangan dan pengalaman menarik selama perjalanan keliling negara-negara di ASEAN.
Setelah shalat Idul Adha, penyembelihan hewan kurban dilaksanakan sekitar pukul 08.00 waktu Kamboja. Sebanyak tiga ternak sapi dipindahkan ke samping masjid dan selama proses penyembelihan, kupon segera dibagikan oleh seorang guru madrasah, Abdulah.
Abdulah sebelumnya selalu berharap agar bisa merasakan hewan kurban di Kampong Cham untuk murid-muridnya. Mungkinkah hal itu terwujud? Siapa sangka ternyata tahun ini mereka bisa menikmati daging kurban tiga ternak sapi dari Indonesia. Tentu saja warga Kampong Cham merasa gembira karena bisa menikmati daging kurban yang sangat jarang itu.
Suasana saat itu sangat ramai dan hangat, mereka semangat berterima kasih kepada warga Indonesia yang sudah menyalurkan sebagian dananya untuk penyembelihan hewan kurban.
Hari kedua Lebaran Idul Adha pada tanggal 2 September 2017, Kays dan Ghazaly bersiap untuk melaksanakan aksi sosial lagi. Kali ini mereka melakukan proses penyembelihan kurban di halaman rumah Ustadz Maher, warga banyak yang membantu memotong daging kurban. Rumah Ustadz Maher terletak di Preak Preah Phnom Penh.
Semua daging yang sudah siap disebar segera dibagi-bagikan kepada warga di Kampung Chrang Bak, Phnom Penh yang menjadi tempat tinggal umat muslim yang rumahnya di atas perahu.
Suasana hangat sangat terasa ketika mereka bertemu dengan donaturnya. Mereka terlihat sangat bahagia dan terharu karena mendapat bantuan dan penyaluran hewan kurban.
Setelah makan siang, Kays dan Ghazaly harus kembali pulang ke Tanah Air, perjalanan ke bandara ditempuh selama 45 menit. Wajar saja mereka berakat ke bandara menggunakan gerobak yang ditarik dengan motor. Kays berharap lebih banyak warga Tanah Air yang peduli dengan saudara seiman.
Selain Kays, Ghazaly pun juga berharap meskipun negaranya sendiri masih membutuhkan bantuan, sebagai manusia tidak boleh lupa untuk membantu negara-negara lain.
"Karena dengan memberi sebenarnya kitalah yang paling bayak mendapatkan," kata Ghazaly. Ternyata mahasiswa Indonesia tidak hanya bisa berdemo tapi juga berbakti dan membantu sesama, meskipun di tempat jauh di Kamboja.