Bengkalis, 12/4 (ANTARA) - Lebih dari 20 ekor gajah liar jenis Elephas maximus sumatranus (gajah Sumatera-red), sejak Senin, sekitar pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB mengepung Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau. Menurut laporan warga setempat, gejolak konflik antara warga Desa petani dan kawanan gajah liar yang terjadi saat ini merupakan puncaknya. Pasalnya, selain merusak perkebunan milik sejumlah warga di sana, spesies yang dilindungi negara ini juga sempat memporakporandakan beberapa rumah yang berada di jalur lintasannya. Burhan (38), seorang warga Desa Petani yang melaporkan kejadian itu mengatakan, amukan kawanan gajah kali ini merupakan yang paling dahsyat. Karena saat pengusiran, hewan bertubuh gempal itu justru melawan dan tidak segan menyerang warga yang turut dalam pengusiran tersebut. "Gajah yang gamuk sekarang ganas, makin diusir makin merajalela," tuturnya. Selain Burhan, pernyataan mirip juga dikatakan Suratno (40), warga Desa Petani lainnya. Menurut dia, konflik antara warga dan segerombolan gajah yang diduga kelaparan ini membuat dirinya dan warga lainnya terus dihantui kecemasan. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, kata Suratno, kebanyakan warga memilih mengungsi ke tempat yang jauh dari lintasan rutin kawan gajah tersebut. "Kegiatan mengungsi sudah menjadi tradisi warga desa ini (Desa Petani-red). Kalau sudah datang gajah, kami siap-siap berkemas untuk mengungsi ke rumah sanak kerabat yang lebih aman," ucapnya. Diterangkan Suratno, hingga petang Senin, kawanan gajah masih mengepung Desa Petani dan membuat beberapa warga yang berada di sana terpaksa siap siaga, untuk mengawasi serangan gajah yang kapan saja bisa terjadi, dan tidak menutup kemungkinan timbulnya korban jiwa. Sementara itu, di tempat terpisah, Ketua Gerakan Masyarakat Peduli Alam dan Lingkungan Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, H. Slamat Simamora, mengatakan, konflik antara warga Desa Petani dan gajah liar tersebut sudah berlangsung sejak beberapa tahun silam. Hal tersebut diketahuinya setelah mendapat laporan dari sejumlah warga yang merasa resah dan terganggu dengan kehadiran kawanan hewan belalai tersebut. "Kami sebagai lembaga peduli lingkungan sangat menyesalkan kinerja pemerintah Kabupaten Bengkalis yang terkesan lamban dalam menangani perseteruan ini," ujarnya.