Empat Ekor Gajah Mati Dalam Tiga Bulan

id empat ekor, gajah mati, dalam tiga bulan

Pekanbaru, 4/4 (ANTARA) - Sebanyak empat ekor gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) mati di Riau dalam tiga bulan terakhir yang menyebabkan populasi hewan bertubuh tambun itu semakin terancam. "Empat ekor gajah yang mati selama periode Januari-Maret 2010 itu menunjukkan bahwa ancaman kepunahan populasi hewan itu semakin tinggi di Riau," ujar Humas WWF Syamsidar kepada ANTARA di Pekanbaru, Minggu. Keempat ekor gajah yang mati itu masing-masing ditemukan dalam kondisi membusuk di lahan perekebunan karet milik warga di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Kemudian bangkai dua ekor gajah di habitatnya kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di belahan Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan dan terakhir seekor anak gajah yang mati di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Minas, Kabupaten Siak, karena tidak mendapat perawatan yang layak. Bedasarkan data WWF, sejak tahun 2007 hingga Maret 2010 terdapat 43 ekor gajah yang ditemukan mati. Pada tahun 2007 ada 24 ekor gajah yang mati, kemudian 2008 sebanyak enam ekor, lalu 2009 sebanyak sembilan ekor. Menurut Syamsidar, sebagian besar gajah yang ditemukan dalam kondisi yang sudah mati itu akibat konflik berkepanjangan yang terjadi antara manusia dan hewan. Seperti seekor gajah mati yang ditemukan di Desa Petani dan anak gajah yang mati di pusat konservasi gajah di Siak merupakan dampak dari konflik yang terjadi dalam dua bulan terakhir setelah kawanan gajah liar menguasai perkampungan warga setempat. "Anak gajah betina yang mati itu sebelumnya ditemukan warga di perkebunan kelapa sawit Kyang berada di Kelurahan Pematang Pudu yang sebelumnya bersama sekitar 40 ekor gajah lain berada di Desa Petani," jelasnya. Terus berkurangnya hutan yang merupakan habitat gajah akibat pembukaan lahan menjadi perkebunan telah menjadi permasalahan sejak lama di Riau. Lambannya penanganan konflik antara gajah dan manusia terutama yang terjadi di daerah lintasan kawanan gajah liar telah mengancam nyawa warga setempat. "Selama habitat alam untuk gajah terus beralih fungsi untuk kepentingan manusia tanpa ada kepedulian jangka panjang, maka konflik gajah dan manusia akan terus terjadi," ujar Syamsidar. Oleh karena itu dibutuhkan lokasi gajah yang khusus untuk menampung populasi gajah yang tersisa terutama di Bengkalis agar hewan itu tidak punah, katanya lagi.