Melihat Aktivitas Komunitas Pondok Belantara Riau yang Belajar Tanpa Rasis

id melihat aktivitas, komunitas pondok, belantara riau, yang belajar, tanpa rasis

Melihat Aktivitas Komunitas Pondok Belantara Riau yang Belajar Tanpa Rasis

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Komunitas Pondok Belantara yang memiliki motto belajar tanpa rasis ini tergabung dari berbagai komunitas, diantaranya komunitas Mapala, Slankers, Reggae, Scooters dan lainnya, yang mengumpulkan buku-buku untuk di baca orang lain.

"Sesuai singkatannya Belantara adalah belajar tanpa rasis. Disini orang-orangnya tidak mengenal status, ras, suku dan sebagainya. Namun jika mau belajar sama-sama mari merapat, kita menerima siapa saja yang mau ikut bergabung," ujar koordinator Pondok Belantara Eko Handiko, Pekanbaru, Sabtu.

Pondok Belantara yang beralamat di Jalan Purwosari, Pasir Putih, Kampar, Provinsi Riau ini mengumpulkan dan membeli buku-buku bekas untuk menambah wawasan dan meningkat minat baca masyarakat. Setiap hari minggu mereka membuka lapak di Taman Kota Pekanbaru.

"Kita setiap hari Minggu buka di Taman Kota pada Car free Day, dengan target orang-orang yang sehabis olahraga bisa santai sambil membaca buku-buku yang disediakan. Kadang kita juga mengajarkan cara menggambar kepada anak-anak, karena sebagian besar anggota Pondok bisa melukis," katanya.

Lebih lanjut ucap eko, di Pondok Belantara semangat yang tertanam dalam setiap individu adalah sistem persahabatan dan kekeluargaan. Di sini kita coba ciptakan rasa persahabatan dan kekeluargaan.

"Sahabat adalah tempat berbagi, berkumpul, saling bertukar ide antar sesama dan kekeluargaan di mana kita harus menanamkan kepedulian antar sesama," lanjutnya.

Mahasiswa yang hobi juga berpertualang ini menuturkan bahwa buku-buku yang mereka punya dan bawa untuk membuka taman baca kebanyakan adalah donasi dari anggota dan rekan-rekan lainnya.

"Ada sifatnya yang memberikan, ada juga yang dititipkan agar bisa bermanfaat buat orang lain, sewaktu-waktu jika mereka butuh, mereka bisa mengambilnya. Tetapi selama ini rata-rata semuanya memberikan ke Pondok Belantara, "tuturnya.

Kemudian, dengan melihat peluang kekompakan dari berbagai komunitas, maka Pondok Belantara yang sudah berusia satu tahun dua bulan ini membuat inisiatif untuk mendirikan taman bacaan yang sudah di mulai sejak tahun 2015.

"Benar saja, sejak memfokuskan diri pada taman bacaan, Pondok Belantara telah mengumpulkan sebanyak tiga ribuan buku yang merupakan hasil sumbangan dan ngamen. Tiga ribuan itu belum semuanya, di kabupaten/kota di Riau dan luar provinsi masih banyak yang belum sempat kita kirim ke sini," ungkapnya lagi.

Jelasnya, Pondok Belantara masih terkendala dengan pendanaan, karena rata-rata anggota statusnya masih mahasiswa. Meskipun ada beberapa orang yang sudah. Banyak buku-buku yang sudah dikumpulkan di kabupaten/kota Provinsi Riau yang belum dikirimkan karena dana yang minim.

"Buku kan beratnya agak lumayan ya, apalagi kalau jumlahnya banyak. Kita cuman terkendala karena dana saja, makanya belum dikirim kesini," ucapnya.

Sementara itu, pemerintah sudah melirik Pondok Belantara untuk memberikan bantuan, namun ada ketakutan akan menghilangkan semangat rekan-rekan anggota komunitas tersebut.

"Saya takut menghilangkan roh semangat kawan-kawan untuk masuk ke kawasan itu. Sebab dari semula buku ini dikumpulkan oleh kawan-kawan dengan semangat. Jika dipermudah dengan berbagai bantuan, nanti takutnya semangat kawan hilang. Kita militan sajalah dulu,” tegasnya.

Lanjutnya, Pondok Belantara membuka peluang kepada siapa saja yang mau menyumbangkan bukunya agar bisa bermanfaat buat orang lain, dan jika ada dari kawan-kawan yang mau menolong mencarikan peluang tempat-tempat yang mau memberikan buku-buku di persilahkan.

"Nanti kasih tahu saja bagaimana prosedurnya, biar kita usahakan. Jika kawan-kawan semua punya waktu silahkan mampir setiap hari minggu pagi di taman kota, karena kita ada disana, silahkan datang dan mampir besok pagi di taman kota," tutupnya.

Oleh Nella Marni