Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) Rupiah dipengaruhi kesepakatan gencatan perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
“Rupiah hari ini ditutup menguat dipengaruhi oleh sentimen positif dari global, yaitu meningkatnya selera risk on investor pada aset-aset emerging market dikarenakan meredanya perang tarif AS dan China seiring kesepakatan gencatan tarif untuk 90 hari ke depan,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Laporan dari Anadolu Agency mengungkapkan bahwa perjanjian penangguhan tarif 90 hari AS-China yang dibuat di Jenewa, Swiss, meredakan kekhawatiran di pasar.
VIX Index, pengukur kekhawatiran volatilitas pasar, turun ke level yang belum pernah terlihat sejak tarif besar-besaran AS diumumkan pada bulan lalu.
Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa AS mengurangi tarif terhadap China dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara China akan menurunkan tarif dari 125 persen menjadi 10 persen. AS juga akan menurunkan tarif pada produk bernilai rendah yang diimpor dari China.
“Sementara dari domestik, mulai membaliknya pasar saham juga ikut menopang penguatan rupiah,” ucap Rully.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 84 poin atau 0,51 persen menjadi Rp16.445 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.529 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat juga menguat ke level Rp16.424 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.535 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat seiring inflasi AS lebih rendah dari perkiraan
Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat jadi Rp16.715 per dolar AS pada Rabu pagi