Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bupati Kampar Jefry Noer bersama pelaksana tugas gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menghadiri peluncuran buku mantan Gubernur DKI Jakarta dua periode dan kini menjabat selaku kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso, Sang Pemimpin di Ballroom Jakarta Theatre, Minggu (6/12).
Menurut Jefry, semua pemimpin itu mempunyai satu tujuan yakni bekerja untuk menyejahterakan masyarakat. Namun tidak bisa dipungkiri setiap pimpinan mempunyai cara atau program yang berbeda untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya.
"Setiap pemimpin tentu saja mempunyai karekter masing-masing dalam menjalan setiap visi dan misinya agar sukses bersama masyarakat, baik itu sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan serta infrastruktur," katanya.
Buku tersebut menjelaskan tentang Let Jen (Pur) TNI Sutiyoso mengawali kariernya sebagai Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan berbagai kesuksesan tugas yang telah dilaksanakan dalam membela kedaulatan Negara RI hingga menjadi Gubernur DKI pada tahun 1997 sampai dengan 2007, dimana selama 5 (lima) era kepresiden di antaranya Soeharto, BJ Habibie, Megawati, Gus Dur dan Susilo Bambang Yudhoyono, Sutiyoso telah menjadi banyak memberikan buah pikiran, keringat, tenaga untuk membela Negara dan daerah khususnya DKI Jakarta.
Saat memimpin DKI Jakarta perode 2002-2007, Sutiyoso menata Jakarta dengan berbagai program sehingga Jakarta leboh layak sebagai kota jasa, pusat perekonomian, pusat pemerintahan yang lebih manusiawi dan berdaya saing dunia.
Di bidang pemdidikan dan kesehatan, Sutiyoso menaikkan anggaran pendidikan, memberikan pengobaan gratis bagi penderita Demam Berdarah (DBD), flu burung, dan penyakit bersifat wabah lainnya. Selain itu juga membenahi berbagai infrastrutur rumah sakit.
Dalam rangka penataan pemukiman, Sutiyoso membangun tempat tinggal dalam bentuk vertical berupa rumah susun (rusun) di berbagai daerah di DKI Jakarta. Berkat kerja keras membangun rusun tersebut Sutioyoso memperoleh penghargaa Piagam Scroll of Honor dari PBB (UN-Habitat) pada tahun 2005.
Begitu juga di segi transportasi dengan penerapan transportasi Makro yang mengintegrasi empat moda yakni busway, monorel, subway, dan waterway tahun 2004. Dan kini, sang pemimpin itu telah menjadi bos di salah satu lembaga pemerintahan yang menjadi pondasi arah bangsa. Dialah "juru kunci" Badan Intelejen Negara (BIN).
Menjaga kesatuan dan kedaulatan bangsa/negara menjadi tanggung jawab seluruh rakyat, tentunya dengan porsi yang berbeda. Ketika berbicara seorang penjahit menyiapkan seragam sekolah, "merah putih", itu juga salah satu peran menjaga kesatuan dalam bangsa yang memiliki satu bendera.
Begitu juga ketika petani berusaha untuk menghasilkan ragam produk pangan dari ladang yang dikelolanya, itu juga menjadi bukti menjaga kedaulatan negara dalam bidang pangan. Dan, pemerintah yang memberikan fasilitas untuk menunjang berbagai kegiatan masyarakat itu, juga merupakan bentuk tanggung jawab menjaga kesatuan dan kedaulatan bangsa. (adv)