Wisman Semkin Ramai Berkunjung Ke Nusa Penida

id wisman, semkin ramai, berkunjung ke, nusa penida

 Wisman Semkin Ramai Berkunjung Ke Nusa Penida

Sambungan dari hal 1 ...

Tujuh Zona

Sementara untuk kekayaan alam lautnya, anggota Coral Triangle Center (CTC) Made Adnyana menjelaskan kawasan perairan Nusa Penida terdiri atas tujuh zona, yakni zona inti, perikanan berkelanjutan, wisata bahari, budi daya rumput laut, zona suci pura, dan zona pelabuhan.

Zona inti luasnya mencapai 468.85 hektare. Ada tiga lokasi yang menjadi zona inti di dalam Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, yaitu di mangrove Lembongan, Tanjung Samuh, dan Batu Abah.

Zona inti merupakan zona di dalam KKP Nusa Penida yang peruntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi, penelitian, dan pendidikan. Kriteria zona inti, antara lain merupakan daerah pemijahan, pengasuhan, dan ruang ikan, habitat biota perairan tertentu yang prioritas dan khas, langka, dan karismatik.

Kawasan zona inti mempunyai ciri khas ekosistem alami, mewakili keberadaan biota tertentu yang masih asli, termasuk mempunyai kondisi perairan yang masih asli dan belum terganggu aktivitas manusia.

Selain itu mempunyai luasan yang relatif cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jenis-jenis ikan tertentu untuk menunjang pengelolaan perikanan yang efektif dan menjamin kelangsungan proses bioekologis secara alami.

Di kawasan ini mempunyai ciri khas sebagai sumber plasma nutfah bagi kawasan perairan. Kegiatan yang diizinkan dalam zona inti, antara lain perlindungan proses ekologi yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya.

Dalam kawasan ini tersebut diizinkan mengadakan penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk mengumpulkan data dasar, termasuk pendidikan tanpa pengambilan material langsung dari alam.

Tiga Presiden

Tercatat tiga Presiden pernah melakukan kunjungan kerja ke Nusa Penida. Pertama Presiden Soeharto untuk meresmikan proyek bak penampungan air hujan (cubang) pada tahun 1981, disusul Presiden Megawati dalam kunjungannya yang tidak resmi ketika masih menjabat sebagai kepala negara.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merupakan yang ketiga berkunjung ke Nusa Penida tahun 2007 untuk meresmikan beroperasinya kapal Roro "Nusa Jaya Abadi" sekaligus mengakhiri keterisoliran Kepulauan Nusa Penida.

Kapal yang sempat ditumpangi rombongan Presiden adalah hasil produksi PT PAL Surabaya dengan panjang bodi 39,5 meter dan lebar 11,6 meter. Kapal dilengkapi pintu tahan api, satu unit sekoci dan peralatan darurat di perairan lainnya hingga sekarang masih beroperasi dengan baik.

Kapal senilai Rp18,2 miliar itu dimaksudkan untuk lebih mengutamakan keselamatan penumpang. Sarana transportasi laut itu berkapasitas mengangkut 200 penumpang yang terdiri kelas utama 34 orang dan kelas ekonomi 166 orang.

Selain itu mampu mengangkut alat-alat berat, bahan material kebutuhan pembangunan berupa pasir, semen serta 15 buah kendaraan berbagai jenis.

Kehadiran kapal "Nusa Jaya Abadi" selain memenuhi dambaan masyarakat setempat juga sangat disambut positif komponen pariwisata Bali, termasuk pemilik modal, baik dalam maupun luar negeri.

Kepulauan Nusa Penida terdiri atas lahan kering dan sama sekali tidak memiliki sawah seperti halnya sistem pengairan bidang pertanian (subak) di daratah Bali. Masyarakat mengembangkan tanaman jagung dan ketela pada musim hujan dan panen sekali dalam setahun.

Selain itu juga sebagai nelayan, mengembangkan rumput laut dan beternak. Sapi Bali di Nusa Penida hingga saat ini bebas dari berbagai jenis penyakit, antara lain Penyakit Jembrana, penyakit Ngorok maupun dan SE pada ternak babi serta penyakit flu burung.

Penyakit flu burung pada ternak ayam, itik dan jenus unggas lainnya sama sekali tidak pernah ditemukan di Nusa Penida. Semasih masyarakat tidak mendatangkan ternak atau unggas dari luar Nusa Penida, daerah itu tetap dijamin aman dari berbagai jenis penyakit ternak.

Dengan mulai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri, daerah Nusa Penida kini berkembang menjadi daerah pariwisata, pembangunan hotel, restoran dan sarana pendukung lainnya mulai berjejer di daerah itu.