Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun dari level tertinggi dalam sebulan di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena dolar yang lebih kuat dan setelah ketua Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa 2023 akan lebih sulit karena ekonomi-ekonomi utama mengalami aktivitas yang melemah.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 98 sen atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 84,93 dolar AS per barel pada pukul 01.48 GMT.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 77 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 79,49 dolar AS per barel, setelah dolar AS menguat. Greenback yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pada Minggu (1/1) bahwa Amerika Serikat, Eropa dan China - mesin utama pertumbuhan global - semuanya melambat secara bersamaan, membuat 2023 lebih sulit daripada 2022 untuk ekonomi global.
Namun, harga minyak menetap lebih dari 2,0 persen lebih tinggi pada Jumat (30/12) dengan Brent dan WTI menutup 2022 masing-masing naik 10,5 persen dan 6,7 persen.
Komoditas melihat aliran bullish substansial 12,3 miliar dolar AS dalam minggu yang berakhir pada 27 Desember, aliran bullish mingguan terbesar tunggal pada 2022, kata analis Societe Generale dalam catatan 3 Januari.
"Komoditas dengan aliran terbesar adalah Brent, yang melihat aliran bullish 3,4 miliar dolar AS karena Rusia menguraikan tanggapannya terhadap Uni Eropa dan G7 memberlakukan batasan harga pada ekspor minyak mentah negara itu ke pihak ketiga," kata analis.
Presiden Vladimir Putin melarang pasokan minyak mentah dan produk minyak mulai 1 Februari selama lima bulan ke negara-negara yang mematuhi batas tersebut dalam sebuah dekrit, yang juga memasukkan klausul yang memungkinkan Putin membatalkan larangan tersebut dalam kasus-kasus khusus.
Minyak mentah Rusia telah dialihkan ke India dan China dari Eropa sementara Moskow berencana untuk meningkatkan ekspor diesel dari pelabuhan laut Baltik Primorsk menjadi 1,81 juta ton pada Januari. Namun, ekspor produk minyak Januari dari Tuapse diperkirakan turun menjadi 1,333 juta ton, kata pedagang.
Jajak pendapat harga minyak Reuters menunjukkan bahwa harga Brent diperkirakan mencapai rata-rata 89,37 dolar AS per barel pada tahun 2023 sementara rata-rata untuk WTI berada di 84,84 dolar AS per barel karena pertumbuhan ekonomi global melambat.
Di China, importir minyak mentah terbesar dunia dan konsumen minyak terbesar kedua, beberapa orang di kota-kota utama melawan cuaca dingin dan peningkatan infeksi COVID-19 untuk kembali ke aktivitas reguler pada Senin (2/1), meningkatkan prospek dorongan untuk ekonomi dan permintaan minyak karena pulih dari infeksi.